Desa Wantilgung merupakan salah satu desa kecil di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora yang dikenal sebagai sentra kerupuk sermiyer. Terdapat lebih dari 70 masyarakat desa yang berprofesi sebagai pengrajin kerupuk sermiyer. Kerupuk sermiyer terbuat dari singkong yang digiling lembut lalu diberi bumbu seperti bawang, ketumbar, garam, dan daun kucai. Adonan yang sudah dicampur lalu dicetak dan dipotong untuk digilas satu persatu dengan botol lalu dijemur. Setelah kering, kerupuk sermiyer mentah digoreng dan siap untuk dipasarkan. Harga singkong berkisar Rp160.000 per karungnya yang dapat menghasilkan sekitar 1.500 kerupuk sermiyer.
Produk kerupuk sermiyer matang, sebelum inovasi - sumber pribadi
Pemasaran kerupuk sermiyer selama ini dilakukan dengan 2 cara, yang pertama yaitu membungkus kerupuk yang sudah digoreng dengan kantong kecil lalu dijual langsung kepada konsumen di kota besar seperti Yogyakarta dan Surabaya. Setiap kantongnya berisi 4 kerupuk sermiyer dan diberi harga Rp4.000 untuk 1 bungkus, dan Rp10.000 untuk 3 bungkus. Cara lain untuk memasarkan kerupuk sermiyer adalah dengan menjual kerupuk kepada tengkulak dengan harga Rp2.200 untuk 10 kerupuk sermiyer. Kedua cara tersebut memiliki keuntungan yang kecil, karena menjual kerupuk dengan harga yang murah terutama jika menjual ke tengkulak.
Cara berjualan kerupuk sermiyer konvensional, sumber pribadi
Hadirnya 10 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dan Inovasi (KKNT-I) dari IPB University di Desa Wantilgung membuat terobosan baru “Keripik Sermiyer” dengan membuat ukuran kerupuk menjadi potongan - potongan kecil sehingga namanya menjadi keripik, lalu menambahkan varian rasa, kemasan, dan logo pada kerupuk sermiyer. Salah satu mitranya adalah Mak Heru (48), yang sudah 31 tahun menjadi pengrajin sermiyer. Beliau mengatakan
“sebenarnya sudah ada permintaan terkait kerupuk sermiyer dengan varian rasa balado, tetapi dari kami belum mampu memproduksinya.” - Mak Heru/Mak yar, produsen sermiyer
Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa KKNT-I, mereka berhasil mengatasi kendala pemasaran yang ada dan menciptakan beragam rasa keripik sermiyer, termasuk rasa balado yang banyak diminati.
Prototype produk sermiyer rasa balado, sumber pribadi
Hasil kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi kerupuk sermiyer khas Desa Wantilgung. Tim KKNT IPB University Desa Wantilgung mencatat bahwa terdapat kenaikan pendapatan bersih sebesar 25-50% setelah produk diberikan inovasi dan dijual.
Selain itu, penambahan kemasan yang menarik dan logo yang mencerminkan keunikan produk telah membuka peluang pasar yang lebih luas. Dengan daya tarik baru ini, inovasi keripik sermiyer diharapkan mampu memikat hati pelanggan dan meningkatkan jumlah pembeli yang signifikan. Para pengrajin dan mahasiswa KKNT-I IPB University berharap bahwa produk keripik sermiyer semakin dikenal dan menjadi salah satu ikon kuliner yang bangga dimiliki oleh Desa Wantilgung.
Melalui inovasi ini, mahasiswa KKNT-I IPB University telah memberikan kontribusi nyata dalam memajukan UMKM lokal, memberdayakan masyarakat setempat, dan mendukung pengembangan potensi kuliner daerah. Keripik sermiyer dengan varian rasa, kemasan, dan logo baru telah menjadi simbol kebanggaan bagi Desa Wantilgung serta menginspirasi Masyarakat dan generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi demi kemajuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H