Mohon tunggu...
Alamsyah gautama
Alamsyah gautama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa penggerak

Bacalah dan tuangkan pikiran dalam membangun indonesia yang berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Refleksi Hari Kesadaran Nasional Menuju Indonesia Maju dan Berdaulat

17 Maret 2023   18:11 Diperbarui: 18 Maret 2023   10:23 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

17 maret 2023 ditetapkan sebagai hari kesadaran nasional, diperingati oleh para pemangku kepentingan negara dewasa ini menjadi refleksi bersama bagi masyarakat terkhususnya pejabat publik, karena memasuki bulan maret 2023 banyak peristiwa besar yang Amoral di cerminkan oleh pemangku kebijakan publik dan penegak hukum, seperti korupsi, pemerkosaan, narkotika oleh oknum kepolisian, pembunuhan dan lainnya.

Kejadian ini tidak bisa di anggap remeh karena banyaknya kasus besar yang terungkap, memberi sinyal bagi masyarakat bahwa semakin lama kecurangan maupun kebusukan akan terungkap pada akhirnya, indonesia yang sudah berusia 78 tahun sudah seharusnya bertindak tegas terhadap persoalan yang didapati, hukum di indonesia menjadi pertanyaan, apakah pemangku kebijakan publik tidak lagi takut dengan sanksi hukum yang dijatuhkan? 

Atau hukum indonesia terlalu ringan?. Persoalannya adalah bahwa kasus terungkap bukan kasus kecil, sehingga menciptakan amarah masyarakat di tengah susahnya perekonomian saat ini.

Bertepatan hari kesadaran nasional saat ini, perlu bagi pemangku kebijakan publik maupun publik sendiri kembali pada fitrahnya sebagai masyarakat yang tunduk dan patuh pada peraturan dan konsitusi bernegara. 

Pengetahuan maupun tindakan harus di dasarkan pada tingkat kesadaran kritis, seorang filsuf brazil Paulo Preire mengatakan jika ingin mencapai individu Ideal' harus melalui tiga tingkat kesadaran, 1. kesadaran magis 2. Kesadaran normatif 3. Kesadaran Kritis. Masyarakat indonesia dalam hal ini tidak kekurangan orang cerdas, begitupula dengan pejabatnya hanya saja terhenti pada hilangnya kesadaran. 

Banyak dari orang cerdas indonesia kini kehilangan nuraninya, bisa jadi ini akibat perubahan sosial dan sistem kapitalistik yang marak terjadi, sehingga obsesi untuk memperkaya maupun rasa tidak puas tertanam dalam jiwa pejabat indonesia saat ini, sayangnya ini berdampak terhadap masyarakat kecil, baik dari perekonomian, sosial maupun politiknya.

Max weber mengatakan apabila ingin membentuk kesadaran kritis harus diawali oleh individu-individu inovatif, kemudian di sebarkan di berbagai lembaga/instansi terkait untuk mencapai kesadaran kritis lainnya, akan tetapi butuh waktu yang lama, sebab peran individu inovatif tadi harus mampu membisikkan pada individu lainnya sehingga mencapai kesepakatan kelompok dan yang nantinya menjadi kesepakatan struktural maupun organisasi, itulah mengapa orang-orang baik dan paham persoalan seharusnya masuk dalam instansi pemerintahan. 

Sebab persoalan hari ini malah individu yang sudah terbentuk baik secara moral maupun tindakan memilih tidak ikut dalam kursi pemerintahan, tetapi anehnya menyayangkan perbuatan amoral yang diaktualisasikan para pemangku kebijakan saat ini. 

Itulah pentingnya mengetahui bahwa perjuangan itu harus berjalan 2 arah, menjadi pemangku kebijakan publik tidak hanya terhenti pada pengetahuan dan modal politik melimpah' melainkan etika dan moral dalam bernegara dan berbangsa mesti tuntas, sehingga nurani dan jiwa semerta selalu menghendaki kebenaran dan berpihak pada masyarakat kecil dan mustadafin.

Revitalisasi  ideas as historical forces

Menghendaki perubahan dan menciptakan kesadaran tidak bisa terhenti hanya di pemberian sanksi pada pelanggar maupun nasihat, perlu bagi seluruh elemen untuk kembali mengaktualisasikan ideas as historical force yaitu membedakan pribadi tradisional pada pribadi modern saat ini, Alex inkels pernah merumuskan apabila mendidik masyarakat dengan manusia modern, maka masyarakat itu secara berangsur-angsur akan mengubah sistem atau struktur sosialnya, karenanya diperlukan merubah individu terpercaya didalamnya yang akan di turunkan nantinya, sehingga pertanyaan yang keluar adalah bagaiaman merubah kepribadian orang? Jawabnya adalah dengan menanamkan ide-ide modern pada diri individu tersebut.

