Baik-buruk, senang-sedih, sehat-sakit, damai-konflik adalah beberapa kondisi yang dihadapi oleh semua manusia. Kedua sisi tersebut akan selalu ada dan juga bisa menjadi tiada dalam kehidupan semua manusia. Ketika semua baik-baik saja, terkesan seolah-olah yang buruk sirna.
Padahal kondisi buruk tersebut hanya tertutupi oleh dominasi keadaan baik-baik saja. Tenang-tenang menghanyutkan sering menjadi kejutan bagi orang lain, karena kita tidak mungkin mengikuti keseluruhan hidup orang lain. Namun, secara umum memang  banyak pula manusia yang memang suka mengurusi kehidupan orang lain dan menakar kehidupan orang lain sesuai dengan keinginan dan harapan pribadi.
Figur-figur publik adalah orang-orang yang harus siap kehidupan pribadinya dicampuri oleh orang lain. Kehidupan pribadi mereka terkesan seringkali penuh sensasi dan sangat mengejutkan.
Tidak jarang mereka membuat kejutan-kejutan di dalam kehidupan mereka. Kejutan tersebut bisa saja dibuat dengan sengaja atau tidak sengaja. Kejutan tersebut bisa juga dibuat demi memuaskan harapan publik terhadap diri mereka. Bukan lagi rahasia jika pemuasan keinginan publik juga dilakukan demi motif keuangan, politik, dan juga mempertahankan atau meningkatkan karir mereka.Â
Berita-berita yang bersifat mencengangkan dari figur-figur tersebut juga menjadi daya tarik pemberitaan di berbagai media. Saya sendiri ketika menulis postingan ini juga tidak terhindar dari mengikuti trend topik mengenai perceraian dua artis Korea. Tujuannya juga bisa saja demi menaikkan rating kunjungan ke blog saya atau meningkatkan jumlah pengunjung and pembaca tulisan saya.Â
Apakah bagi saya peristiwa perceraian tersebut mencengangkan? Tentu saja tidak. Kebetulan saja karena yang menjadi topik pemberitaan adalah artis.
Dalam perjalanan panjang kehidupan saya, saya juga sudah banyak sekali mendengar, mengamati, dan mengetahui kehidupan rumah tangga orang-orang di sekitar saya.
Tentu saja ada yang TAMPAK baik-baik saja dan bahkan sangat harmonis, dan ada pula yang TAMPAK sangat tidak baik dan menimbulkan kesan buruk bagi orang lain yang melihatnya.Â
Sederhana bisa dipahami melalui dua contoh kasus yang paling banyak saya temui. Ada orang yang menikah karena motif cinta dalam arti afeksi dan ada yang menikah hanya untuk kepentingan memenuhi tugas dan tanggung jawab berumah tangga. Ketika pasangan memilih menikah karena cinta, biasanya jalinan hubungan dimulai atas inisiatif keduanya dimulai dari pacaran yang berlanjut sampai ke pernikahan.
Apakah mesti pernikahan karena cinta awet sampai maut memisahkan? Tidak juga.