Beasiswa selalu menjadi harapan dari seluruh masyarakat untuk meneruskan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, khususnya untuk kalangan orang-orang kurang mampu.
masih menjadi misteri apa dan bagaimana proses seleksi penerimaan beasiswa yang ada di Indonesia dilakukan. Apa dasar pertimbangan yang menjadi pedang pemisah antara yang menerima dan yang ditolak.
Lupakan pemberi beasiswa pihak swasta yang tentunya penuh dengan pertimbangan dan umumnya tak dapat disangkal di dalamnya banyak kepentingan yang memang menunjang perusahaan tersebut untuk terus maju melalui dana CSR yang dihibahkan dengan beasiswa besar-besaran. Namun bagaimana dengan beasiswa pemerintah negara? apakah masih terdengar kasus-kasus salah target.
Saya menghargai pemerintah dalam kepeduliannya akan mengelola dana pendidikan melalui program LPDP yang sudah cukup baik saat ini dengan proses seleksi yang tidak ringan, namun coba di jawab dahulu butir pertanyaan ini:
1. Beasiswa diperuntukkan untuk siapa?
2. Apa ada saringan yang berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia?
3. Apa sepenting itukah pengantar bahasa Inggris sebagai tolak ukur penerima beasiswa hingga nilai toefl yang aduhai tingginya?
4. Mana yang lebih baik, calon penerima beasiswa mendaftarkan diri atau diundang langsung?
Â
Saran-saran selalu baik untuk membenahi pengelolaan beasiswa di negara ini.
Suatu hari kebetulan saja saya mendengar diskusi dari meja sebelah saya di salah satu kedai kopi termahal di Indonesia yang segelas kopinya mencapai 60ribu rupiah. Seorang bapak-bapak (terlihat sangat berada) membicarakan untuk mengikut sertakan anaknya melalui program LPDP dan dan rekan bicaranya bahkan anaknya sudah diterbangkan ke Australia melalui program LPDP.