Mohon tunggu...
Alamsta Suarjuniarta
Alamsta Suarjuniarta Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa universitas Udayana Jurusan Manajemen Sumberdaya perairan. Mempunyai moto Hidup untuk meninggalkan jejak. Semakin banyak problematika dan caci makian termasuk hinaan. Membuat orang tersebut menjadi lebih kritis, terhadap kehidupan dan makin kuat untuk menantang gemerlap dunia "Aku tidak ingin menjadi pohon bambu Aku ingin menjadi pohon oak yang menantang angin" -Soe hok Gie-

Selanjutnya

Tutup

Nature

Melawan Lupa Hari Laut Sedunia

10 Juni 2018   12:05 Diperbarui: 10 Juni 2018   12:20 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi ingatan kita akan hari laut sedunia, masih segar di di perbincangakan kemarin adalah hari laut sedunia yang di peringati oleh seluruh elemen masyarakat dunia tidak kecuali Indonesia. Hari kelautan bertujuan untuk mengingatkan kepada kita bahwa laut itu penting bagi manusia dan laut adalah sektor tumpuan kita dalam membangun Indonesia menuju kemajuan.

Di dalam kebudayaan Indonesia sudah jelas di sebutkan bahwasannya laut adalah segalanya dan sejarah berkata kerajaan yang maju seperti Sriwijaya, majapahit dam bugis adalah contoh peradaban yang maju karena bersinergi dengan laut. Bagi masyarakat indonesia seperti sepenggal lirik lagu yang kita ketahui sejak masih bocah "Nenek moyang ku seorang pelaut" dalam lirik tersebut sangat jelas bahwa salah satu budaya bangsa Indonesia adalah budaya bahari yang di turunkan kegenerasi- generasi sebagai pegangan dalam mengarumi kerasnya ombak samudera.

Dunia merayakan hari laut sedunia ini dengan begitu banyak kehawatiran dan warning terhadap masa depan laut global, seperti kita ketahui tapi tidak bertindak masalah Plastik salah satu ciptaan manusia sangat membuat ketergantungan bagi manusia. Masalah plastik yang di lautan sudah menjadi masalah dunia, begitu banyak kerugian yang di sebabkan oleh namanya Kantong plastik yang kita beli lalu baung sekali pakai, sungguh ironis dampak pasltik di laut membuat ekosistem laut menjadi terganggu.

Begitu banyak dampak buruk plastik di lautan yang tidak akan saya jelaskan. Tapi baru baru ini di portal berita di terangkan bahwa Kantong plastik dengan saudara saudaranya sudah sampai pada titik terdalam laut yaitu "Palung Mariana". Kejadian ini membuktikan bahwa plastik ada dimana dimana mulai dari samping kita sampai titik terdalam lautan.

Lupakan dulu namanya sampah plastik di laut mari kita mambahas masalah lainya yang ada di laut kita. Dewasa ini  orang mengamgap sektor laut di pandang sebelah mata atau sektor laut tidak terlalu berperan dalam kemajuan ekonomi Indonesia. Sebenarnya halaman depan bangsa Indonesia ini adalah laut bukan sebaliknya menjadikan laut sebagai halaman belakangan.

Begitu banyak ada kekayaan yang dimiliki oleh laut kita seperti halnya kaya akan sumberdaya ikan, surberdaya lamun, terumbu karang dan tentu sumberdaya wisata tentunya yang dimiliki oleh laut Indonesia khususnya. Coba bayangkan bila kita menangkap ikan lalu menjualnya dengan harga katakanlah 50ribu Kg. Tetapi bila lain pembahasanya kita membuka sektor wisata laut yang Ekotourism maka akan melipat gandakan uang yg tadinya 50ribu menjadi dolar dolar. Bukan hanya pelaku wisata saja yang di untungkan tetapi pelaku yang lain seperti penginapan, restoran, jasa akomondasi semua pihak akan di untungkan. Masyarakat tidak ditugaskan hanya menjaga laut saja tetapi mendapatkan uang dari laut juga seperti wisata laut.

Jadi apa kontribusi kalaian akan laut kedepanya setelah kemarin kita telah merayakan hari laut sedunia hari? bukan hanya acara serimonial tetapi apa sih kontribusi para pemuda khusunya untuk mewariskan laut kepada anak cucu mereka kelak.

Aku lebih suka lukisan samudera

yang gelombangnya menggebu-gebu

dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentram.

 --Soekarno-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun