Memaknai Kata MENGHAKIMI berdasarkan Matius 7:1-5.
PENDAHULUAN.
Kata “jangan menghakimi” sering menjadi penghias bibir bagi kebanyakan orang kristen masa kini, sehingga kalimat tersebut menjadi suatu mekanisme untuk mempertahankan diri dalam kesalahan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang Kristen yang tetap hidup dalam kesalahannya, disamping menjalankan kebiasaannya sebagai orang Kristen, beribadah, persekutuan doa dsb, ia tidak menyedari ada banyak kesalahan yang harus diperbaiki dalam hidup.
Mengutip dari Yohanis Luni Tumanan bahwa “gereja seringkali mengalami kesulitan dan bingung ketika harus menentukan sikap terhadap jemaat yang berbuat dosa dan memilih sikap ekstrim yaitu membiarkan seseorang jatuh ke dalam dosa karena takut menegur dan membuat mereka tersinggung. Sikap yang lebih parah adalah Ketika gereja sangat membenci dosa, sehingga juga membenci orang yang berbuat dosa. Banyak gereja yang lalai menerapkan disiplin dalam gereja masa kini, karena takut dianggap bertentangan dengan kasih Allah dan dapat menjadi penyebab perpecahan dan peselisihan dalam jemaat. Banyak orang memandang disiplin gereja seperti sebuah kutukan daripada melihatnya sebagai cinta kasih yang dapat menjaga dan memulihkan persekutuan umat Tuhan.”[1] Penjelasan ini mengandung arti bahwa hal itu terjadi karena ada salah paham mengenai kalimat “jangan menghakimi”.
Marilah kita selidiki bersama bahwa, kata “menghakimi“ diambil dari kata dasar “hakim” yang mengandung arti; mengadili atau berlaku adil sebagai hakim. (KBBI) Jika diperhatikan dengan baik bahwa kata “menghakimi” (Yunani): “Krino” (Bentuk: kata kerja). Yang mengandung maksud, Mengkritik, mengecam, menilai, mengkritisi, memilah, memisahkan atau mendiskriminasi, membezakan antara yang baik dan yang jahat- benar dan salah, menyaring dan menganalisis bukti yang benar. (Alkitab Sabda) Hal ini bermaksud, “menghakimi” adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk Mengkritik, mengecam, menilai, mengkritisi, memilah, memisahkan atau mendiskriminasi, membezakan antara yang baik dan yang jahat- benar dan salah, menyaring dan menganalisis bukti yang benar terhadap seseorang.
Oleh karena itu sebelum seseorang mulai untuk menghakimi maka ada prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu;
Ada pengakuan dosa. “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu maka engkau bisa melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Matius 7:5). Hal ini berarti Sebelum menilai orang lain, nilailah diri sendiri, Temukan dan mengakuinya dihadapan TUHAN Allah dan kemudian memperbaikinya.
Membuka diri dibentuk oleh Tuhan Allah: “Selidiki hatiku, ya Allah, dan kenallah hatiku. Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal” (Mazmur 139:23-24). Membuka diri mengandung arti buka hati, buka minda untuk Tuhan berkarya dalam hidup. Singkirkan keegoisan diri, maka kita melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita.Kita tidak akan mungkin dapat memberikan dorongan spiritual kepada orang lain jika kita tidak dibentuk dan dipenuhi oleh firman Tuhan terlebih dahulu.
Membuka diri terhadap kritikan /Nasihat Orang lain: “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak dimasa hadapan.” (Amsal 19:20). Membuka diri untuk menerima Nasihat / teguran adalah awal dari perkembangan diri yang mengarah kepada kerendahan hati. “keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.” (Amsal 13:10).
MENGHAKIMI DARI SUDUT PANDANG FIRMAN ALLAH:
Jika kita perhatikan dan selidiki dengan seksama bahwa dalam Firman Tuhan menjelaskan bahawa menghakimi adalah;
Pertama, MENEGUR / MENASIHATI. "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” (Matius 18:15-17). Kerendahan hati adalah keharusan bagi setiap Umat Percaya dalam usaha menyatakan dan menegakkan kebenaran Tuhan dengan tetap menyedari bahwa semua orang berdosa. “tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”, supaya jangan ada diantara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa” (Ibrani 3:13).
Kedua, MENYATAKAN KEBENARAN ALLAH. “Janganlah menghakimi menurut apa yang Nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” (Yohanes 7:24). Menyatakan kebenaran Allah bukan hanya “omong kosong”, tetapi tindakan yang didasarkan pada fakta dan Firman Allah.“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain.” (Kolose 3: 16). Dalam usaha menegakkan kebenaran, perlu disedari, semua orang cenderung untuk berbuat dosa. Karena itu, semua Umat Percaya yang mempunyai kesempatan dan fungsi sebagai pemimpin dan penasihat, harus mau dan dapat menilai serta memperbaiki diri sendiri, agar dapat memberi contoh dan teladan hidup baik.
KESIMPULAN:
Sebagai umat percaya yang mengenal kebenaran Kristus, harus berani untuk “Menghakimi” dengan Benar; Tetap berpegang pada Firman Tuhan sebagai landasan untuk menilai Apa yang baik dan jahat, yang harus dinyatakan kepada semua orang dengan tegas tetapi dengan kasih. Bacalah 2 Timotius 3:16-17 “ segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untu setiap perbuatan baik". Yang tersesat dan tersalah sikap, harus diperingatkan, dengan tidak memandang siapa orangnya tetapi berdasarkan pada fakta yang benar. “Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah” (Amsal 9:9).
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H