Mohon tunggu...
Alamsyah Marwan Hamdi
Alamsyah Marwan Hamdi Mohon Tunggu... Administrasi - Alamsyah ,SE bekerja sebagai Freelencer

Alamsyah,SE Jl. Pendreh KPR BTN Km 2, no.4b Rt.33b Rw.009 Muara TEweh

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Membunuh dengan Buku Perjalanan Mudik yang Melelahkan dan Membosankan

26 April 2023   23:21 Diperbarui: 26 April 2023   23:23 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik memang  memiliki magnet yang kuat, karena di sana kita dapat bertemu  dengan orang tua dan keluarga besar serta teman-teman untuk menumpahkan rasa kangen.Juga kangen untuk berbagai hal. Rasa kangen itulah yang saya rasakan yang sangat kuat.

Sebagai mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi yang ada di Bogor,setidaknya dalam setahun sekali bisa mudik ,yaitu saat liburan di hari lebaran,terutama lebaran Hari Raya  Idulfitri .

Bila mudik  yang saya pergunakan ada rute yaitu melalui  jalur darat udara  dan jalur darat laut.

Dalam tulisan  ini saya akan mengisahkan perjalanan mudik melalui jalur darat laut sekitar tahun delapan puluhan .

Bila saya mudik dari Bogor tempat saya menuntut ilmu,  dari tempat kost saya terlebih dahulu naik angkot(warga Jawa Barat menyebut untuk taksi kota ) menuju terminal bus  Baranangsiang Bogor .

Di terminal itu saya membeli tiket jurusan surabaya .Waktu itu ada bus Damri, juga   banyak  Bus yang dikelola pihak swasta  disamping melayani rute Surabaya ,juga melayani  rute  kota-kota lainnya.

Beli tiket waktu itu tidak seperti sekarang ,saya langsung beli di terminal bus .Pokoknya bila ada bus jurusan Surabaya yang akan  berangkat, saya langsung membeli tiketnya.Tapi syukurlah jarang kehabisan tiket,walaupun pun pada bulan puasa ramadan yang tentunya akan banyak pemudik  yang akan mudik,karena ingin  berlebaran di kampung halaman.

Di terminal tidak langsung berangkat dan naik bus walaupun ditangan sudah ada tiket.Saya harus menunggu beberapa saat.Agar tidak bosan ,walaupun capek,tentu buku yang jadi sasaran saya untuk membunuh waktu. Pikiran  dan pandangan yang terkonsentrasi ke capek,atau melihat lalu lalang orang-orang bawa  tas berbagai ukuran ,warna dan bentuk ,ada yang  menampakkan wajah  sedih,ceria,sangar,memelas .

Dengan membaca buku---tidak seperti sekarang di tangan selalu handphone atau gadget  ditangan ---pikiran dapat fokus pada cerita atau kisah yang ada di dalamnya. 

Orang-orang yang lalu lalang dari berbagai penjuru daerah di sekitar Bogor .Mungkin ada yang sebagai  mahasiswa,dosen,pengusaha,guru,pedagang, atau pensiunan pegawai dan lain sebagainya.

Dan akhirnya setelah semua penumpang  pada sudah masuk,bus pun berangkat menuju kota Surabaya. Tiba di terminal surabaya.Lupa saya nama terminalnya.Dengan menumpang taksi kota,  Saya pun langsung menuju ke pelabuhan kapal laut Tanjung Perak dan beli tiket.

Bila ada yang langsung berangkat, saya tidak perlu mencari penginapan lagi,sebaliknya jika tidak ada yang berangkat pada hari itu,saya harus menginap di penginapan atau hotel yang tidak jauh dari pelabuhan.

Oh iya.Waktu itu untuk mendapatkan kapal laut di pelabuhan Tanjung Perak tidak terlalu sulit.seingat saya,saya tidak pernah beli di agen atau tengkulak.

Begitu kapal sudah membuka pintu masuk kapal laut,saya pun bergegas dengan membawa tas gendong dan tas tentengan untuk masuk ke dalam kapal laut.

Tapi yang sangat melelahkan dan riskan,saat menaiki tangga. Kita harus berdesak-desakan dan berjaga jaga dengan dompet di saku,karena dalam situasi seperti itu sangat mungkin kita ke copetan .

Kita bisa juga tidak perlu berdesak-desakan.Kita bisa menggunakan jasa awak kapal untuk mengangkat barang-barang kita dan mencarikan kasur dan tempat untuk meletakkan kasur semacam ranjang. Biasanya dengan cara ini kita akan dengan mudah mendapatkan tempat untuk tidur.

Kita sudah mendapatkan tempat untuk tidur,kita sudah tenang.Kita pun akan menempuh perjalanan paling lambat sekitar 18 jam .Bila saatnya waktu makan kita akan antri. Tapi setelah menerima makanan kita harus segera kembali ke tempat tidur,karena kepala kita sudah mulai pusing disebabkan terlalu lama berdiri. 

Begitu dibawa tidur-tiduran pusing  hilang. Dalam kapal ini pun dapat membuat kita bosan,karena perjalanan kita cukup lama.Nah,..Bukulah yang menjadi solusi agar setidaknya dapat  mengurangi rasa bosan.

Kemudian keesokan harinya tibalah saya di pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Setelah keluar dari kapal laut,saya pun langsung naik taksi kuning (demikian orang Banjarmasin menyebutnya).Naik taksi kuning yang jurusan Sudimampir atau Pelabuhan Barito.

Dan akhirnya saya pun berada di Pelabuhan Barito.Langsung beli tiket kapal sungai jurusan Banjarmasin-Muara-teweh dan masuk ke kapal. Setelah menunggu beberapa saat,tentu bila kapal tersebut jadwal keberangkatan pada hari itu juga.

Di dalam kapal kita disediakan tempat tidur ,tempat yang disekat dan diisi kasur. Perjalanan 2 hari 3 malam bila mudik ,karena kapal sungai melawan arus,sebaliknya kalau balik dari Muara Teweh ke Banjarmasin waktu tempuh kita cuma 1 hari 1 malam.Lebih cepat karena mengikuti arus sungai. 

Kapal sungai yang  saya tumpangi tersedia warung makannya . Tapi ini beda dengan di kapal laut.Kalau kapal laut harga tiket sudah termasuk untuk makan selama 3 kali makan .Kalau tidak salah.Sedangkan di kapal sungai kita bayar sendiri .Berapa kali kita makan dalam sehari kita bebas.

Perjalanan selama 2 hari 3 malam tentu perjalanan yang melelahkan dan sekaligus membosankan .Tapi diantara penumpang masing-masing memiliki caranya sendiri untuk bisa mengobati rasa lelah dan rasa bosan. 

Bila ada empat orang yang memiliki hobi yang sama misalnya sama-sama bisa main domino,maka mereka biasanya akan main domino. Ada juga yang main catur atau main boyang remi.

Kalau sendiri, punya hobi seperti yang lainnya,kita bisa ikut nimbrung untuk melengkapi mereka jika  mereka masih  belum lengkap.

Kita pun punya kebebasan untuk memilih cara untuk menghilangkan kejenuhan atau rasa lelah. Nah,saya punya cara tersendiri,yaitu dengan cara membaca buku yang memang saya persiapkan untuk dibaca selama di perjalanan.

Baca buku lalu lapar. Kemudian makan dilanjutkan tidur,lalu mandi dan  sholat. Buang hajat. Itulah aktivitas di kapal sungai. Tak terasa memang perjalanan sampai ke Muara Teweh ,kampung halaman yang sangat ku rindu bersama seluruh isinya. 

Akhirnya saya pun bertemu  orang tua sanak saudara  dan teman-teman dimasa kanak-kanak,remaja . Tidak lama lagi kami akan merayakan bersama hari raya Idul Fitri  tentunya. Kisah ini terjadi sekitar tahun delapan puluhan,ketika media sosial dan hanphone ,serta media degital lainnya yang masih belum ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun