Mohon tunggu...
ALAMSYAH ANGGI KUSUMA
ALAMSYAH ANGGI KUSUMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya mahasiswa Universitas Airlngga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Prodi Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Solusi Strategi Partai Banteng Dalam Menentukan Langkah Politis di Ambang Kehancurannya

5 Desember 2024   19:27 Diperbarui: 5 Desember 2024   19:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dinamika politik Indonesia terus berkembang seiring dengan perubahan kebutuhan masyarakat dan munculnya aktor-aktor politik baru. Sebuah partai politik yang dikenal dengan sebutan Partai Banteng, yang selama ini dikenal dengan jaringan organisasi yang kuat hingga tingkat akar rumput, telah memanfaatkan program-program langsung seperti bantuan sosial, kaderisasi berbasis ideologi, pendekatan nasionalis, isu isu kemiskinan yang lekat dengan identitas "wong cilik." Hanya saya pendekatan tersebut dinilai kurang kontemporer dalam menggaet massa seperti jaman baheula dikarenakan transformasi politik telah berubah ke arah digital, sehingga menjadi konsekuensi bahwa Partai Banteng hari ini kurang memperoleh massa progresif. Menjadi bukti nyata di pilkada serentak pada tanggal 27 November 2024 lalu yang mana berbagai kekalahan diperoleh nya di beberapa daerah yang diklaim secara percaya diri mampu menang sesuai dengan pertimbangan politik yang telah diperhitungkan, contoh nya Jawa Tengah yang telah di gadang gadang akan menjadi basis pemenangan Partai Banteng, justru malah menjadi tempat kekalahan nya. Kendati demikian fenomena ini justru terbalik pada satu lustrum yang lalu partai ini berada di puncak jayanya, sehingga ini  membuat terlena dengan kekuasaan yang mereka anggap tidak mungkin berlalu.

Kepemimpinan Joko Widodo, dengan citra bersih dan gaya ndeso, menjadi salah satu faktor penting yang mendongkrak popularitas partai tersebut. Fenomena yang kerap disebut sebagai Jokowi Effect ini menggiring persepsi positif dan memperkuat integritas partai di mata publik. Namun, usai dua periode kepemimpinannya. Labelisasi di masyarakat telah tumbuh subur seseorang yang lugu dan merakyat telah pelik dihilangkan di hadapan khalayak umum, semula pendekatan ini dimaksudkan sebagai branding yang ditempelkan oleh Partai Banteng malahan menjadi bumerang, harapan yang di bumbungkan awal bagaimana mempertahankan dukungan ketika magnet utama yakni sosok Jokowi justru membelot dari keinginannya. Beberapa manuver licik Jokowi telah membuatnya kecolongan, banyak hal yang telah dilakukan seperti akal akalan memasukkan kader partai politik dalam kabinet Indonesia Maju membuat Jokowi banyak sekali mengantongi dosa kader partai, hal ini cukup menjadi ultimatum bagi partai politik itu sendiri dan banyak itikad tidak baik yang mampu menundukkan secara paksa partai politik, dampak dari pada itu jokowi berhasil membentuk koalisi hasil tipu daya yang sukses dibuat, koalisi ini dikenal masyarakat dengan nama Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM PLUS).

Hadirnya Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM PLUS) menaikkan tensi Partai Banteng, karena aliansi politik baru yang menawarkan pendekatan segar dan populis. Koalisi ini, yang mengusung tokoh-tokoh baru yang mempunyai gagasan terkesan progresif dan eksis, berupaya menarik generasi muda—segmen pemilih yang semakin kritis terhadap aktor politik mapan. Tantangan ini mengharuskan Partai Banteng untuk beradaptasi, terutama dalam merangkul isu-isu yang relevan dengan kebutuhan masa kini. Partai dihadapkan pada keharusan untuk berinovasi dalam merumuskan kebijakan politis. Isu-isu besar seperti perubahan iklim, transformasi digital, dan peningkatan inklusi ekonomi, juga pendekatan fresh kepada kaum milenial dan alpha semakin digencar gencarkan. Selain itu, langkah-langkah reformasi internal diperlukan guna menghilangkan stigma negatif terkait korupsi atau nepotisme, demi menjaga kredibilitas daripada koalisi ini. Partai Banteng dirundung gundah gundala dan kebingungan akan agenda politik apa yang dapat diusung, dikarenakan sudah ketinggalan start sedari awal, hal ini menjadikan nya miskin identitas di mata kawula muda.

Langkah konkret Partai Banteng  yang dapat diambil yaitu memfokuskan diri pada generasi muda. Program-program yang menyasar kepentingan mereka, seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan kerja pasca SMA, pengembangan program ramah disabilitas, pemanfaatan waktu luang bagi remaja, kegiatan budaya yang lebih modern, dan berbagai pelatihan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berbasis teknologi digital harus diperkuat, dimana hal ini dilakukan semata mata untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar (UUD). Disaat yang sama, komunikasi politik yang ringan dan kekinian melalui platform media sosial seperti Tiktok, Instagram, threads, dan Twitter X, perlu dimaksimalkan untuk menjangkau kalangan ini secara efektif. Partai Banteng seharusnya mulai mengintegrasikan teknologi masa depan seperti metaverse dan AI dapat mendorong program-program mereka menjadi lebih maju, sekaligus membuka peluang untuk kampanye yang lebih modern dan relevan yang bisa dilakukan, misalnya, acara Virtual Campaign Rally memungkinkan para pendukung hadir menggunakan avatar mereka, berinteraksi langsung, dan merasakan pengalaman mendalam dari visi-misi kandidat, dapat juga untuk menambah daya tarik, teknologi Augmented Reality (AR) bisa dimanfaatkan. Dengan AR, materi kampanye seperti poster atau brosur menjadi interaktif cukup dengan memindai menggunakan ponsel, pemilih dapat melihat video atau animasi kandidat yang menjelaskan program kerja mereka, generasi muda yang akrab dengan teknologi ini tentu akan merasa lebih terhubung, dan dalam penyerapan aspirasi juga dapat secara virtual dengan cara membuka diskusi melalui tagar tertentu (misalnya, #AspirasiRakyat) di media sosial, dan banyak langkah lagi yang lebih kekinian.

Hadirnya kompetisi baru di panggung politik adalah peluang sekaligus tantangan bagi partai untuk bertransformasi. Ideologi marhaenisme bukanlah hambatan besar untuk melangkah, justru menjadi pedoman dasar dalam melangkah, hanya saja di era sekarang ini masyarakat cenderung tidak ideologis, ini menjadi PR utama bagi partai ini untuk mengemas lebih modern, fleksibel, dan tidak kaku, juga mengharuskan langkah yang inovatif, responsif, dan strategis. Partai Banteng tetap memiliki peluang besar untuk mempertahankan posisinya sebagai kekuatan utama. Dalam perjalanan ke depan, kemampuan untuk terus relevan dan memberikan solusi nyata bagi masyarakat akan menjadi penentu keberhasilan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun