Dua insan manusia jelas menjalani realitas kehidupannya berbeda-beda, meski mereka bersatu. Keluarga, lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta pengaruh pengalaman yang terdahulu bisa memengaruhi emosional pada diri seseorang. Bila tidak saling memahami dan saling pengertian, bisa mengeluarkan emosional yang berlebihan hingga melahirkan ego yang terkadang tidak rasional.Aktivitas otak saat jatuh cinta --dan juga putus cinta- itulah yang turut memengaruhi psikis manusia laki-laki dan perempuan. Bagaimana saat badai asmara surut, timbullah suatu aktivitas "curiga" yang berlebihan terhadap pasangannya hingga terjadi pertengkaran hebat, dan bisa jadi suatu tanda berakhirnya hubungan. Siapa pun yang telah mengalami putus cinta tahu bahwa patah hati bisa sulit untuk diperbaiki. Respons emosional universal terhadap kehilangan cinta yang tiba-tiba, tidak terduga, atau tidak diinginkan ini sering ditandai dengan kerinduan yang intens, sakit hati, kenangan memenuhi isi pikiran hingga terjadi suatu kegelisahan dan kegetiran dirinya.
Perpisahan cinta adalah bagian hidup yang tak terhindarkan, jika menyakitkan. Seiring dengan memunculkan berbagai emosi, termasuk kemarahan, kesedihan, dan rasa malu, perpisahan dapat membawa masalah kesehatan juga. Ini dapat termasuk insomnia, penurunan fungsi kekebalan, depresi, dan bahkan kondisi jantung sementara yang dikenal sebagai "sindrom patah hati." Tingkat keparahan gejala seringkali tergantung pada kekuatan hubungan dan seberapa traumatis putusnya hubungan itu! Jadi, cinta seperti dua sisi mata uang. Satu sisi membahagiakan, satu sisi lagi mengecewakan. Dan perputaran koin uang saat dilemparkan adalah aktivitas percintaan yang dijalankan. Semua hal bisa terjadi, dan tak terduga-duga.
Cinta tak memandang status pernikahan. Bukan sebuah jaminan bila pernikahan dapat melanggengkan kisah cinta asmara manusia. Pada hadapan realitas, berjuta kemungkinan akan terjadi. So, bersiaplah patah hati bila kalian sedang jatuh cinta, meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang buruk, supaya bisa mempersiapkan diri lagi untuk jatuh cinta pada waktu berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H