Mohon tunggu...
Alamsyah Levinus
Alamsyah Levinus Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis artikel Kristen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memaknai Kata "Menghakimi" Berdasarkan Matius 7:1-5

30 Juni 2022   10:07 Diperbarui: 9 September 2022   15:45 19361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, MENEGUR / MENASIHATI. "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”  (Matius 18:15-17).  Kerendahan hati adalah keharusan bagi setiap Umat Percaya dalam usaha menyatakan dan  menegakkan kebenaran Tuhan dengan tetap menyedari bahwa semua orang berdosa. “tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”, supaya jangan ada diantara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa” (Ibrani 3:13). 

Kedua, MENYATAKAN KEBENARAN ALLAH. “Janganlah menghakimi menurut apa yang Nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” (Yohanes 7:24). Menyatakan kebenaran Allah bukan hanya “omong kosong”, tetapi tindakan yang didasarkan pada  fakta dan Firman Allah.“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain.” (Kolose 3: 16).  Dalam usaha menegakkan kebenaran, perlu disedari, semua orang cenderung untuk berbuat dosa. Karena itu, semua Umat Percaya yang mempunyai kesempatan dan fungsi sebagai pemimpin dan penasihat, harus mau dan dapat menilai serta memperbaiki diri sendiri, agar dapat memberi contoh dan teladan hidup baik.

KESIMPULAN:

Sebagai umat percaya yang mengenal kebenaran Kristus, harus berani untuk “Menghakimi” dengan Benar; Tetap berpegang pada Firman Tuhan sebagai landasan untuk menilai Apa yang baik dan jahat, yang harus dinyatakan kepada semua orang dengan tegas tetapi dengan kasih. Bacalah 2 Timotius 3:16-17 “ segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 

Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untu setiap perbuatan baik". Yang tersesat dan tersalah sikap, harus diperingatkan, dengan tidak memandang siapa orangnya tetapi berdasarkan pada fakta yang benar. “Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah” (Amsal 9:9).

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun