Tahun 2018 akan menjadi tahun sepak bola sekaligus tahun politik. Dikatakan sebagai tahun sepak bola, karena sekurang-kurangnya ada tiga agenda sepak bola internasional yang akan digelar di Indonesia pada tahun ini. Yaitu Asian Games, Piala Asia U-19, dan Piala AFF.
Disebut tahun politik, karena pada tahun ini Indonesia akan mengadakan Pilkada serentak 2018. Pertanyaannya, apa hubungannya sepak bola dengan politik? Mengapa dua topik tersebut saya bahas dalam satu tulisan?
Tak bisa dibantah lagi, politik selalu berkaitan dengan hal apapun, termasuk sepak bola. Itulah mengapa dalam tulisan ini, saya mencoba menganalisis hubungan sepak bola dan politik di tahun 2018.
Bukan sekedar bahwa politik dan sepak bola saling berkaitan, tetapi pada Pilkada 2018 ini, setidaknya ada dua calon kepala daerah yang berafisiliasi dengan klub sepak bola di Indonesia.
Pertama adalah Calon Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.Selain statusnya sebagai ketua umum PSSI. Ia merupakan pemilik klub PS TNI dan Dewan Penasehat PSMS Medan.
Posisinya sebagai Ketua PSSI, pemilik klub PS TNI dan Penasehat PSMS Medan layak dikhawatirkan dalam pencalonannya sebagai Cagub Sumut. Edi sangat mungkin memanfaatkan posisinya untuk mengerahkan massa demi mendukungnya pada Pilkada nanti.
Jika benar-benar itu dilakukan Edy, sepak bola yang harusnya bersih dari urusan hiruk-pikuk politik, kembali dicemari oleh segelintir orang yang menggunakan segala acara untuk meraih kekuasaan.
Kedua adalah Calon Gubernur Sumatra Selatan, Dodi Reza Alex Noerdin. Selain anak dari petahana Alex Noerdin, ia merupakan manager Sriwijaya FC. Sudah menjadi anak dari petahana saja,  semua  penanggung jawab Pilkada Sumsel harus waspada agar birokrasi yang kini dipegang ayahnya tidak digunakan untuk memenangkan Dodi.
Ditambah menjadi manager Sriwijaya FC. Semua penanggung jawab Pilkada Sumsel harus bekerja keras agar klub ini tetap independent dari kepentingan politik calon tertentu.
Semua orang tahu, Sriwijaya FC merupakan klub kebanggakan warga Bumi Sriwijaya. Supporternya dikenal dengan sangat militan. Jika tidak diawasi benar-benar dipastikan klub ini akan dimanfaatkan Dodi untuk mendulang suaranya pada Pilkada nanti.
Agar Pilkada Sumsel berjalan jujur dan adil, dan klub Sriwijaya FC tidak tercemari noda politik calon tertentu, tentu harus diawasi gerak-gerik Dodi beserta ayahnya dalam mengarungi Pilkada 2018.