  • Terbuka pada pengalaman-pengalaman baru tidak membatasi pendapat baru maupun penemuan baru dan terangsang untuk mengetahuinya seperti percepatan teknologi dan sosial, sehingga ia tidak tertutup, biasa kita sebut (openness to new experience)
  • Kemandirian (independence) tidak memiliki ketergangungan dengan otoritas maupun individu lainnya dan berjalan diatas kaki sendiri dalam hal apapun.
  • Percaya pada sains ( believe in science) sebagai pemecahan masalah an menemukan hal-hal baru didunia sebagai konsekuensi logis.
  • Mobility orientation yaitu mempu memetakan perjalanan hidup dan beriktiar untuk mendapatkannya sebagaiaman halnya ambisius, menghendaki kemenangan dan perubahan signifikan dalam hidup baik itu jabatan pengetahuan maupun perekonomian
  • Mempunyai rencana jangka pendek maupun panjang yaitu mampu membuat langkah dan tujuan yang akan dilalui dalam setiap langkah sehingga memiliki target kongkrit di kehidupannya
  • Aktif berpolitik maksud disini yaitu mampu memutuskan pilihan dan menerima konsekuensi dalam sistem pemerintahan, sebaliknya orang yang dikatakan pasif dalam politik disebut apatis, tentunya masyarakat modern bertentangan dengan apatisme, Ia menghendaki partisifastif dan perubahan

Ide modern di atas menjadi pendorong untuk membentuk kepribadian maupun individu terpilih yang nantinya akan menjadi promotor perubahan dikelompoknya, teori ini mencoba untuk mendorong perubahan melalui gagasan tidak semerta-merta dengan money dan lingkungannya. Merupakan harapan besar untuk bisa mengubah sistem dengan gagasan inovatif dan terukur, sampai bisa mencapai negara berdaulat dan berkeadilan nantinya.

Rekonstruksi sistem pendidikan yang adaptif 

Mengobati akan menyembuhkan suatu penyakit, berbeda dengan mencegah' ia akan mengantisipasi dan menghentikan datangnya suatu penyakit. 

Hal paling mendasar dalam menciptakan kesadaran dan moral bernegara yaitu dengan menciptakan pendidikan yang adaptif seperti relevansinya terhadap perubahan jaman maupun ketertinggalan masyarakat dalam memhami situasi kondisinya. Sistem pendidikan saat ini baik dari awal kuliah sampai akhir masa perkuliahan jarang membahas persoalan bernegara secara teknis, bahkan penanaman Etika dan moral dalam bangku perkuliahan sangat minim, sedikit banyaknya hanya bertumpu pada etis konsitusi maupun undangan-undangan bernegara, padahal undang-undang walaupun muatannya adalah peraturan bernegara masih belum cukup apabila tidak di landasi dengan paham Etika dan moral yang bertumpu pada kebenaran mutlak setiap manusia yang bertuhan.

Terdapat kecendrungan sistem pendidikan yang tidak adaptif dan kurang menekankan pentingnya resonsiblity maupun konsekuensi perilaku, sehingga mengakibatkan fallacy dalam langkahnya, yaitu 'what people say and what they actually do' apa yang di bicarakan selalu tidak sesuai dengan apa yang di lakukan.

Minimnya pemahaman teknis dan mendepankan teori dalam sistem pendidikan di kampus khususnya' menyebabkan kemudahan untuk berbicara hal apapun tanpa mengerti dan tidak siap menerima konsekuensinya bahkan tidak tau cara menjalankannya, fenomena ini marak kita dapatkan' kelihaian berbicara di depan publik dan menebar janji depan publik tanpa mengaktulisasikan atau mengaktualisasikannya tanpa terukur dan terarah apa yang disebutkan, sehingga peran dan fungsi intelektual khsusnya mahasiswa itu menghianati moral universe, sebagaiamana yang disebut julian benda " bukan hanya moral universe yang dikhianati oleh kaum intelektual sehingga diremehkan oleh manusia, tetapi juga kebenaran universal. 

Sistem pendidikan tanpa asas komplit dan kongrit seperti halnya memasuki hutan tanpa senjata, ia akan dilema antara bertahan hidup dan tidak tahu arah. Oleh karenanya rekonstruksi sistem pendidikan menuju teknis pada reaitasnya  harus terus diperbaharui dan dikembangkan, sehingga mahasiswa/pemuda sebagai pengawas kebijakan publik akan tau realitas nyata dalam berkehidupan dan paham akan tanggung jawab etis maupun moralnya saat menduduki bangku perkualiahan, tidak seperti sekarang' cendrung mahasiswa menjadi 'Penghianat

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun