Mohon tunggu...
Taufik Alamsyah
Taufik Alamsyah Mohon Tunggu... Guru - Buruh Kognitif
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang tenaga pengajar yang hanya ingin mencurahkan pemikiran dan emosional dalam diri ke ranah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Modernitas Perempuan Betawi (Bagian I)

14 Januari 2024   19:52 Diperbarui: 14 Januari 2024   19:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: potretlawas

Perubahan sosial dalam perkembangan peradaban kehidupan manusia akan terus berubah secara konstan dan dinamis. Dinamika perubahan juga akan selalu tumbuh dan berkembang sejurus dengan perubahan-perubahan dalam peradaban manusia itu sendiri. Sebagai makhluk yang haus akan terus memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa berusaha untuk mencari, menggapai, mendapatkan semua kebutuhannya, entah itu secara naluriah maupun dari hasrat individu manusia.

Dasar memenuhi kebutuhan hidup itulah manusia akan mengerahkan segala kemampuan akal budinya. Dorongan naluriah itu "memaksa" manusia untuk mencari segala sesuatu untuk dapat memenuhi keinginannya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ruang hidup manusia tidak saja terbatas di mana ia dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga di tempat dan waktu lain, di mana menurut dia segala kebutuhannya bisa terpenuhi (Jelamu,1988). Proses perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain adalah sebuah kewajaran dan ini sudah terjadi jauh sebelum manusia modern yaitu zaman manusia pra-aksara.

Demi menopang pencarian makanan dan sumber kebutuhan hidup, manusia akan terus berpindah-pindah sesuai keinginan, harapan, dan keadaan. Memasuki era postmodern kini, perpindahan penduduk dari desa ke kota atau yang disebut dalam terminologi sosiologi sebagai "urbanisasi" maka tak bisa dipungkiri, bahwa, perpindahan akan terus berlanjut dan ini akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru dan berdampak pada perubahan sosial. Richard Meeier (dalam Pasaribu dan Simanjuntak, 1986) menyebut urbanisasi sebagai istilah lain dari civilization yakni perkembangan sosial dari peradaban manusia atau dengan kata lain urbanisasi itu adalah gejala dinamika populasi, gejala di mana manusia selalu bertumbuh, berkembang dan bergerak kemanapun manusia itu menghendakinya.

Sejurus dengan berkembangnya teknologi serta penemuan-penemuan baru dalam dunia digital, turut menciptakan dunia kerja yang beragam. Kemutakhiran teknologi informasi yang sudah tak dapat dibendung juga ikut menjadi dasar perubahan sosial dalam masyarakat. Lahirnya sosial media dan juga pelbagai aplikasi menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran budaya, sosial, politik, dan ekonomi.

Sejalan dengan perkembangan perusahaan industri yang dibangun di kota besar, orang yang berada dalam wilayah pinggiran kota, desa, bahkan di pedalaman terpencil pun mulai bermimpi dan berimajinasi untuk menggantikan pola pekerjaannya yang awalnya berbasis agrikultur menjadi pekerja-pekerja di pabrik-pabrik, mal, atau di tempat-tempat tertentu yang berada di kota. Salah satunya adalah Kota Jakarta. Maraknya pembangunan di kota Jakarta dapat memacu adrenalin masyarakat di pedesaan ingin mencari kerja dan hidup di kota Jakarta.

Kota Jakarta memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi tujuan migrasi dari pelbagai penduduk di Jawa maupun seluruh Indonesia. Pembangunan pada masa orde baru yang bias ke perkotaan dan ke pulau Jawa menjadi sebab utama perbedaan ciri khas dan karakteristik kota Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Alhasil mengakibatkan pertumbuhan penduduk di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kota-kota lain di Indonesia.

Gejala perpindahan penduduk semakin intens di kota Jakarta. Migrasi penduduk dari desa ke kota Jakarta diikuti dengan perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial terbentuk dari pencairan komunikasi yang luas dan berakar secara historis kota Jakarta sampai yang kita hidupi sekarang ini. Pelbagai penduduk dari daerah-daerah datang ke Jakarta, bekerja, menetap, kawin-mawin, berketurunan, dan saling bercakap sehari-hari, melahirkan akulturasi dan asimilasi.

Proses interaksi sosial dari pelbagai suku membentuk pola perubahan sosial, bahasa, politik, ekonomi, dan juga pola perubahan bagi perempuan asli Jakarta, yaitu suku Betawi. Perempuan Betawi yang dicitrakan sebagai peempuan yang patuh terhadap nilai-nilai tradisional mulai tergeser dan meninggalkan nilai-nilai ntersebut secara perlahan.

Perubahan perempuan Betawi di era modern membuka cakrawala baru bagi isu-isu sosial wabilkhusus di DKI Jakarta. Perdebatan perempuan Betawi mulai mencuat dari ruang kebebasan dan kesetaraan individu. Perempuan Betawi sebagai masyarakat asli Jakarta mengalami modernisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun