Kejadiannya sekitar sepuluh tahun yang lalu di sebuah warung kopi di Muara Teweh,Kabupaten Barito Utara ,Kalimantan Tengah.Â
Sambil menikmati kopi, tiga orang bersahabat  itu asyik ngobrol-ngobrol tentang berbagai masalah. apakah itu masalah pilkada (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Bupati dan Wakil Bupati) yang dilaksanakan serempak di seluruh Indonesia, Covid-19, hingga masalah kekuatan yang dimiliki orang Jawa dan Dayak Kalimantan Tengah.
"Menurut kamu siapa yang lebih kuat antara  orang Jawa dengan orang Dayak?" Tanya Soliter, si Dayak Kalimantan Tengah
"Tentu saja kuat orang Jawa," jawab upono, si Jawa
"Di mana letak kekuatannya? Kalau menurut saya yang kuat adalah orang Dayak karena di Kalimantan paku dimakan." Kata Soliter
"Kalau di Jawa beton dimakan."Kata Supono tidak mau kalah.
"Masa! Ah kalian ini mengada-ngada saja. Masa  orang Dayak Kalimantan memakan paku dan orang Jawa bisa makan beton !?" Kata Isra yang bukan bersuku Jawa dan juga tidak bersuku Dayak itu meragukan.
"Beton itu Bahasa Jawanya, yang artinya biji nangka," jelas Supono.
"Kalau Paku itu Bahasa Dayaknya yang artinya tanaman pakis, dan biasanya  dijadikan sebagai sayuran," jelas SoliterÂ
"Dasar 'gila' kalian ini. Ada ada saja kalian ini padahal saya serius mendengarkan obrolan kalian!" Kata Isra sambil ngakak.