Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga dan Efikasi Diri Remaja

24 Juni 2019   11:38 Diperbarui: 24 Juni 2019   11:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan efikasi diri (self-efficacy)? Konsep efikasi diri diperkenalkan oleh Albert Bandura pada tahun 1977 melalui  artikel berjudul Self-efficacy: toward a Unifying Theory of  Behavioral change. Efikasi diri dapat dipahami sebagai keyakinan seseorang mengenai kemampuan dalam mencapai keinginannya. 

Menurut Caprara, Scabini, Regalia (2006) terdapat korelasi antara  perkembangan efikasi diri remaja dengan kedekatan hubungan mereka pada saudara sekandung (filial), kedekatan hubungan mereka dengan orangtua (parent), dan efikasi kolektif maupun efikasi keluarga (family and collective efficacy). Kesimpulan tersebut mereka tuangkan dalam artikel berjudul The impact of perceived family efficacy beliefs on adolescent development.

Ada dua faktor penting dalam keluarga yang mendorong tumbuhnya efikasi diri positif pada remaja. Pertama, anggota keluarga yang lebih dewasa perlu menyeimbangkan keinginan untuk memberi perlindungan dengan memberikan kebebasan membuat keputusan kepada si remaja. Kedua, adanya hubungan kekeluargaan yang harmonis disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang proporsional bagi semua anggota keluarga.

Efikasi diri anggota keluarga lain menjadi model bagi remaja di dalam keluarga tersebut untuk mengembangkan efikasi dirinya. Selama bekerja sebagai guru SMA di Indonesia, saya melihat siswa-siswa yang memiliki orangtua/wali dengan efikasi diri yang tinggi lebih sukses dibandingkan dengan orangtua/wali yang efikasi dirinya rendah.

Orangtua/wali yang efikasi dirinya tinggi sangat aktif dalam menghadiri pertemuan orangtua. Orangtua/wali tersebut juga tidak segan menelpon atau datang ke sekolah untuk menemui guru bimbingan konseling serta walikelas untuk berdiskusi tentang rencana siswa setelah selesai studi di SMA. 

Siswa dengan orangtua/wali yang memiliki efikasi diri tinggi juga lebih berani mengemukakan pendapat dan keinginannya ketika berdiskusi mengenai pilihan studi setelah SMA dengan guru-guru.  Mereka juga tidak segan meminta bantuan pihak sekolah sebagai mediator ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan orangtua/wali dalam menentukan tujuan studi lanjutnya setelah SMA. 

Source: pexels.com
Source: pexels.com

Siswa-siswa dengan efikasi diri yang rendah teridentifikasi memiliki keluarga yang kurang memperhatikan proses studi mereka. Siswa tersebut sering kebingungan dalam menentukan tujuan dan membuat keputusan. Mereka bahkan teridentifikasi tidak begitu yakin akan lulus atau tidak dalam ujian. Siswa demikian mengakui bahwa di keluarga, mereka tidak pernah atau jarang membicarakan tentang tujuan hidup siswa setelah SMA.

Pilihan pekerjaan siswa juga menunjukkan pengaruh kuat dari efikasi diri anggota keluarga terhadap remaja. Pilihan jurusan kuliah dan rencana kerja seringkali memiliki kesamaan dengan orangtua atau anggota keluarga lain yang lebih dewasa. 

Jika di dalam keluarga terdapat PNS/ASN, maka siswa juga cenderung ingin memiliki pekerjaan yang sama. Anak-anak yang berasal dari keluarga pengusaha juga cenderung memilih melanjutkan usaha orangtua. Sebagian siswa lain ada juga yang memilih berkarir sebagai dokter dan tenaga ahli kesehatan karena orangtua atau saudara tuanya bekerja di bidang tersebut.

Informasi yang saya peroleh dari pusat bimbingan dan konseling sekolah juga menunjukkan sebagian kecil siswa yang mengalami masalah efikasi diri berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Siswa demikian ada yang tinggal dengan orangtua tunggal, kakek-nenek, atau bahkan dengan paman atau tantenya. 

Khusus untuk yang ada dalam bimbingan paman atau tante, ada  juga yang memiliki perkembangan efikasi diri yang positif. Efikasi diri keluarga yang mengasuh, termasuk juga saudara sepupu turut mempengaruhi perkembangan efikasi diri remaja. Pada umumnya, efikasi diri yang rendah terdapat pada remaja yang tinggal dengan orangtua tunggal atau hanya dengan kakek-nenek atau salah satunya. 

Pembimbingan anak remaja melalui keluarga jelas memegang peranan penting dalam menumbuhkan efikasi diri mereka. Dari apa yang saya sajikan, keluarga yang memegang peranan paling utama adalah keluarga inti. Namun, anggota keluarga luas yang menjadi tempat tumbuh kembang anak juga dapat menjalankan fungsi sosial yang sangat penting di dalam perkembangan efikasi diri remaja yang menjadi anggota keluarganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun