Mohon tunggu...
Alamsyah Nur
Alamsyah Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Dodi Reza Alex Layak Dianggap Sebagai Penghianat?

9 November 2017   20:09 Diperbarui: 10 November 2017   14:32 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih segar dalam ingatan ketika Dodi Reza Alex Noerdin setelah dilantik sebagai Bupati Musi Banyuasin (Muba) oleh ayahnya sendiri Alex Noerdin, pada 22 Mei 2017 lalu, berjanji akan menyelesaikan program kerja (proker) utamanya yaitu perbaikan jalan, listrik dan air bersih.

Tapi janji tinggalah janji, setelah kini mencalonkan diri menjadi Calon Gubernur Sumatra Selatan 2018, dipastikan janji itu hanya tinggal kenangan nama tanpa ada realisasinya. Janji manisnya yang akan mengentaskan tingginya tingkat kemiskinan di Muba karena infrastruktur yang sangat buruk kini hanya bisa diingat sebagai janji palsu yang layak dikenang oleh warga Muba.

Perhatiannya terhadap penjualan karet di Kabupaten Muba yang sangat rendah yang membuat para petani terpaksa menjual murah ke para tengkulak karena sulitnya transportasi dan minimnya fasilitas lain, seperti listrik hanyalah omong kosong belaka.

Kepeduliannya terhadap warga Kecamatan Lalan yang dianggap sebagai  lumbung padi terbesar di Kabupaten Muba, tapi pasokan listriknya sangat kurang, bahkan kawasan ini bisa mendapatkan suplai listrik tiga hari sekali, kini tak lagi bisa dipercaya.

Penghianat, itulah kata yang pantas disematkan kepada anak kandung Gubernur Petahana Sumsel, Dodi Reza Alex. Apalagi selesai merealisasikan seluruh programnya, menyusunnya saja belum tuntas, apalagi mengeksekusinya.

Setelah siap meninggalkan jabatan yang diamanahkannya demi mengejar kedudukan yang lebih tinggi, Dodi harus siap dikenang sebagai bupati yang mengabaikan seluruh janji politiknya selama Pilkada Muba tahun lalu.

Secara aturan tidak ada yang salah, tapi secara etis meninggalkan jabatan yang baru seumur jagung hanya karena kerakusannya mengejar jabatan yang lebih tiggi jelas mencederai hati warga Muba. Itu harus diingat, Dodi! 

Lalu jika sudah dianggap sebagai penghianat, pantaskah menjadi orang nomor satu di Sumsel? Tinggal warga Sumsel yang menilai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun