Mohon tunggu...
Alan Daka
Alan Daka Mohon Tunggu... Akuntan - Cuma mau nulis.

Dream it, taste it, make it happen..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa Cinta Tak Terbalas

1 September 2016   22:28 Diperbarui: 1 April 2017   08:44 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari belum menunjukan batang hidungnya, namun kaki sudah menyisir jalan disaat masih banyak yang terlelap. Bahkan pupil mata anakku belum tampak sempurna karna masih mengantuk. Semua karena cinta, ya semua ini karena cinta. Beberapa saat yang lalu menjelang akan berpamitan, dia sempat berpesan.

"Hati hati ya dijalan, baca doa, jangan ngebut bawa motornya." Ucap suamiku.

Itulah pesan yang diucap dengan bunyi yang hampir selalu sama menjelang aku berangkat kerja, dan aku juga menjawab disetiap kesempatan yang hampir sama bunyinya.

" Iya ayah, ayah juga nanti hati-hati berangkat kerjanya, jangan lupa sarapan." Ucapku sembari meletakan cangkir kopiku.

Sudah 3 tahun lamanya bahtera pernikahan ini aku jalankan, dan sudah tiga tahun ini juga kita berjuang bersama mencari pundi uang demi sang buah hati. Bayangku selama ini bahwa sakit segala sakit harus tak dirasa demi cintaku pada mereka, sehingga rela kujalani hampir setiap hari menempuh jarak sejak subuh hari. 

"Cinta?, seandainya memang suami kamu cinta. Harusnya dia tidak membiarkan kamu dalam situasi ini." Ucap temanku tempo hari yang tetiba teringat

"Anak jarang ketemu, pulang sudah tidur, berangkat juga belum bangun. Sampai kapan kamu mau terus menjalani hidup seperti ini?" Lanjut celoteh temanku yang tak berjeda.

Aku menjawabnya dengan senyuman terbaik. Setelah ocehan itu selesai akupun bergegas untuk membereskan segala tumpukan kertas dan perlengkapan lainnya. Aku meraih telepon genggamku, lalu kuhubungi suamiku hendak mengabarkan aku akan pulang tepat waktu hari itu. Niat sekali sore itu untuk pulang dan mencoba mendapatkan rasa cinta dari mereka, berusaha dapat bercengkrama mesra atas rindu yang merebak. Kudapati motorku dan kupacu cepat dari pada biasanya, teringat ucap anakku beberapa hari sebelumnya lagi bahwa dia ingin sekali martabak keju. Segera mungkin pada malam yang sudah mengganti sore itu untuk merapat pada gerobak martabak untuk dipesan. 

Bayang-bayang keindahan sudah membuatku tak sadar bahwa tukang martabak memanggil, lalu segera aku bayar dan melanjutkan perjalanan yang masih cukup panjang. Tidak disangka panggilan shalat isha pun sudah berkumandang, Akhirnya tak lama dari itu aku tiba dirumah.

"Assalammualaikum." kutebar salamku dengan mesra ditambah senyum yang merona. 

Ruang utama rumah kosong tak ada aktifitas, mungkin mereka sedang dikamar pikirku saat itu. Bergegas lah aku masuk kamar, lalu kudapati mereka dikamar. Sedang dalam keadaan terlelap. Melihat wajah pulas anakku, dan wajah letih suamiku tak sanggup diri ini membangunkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun