Pada tahun 1998 saya melakukan survei mengenai orientasi pilihan karir dan pendidikan pada sebuah SMA swasta di Pontianak. Tujuannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap berbagai jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih.
Selain itu saya juga ingin mengetahui pengaruh pengetahuan mereka terhadap pilihan jurusan di perguruan tinggi. Penelitian tersebut membuktikan hipotesis saya. Lingkungan pendidikan maupun keluarga tidak memiliki kesiapan dalam memberikan orientasi pilihan karir.
Sebagian besar siswa mengakui, pilihan jurusan dan karir yang mereka lakukan mengacu pada pekerjaan yang dimiliki oleh orangtua atau anggota keluarga lain yang sudah bekerja.
Pilihan seperti ini menghasilkan keadaan "buah jatuh tidak jauh dari pokoknya". Siswa akan mengikuti jejak orangtua atau anggota keluarga lain dalam memilih pendidikan lanjutan dan meneruskan karir.
Kondisi ini saya prediksi pada masa tersebut akan menyebabkan keterlambatan generasi tersebut dalam mengadaptasi perkembangan kebutuhan keahlian pada bidang pekerjaan baru.Â
Penelitian tersebut sudah 10 tahun berlalu dan kebutuhan akan keahlian serta berbagai pekerjaan baru yang saya pikirkan sekarang sudah terwujud. Sementara sistem pendidikan kita tidak banyak berubah. Tidak hanya tidak berubah dalam hal memberikan informasi memadai mengenai pilihan karir, sistem pendidikan kita juga belum maksimal dalam mengarahkan generasi-generasi masa depan untuk berpikir produktif, kreatif, termasuk merencanakan masa depan.Â
Generasi masa sekarang cenderung menyenangi segala sesuatu yang instan, serba cepat, dan menjadi tidak sabaran. Sikap hidup seperti inilah yang menyebabkan mereka lebih berorientasi pada menikmati kehidupan di masa sekarang daripada berpikir tentang masa depan.
Berganti-ganti pekerjaan sudah menjadi sebuah tren. Sikap hidup konsumtif dan lebih mengutamakan gaya hidup sudah menjadi hitz. Memamerkan barang baru yang dimiliki dan kegiatan jalan-jalan dengan menggunakan media sosial menjadi semacam kebutuhan sosial.Â
Di zaman ini, sikap hidup hemat dan hanya menabung tidak akan menjamin kemapanan hidup di masa depan. Pengaturan dana masa tua tidak cukup hanya dengan mengandalkan uang yang disisihkan dari gaji.
Jika memilih untuk menabung di rumah ada risiko ancaman terhadap keamanan dana yang disimpan. Menyimpan di bank juga bukan pilihan yang tepat karena ada beban pajak bunga dan administrasi yang justru malah bisa mengurangi jumlah nilai tabungan. Lalu apa yang bisa dijadikan sebagai sarana investasi di masa sekarang?
Semua jenis investasi memiliki risiko. Pemilihan investasi harus didasarkan pada tingkat tolerasi pelaku investasi terhadap risiko yang dapat ditanggungnya. Adapun yang dimaksudkan dengan risiko di sini adalah kegagalan pelaku investasi untuk mendapatkan nilai tambahan dari investasi yang dilakukan.
Kegagalan tersebut bisa berbentuk nilai tambah yang tidak optimal, pertumbuhan nilai investasi yang lebih lambat dari prediksi awal, atau malah mengalami kerugian. Oleh sebab itu, pemilihan investasi harus didasarkan pada pertimbangan toleransi yang bisa kita terima sebagai pelaku investasi.Â
Pada tulisan ini, saya akan mengurutkan 5 jenis investasi yang cocok bagi generasi masa kini. Urutannya didasarkan pada risiko yang minimal sampai dengan risiko yang lebih besar.
1. Pertama, deposito berjangka
Investasi berjangka jelas akan mendatangkan bunga simpanan yang lebih baik daripada tabungan biasa. Investasi ini juga dipilih berdasarkan jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, atau jangka panjang.
Jika tingkat toleransi dalam hal kebutuhan dana sangat singkat, maka pilihan jangka waktu singkat bisa dipilih. Jika toleransi penggunaan dana lebih panjang, maka investor bisa memilih jangka panjang dan bahkan memilih perpanjangan investasi otomatis.Â
2. Kedua, tabungan emas
Daripada membeli emas dalam bentuk fisik, sekarang tersedia investasi emas dalam bentuk tabungan emas. Tabungan ini di Indonesia dikeluarkan oleh Pegadaian. Investor dapat membeli jumlah emas yang diinginkan dengan uang dan tabungannya dicatat dalam bentuk jumlah emas yang dimiliki. Tentu saja pada saat uang tunai diperlukan, jumlah emas yang dimiliki juga dapat dicairkan.
3. Membeli tanah atau tanah dan bangunan
Tanah yang telah dibeli dapat dijual kembali saat harganya baik atau dibangun jika sudah memiliki dana lebih. Bangunan pada tanah juga dapat disewakan atau dibuat kos-kosan. Bangunan yang dapat dijadikan investasi pada masa sekarang juga sangat beragam, tidak hanya berbentuk rumah biasa, tetapi bisa juga berupa vila dan apartemen.
4. Saham
Jika toleransi investor terhadap risiko cukup tinggi, maka saham dapat menjadi pilihan. Melalui investasi saham, pelaku investasi memiliki peluang untuk memperoleh nilai tambah dari kenaikan harga sama. Namun, perlu diingat juga bahwa harga saham juga bisa saja memburuk suatu saat dan investor bisa saja kehilangan seluruh nilai investasinya.
Oleh sebab itu, investasi saham memerlukan pengetahuan, kecermatan, dan juga tindakan cepat dalam mengakuisisi atau melepas saham yang dimiliki.Â
5. Penanaman modal langsung
Ini dapat dilakukan pada usaha yang dilakukan oleh orang lain atau memberikan pinjaman usaha juga dapat dijadikan sebagai pilihan. Dalam peminjaman modal usaha dapat dibuat perjanjian mengenai pengembalian nilai pinjaman beserta sistem pembagian keuntungan, serta tingkat pertanggungan risiko dari peminjam dan yang dipinjami.
Tentu saja, investasi ini jelas memiliki risiko yang sangat tinggi. Jika usaha gagal atau pihak peminjam melakukan wan prestasi, pihak yang meminjamkan bisa saja kehilangan seluruh nilai investasinya.Â
Dalam melakukan investasi, salah satu prinsip utama adalah tidak melakukan invetasi hanya pada satu jenis pilihan. Jika terdapat dana investasi yang cukup besar, maka investasi perlu dilakukan pada beberapa instrumen secara bersamaan. Tujuannya adalah untuk mengurangi besarnya risiko yang akan ditanggung.
Secara sederhana bisa dijelaskan, misalnya investor memiliki properti yang kemudian disewakan, memiliki tabungan emas, dan juga melakukan investasi saham, maka jika salah satu dari investasi tersebut mengalami risiko, investor tetap masih bisa melanjutkan kehidupan dan usahanya dan tidak kehilangan seluruh dana yang dimilikinya.Â
Dengan mengetahui ulasan singkat ini tentu saja tidak akan otomatis membuat orang bisa melakukan investasi. Supaya dapat melakukan investasi dengan baik, selain belajar juga perlu praktik langsung atau melakukan investasi.
Pelaku investasi juga harus siap menanggung risiko investasi dan segera bangkit jika mengalami keterpurukan atau gagal. Intinya melakukan kegiatan investasi adalah proses belajar terus menerus.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H