"Anak saya latihan Paskibraka  tidak sahur ."Kata kawan kantor saya,ketika saya masih menjadi karyawan pada sebuah kantor Badan Usaha Milik Daerah.
Kawan saya yang bernama Bodhy ini antara membuat pernyataan  atau semacam  sebuah keluhan.Memang agak sulit juga membedakannya diantara keduanya
"Lho, nggak sahur?!Tanya saya agak heran.
"Iya, tidaklah.Mereka 'kan latihan Paskibraka untuk persiapan menjelang Agustusan ,HUT Kemerdekaan RI yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Mana mungkin mereka bisa, latihannya 'kan pagi dan sore dan dilanjutkan malamnya semacam pemaparan atau pembekalan yang bersifat teoritis tentunya. "Kata Bodhy panjang lebar.
Tentu saja mereka yang latihan tersebut tidak akan bisa berpuasa,karena kalau  berpuasa tentu akan lapar dan sangat  dahaga.Â
Ya,kalau lapar masih bisa ditahan karena tidak terlalu besar efeknya kepada tubuh,tapi kalau sangat dahaga disamping  dehidrasi akan meningkat dan juga tidak menutup kemungkinan bisa membuat pingsan.
Mendengar apa yang dikatakan kawan sekantor ini, agak prihatin juga rasanya.
Hanya saja saya tidak banyak mengomentarinya,saya yakin kawan saya juga prihatin dan sedih,tapi tidak berdaya.Dilema juga bagi kawan ini .Dia berhadapan dengan anak yang masih semangat-semangat untuk berprestasi dan  panitia yang tidak dapat menentukan waktu yang tepat untuk latihan paskibraka ketika bulan puasa ramadhan
Tapi menurut saya kurang tepat---untuk tidak  mengatakan--- tidak tepat ,kalau latihan Paskibraka  harus meninggalkan kewajiban  berpuasa. Yang penting ada kemauan dari panitia agar mereka yang latihan  persiapan untuk paskibraka itu bisa berpuasa.
Saya rasa cukup mengatur jadwal latihannya saja. Kalau yang tadinya sore dan pagi ,ganti saja menjadi malam hari, dengan durasi yang sama antara latihan sore dan pagi hari dengan malam hari.
Jadi pada sore hari dan pagi digunakan untuk pembekalan yang sifatnya teoritis itu.