Mohon tunggu...
Taufik Alamsyah
Taufik Alamsyah Mohon Tunggu... Guru - Buruh Kognitif
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang tenaga pengajar yang hanya ingin mencurahkan pemikiran dan emosional dalam diri ke ranah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Pascakorona

4 Januari 2024   19:46 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:49 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

So, menurut Erich Fromm, manusia mencari solusi bagi situasi kemanusiaanya sebagai individu yang spesifik dan berkembang menjauhi adaptasi pasif terhadap alam, terhadap apa yang ada "di luar" individu manusia itu sendiri. Kelahiran manusia adalah negatif, sebab setelah lahir manusia berpisah dari kesatuannya dengan alam (rahim) dan ia tak bisa kembali. Dalam perjalanan individu manusia, selalu diiringi dengan kecemasan dan kegetiran. Mulai dari lahir sampai tiada, manusia dihinggapi pelbagai konflik. Tetapi manusia berhasil dalam mengatasi itu semua. 

Mulai dari sejarah individual dan ras, tekanan berkembang yang amat kuat, serta fenomena penyakit mental dan regresi kemanusiaan yang telah melenyapkan generasi-generasi terdahulu, telah diperjuangkan manusia untuk menuju perjuangan kelahiran-kelahiran baru. 

Dalam perjuangannya itulah, Erich Fromm mempunyai pemikiran dan pendapat, bahwa hanya Cinta, hanya Cinta yang produktif yang dapat menjembatani kehidupan manusia dengan lautan kehidupan yang penuh dengan konflik dan keganasan-keganasan lainnya. Ngehek banget kan? Wkwkwkwwk, tapi gimana kelanjutannya ? ok dehManusia mempunyai dua pilihan: antara kembali atau terus melangkah. Setiap langkah untuk kembali yang selalu menyakitkan dan tak terelakkan, akan membawa manusia kepada penderitaan dan penyakit mental, kepada kematian fisik atau secara mental (kegilaan). Setiap langkah maju, adalah hal menakutkan, juga menyakitkan, sehingga ketakutan dan keragu-raguannya hanya mengambil sedikit peran dalam kehidupan seseorang.

Selain kebutuhan alamiah tubuh (lapar, haus, seks, dan lain-lain) semua tindakan esensial manusia ditentukan oleh dua kutub itu. Dalam pengembaraannya menjalani kehidupan, manusia juga tidak bisa hidup secara statis, karena kontradiksi-kontradiksi dalam diri manusia mendorongnya untuk mencari sebuah keseimbangan dalam rangka menemukan sebuah harmoni baru --setelah kehilangan harmoni dengan alam. Manusia mempunyai kesadaran dan hasrat dalam kehidupan. 

Kesadaran dan hasrat ini saling berkelindan, saling memengaruhi, dan saling mengingatkan. Bayangkan, menurut Erich Fromm, manusia mempunyai hasrat kebinatangan yang liar dan buas, yang bisa memakan apa saja, yang bisa mengambil apa saja dan sebagainya, nah kesadaran inilah menjadi petugas untuk memperingatkannya! Hasrat juga menuntut untuk memenuhi segala semua kebutuhan manusia. Hasrat-hasrat dalam diri manusia ini juga mencari sesuatu untuk ditaklukkan. 

Dalam segala problematik kehidupan manusia semua, oleh sebab itu, individu manusia mencari hasrat lainnya untuk menaklukkan sesuatu bersama-sama, supaya lebih ringan dan saling menguatkan. Hasrat itu harus disatukan dengan hasrat lain. Hasrat yang bisa membantu dan memenuhi kebutuhan manusia. Dan hanya ada satu hasrat, yaitu Cinta. 

Cinta adalah penyatuan dengan seseorang atau sesuatu, di luar dirinya, untuk menggenapi dan menangkal, serta menghadapi segala macam konsekuensi kehidupan yang mengancam integritas dirinya. Cinta adalah pengalaman dalam berbagi, bersekutu, yang memungkinkan perwujudan aktivitas batin secara penuh. Pengalaman cinta tidak sama dengan kebutuhan terhadap ilusi. Dalam cinta, citra seseorang atau citra diri sendiri tidak perlu dinaikkan. Karena realitas cinta dapat membuat seseorang meningkatkan eksistensi individual. Pada saat yang sama, membuat seseorang menjadi pengemban kekuasaan aktif yang membangun lelaku mencintai.

Yang paling penting adalah KUALITAS DARI LELAKU MENCINTAI, BUKAN OBJEKNYA!Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kita mendengar, melihat, dan merasakan cinta itu bekerja? Cinta yang produktif selalu berimplikasi pada sejumlah perilaku, yaitu, kepedulian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika saya mencintai, maka secara aktif saya peduli dengan perkembangan dan kebahagiaan orang lain --saya tidak hanya jadi penonton. Saya bertanggungjawab, karena itu, saya menjawab kebutuhannya, yang dapat atau yang tidak dapat ia tunjukkan. 

Saya menghormatinya, dan karena itu --sesuai dengan makna yang sebenarnya dari re-spierce- saya melihat apa adanya, secara objektif dan tidak terkacaukan oleh harapan dan ketakutan saya. Saya mengenalnya dan telah menembus permukaan dirinya sampai ke inti eksistensinya dan menghubungkan diri dengannya melalui inti eksistensi saya, dari pusatnya, sebagai perlawanan atas batas luar dari eksistensi saya.Jadi, di masa self-quarantine pandemi Corona ini, adalah waktu yang tepat untuk memikirkan hubungan cinta ke depan.

Apakah seseorang yang kamu cintai saat ini, atau gebetan kamu itu masuk dalam klasifikasi ketegori Cinta Produktif ala Erich Fromm atau tidak. Bila yakin, lanjutkanlah. Tapi bila tidak, ehm uhuk *sambil nyisir rambut* tinggalkanlah, dan setelah badai Corona ini berlalu, mulai jalani hidup dengan saya. Kita hadapi kehidupan yang brengsek ini bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun