Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kuncup kuncup sepi

4 September 2014   04:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:40 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti inikah sepi dipucuk malam, sekelam kenangan itu dikuncup kuncup waru
Hitam lengang bagai arang mengerang menunggu bara menyala pada tatapmu
Dan sayup suaramupun gagal bergema, terpasung pada tiang kerinduanyang mampir melepas getir

Lagu dsepi nelum goyah, lidah beku terendam lautan gelisah
Rembulan tak tak kuasa mencampakkan kebisuan dicakrawala
Lantas hujan menyambangi sepasang manik mata, ada selembar tisu kau sandarkan bahu
Sebuah nama kau panggil, nama yang hilang diceruk gigil malam
Dan aku menatapmu, pada rentang waktu, dimana perahu menunggumu mencium harum pasir pantai yang bercinta dengan rona senja...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun