Minggu ini saya memberikan ujian berbicara bagian terakhir. Ujian berbicara di tempat saya mengajar harus dilakukan dalam tiga tahapan. Pada tahapan pertama, mahasiswa berlatih tanya jawab menggunakan format pertanyaan, "What is the meaning of ...? It means ... dan What does ... stand for for? It stands for ..."
Tahap kedua mahasiswa menggunakan peta untuk menanyakan dan memberikan petunjuk arah. Bagian terakhir merupakan bagian yang paling saya senangi. Mahasiswa mendeklarasikan puisi yang telah mereka tulis.
Tahun ini adalah untuk pertama kalinya saya memberanikan diri untuk menugaskan mahasiswa menulis dan mendeklarasikan puisi. Selama ini, saya selalu berasumsi bahwa menulis puisi merupakan keterampilan berbahasa yang sangat sulit. Saya khawatir mahasiswa akan menemui kesulitan ketika diberi tugas menulis puisi. Kesulitan yang saya bayangkan antara lain menyangkut pilihan kata, pemahaman makna kiasan, dan juga penentuan rima dalam puisi.
Boleh dikatakan tugas dan ujian berpuisi yang saya berikan kali ini lebih merupakan uji coba. Saya mencoba menyederhanakan bentuk puisi yang diwajibkan. Mahasiswa terlebih dahulu saya bimbing untuk mempelajari kosa kata dan idiom berkaitan dengan cuaca. Menggunakan idiom dalam puisi secara tepat menjadi tantangan yang sangat berat bagi mahasiswa. Mahasiswa dan saya berdiskusi berkali-kali untuk dapat menghasilkan puisi yang baik. Â
Tantangan tersebut berhasil kami lewati bersama, meskipun dibutuhkan waktu yang sangat panjang. Hampir satu bulan saya mendampingi mahasiswa dari proses menulis sampai dengan dihasilkannya puisi yang bermakna dan terdengar indah ketika dideklarasikan.
Setelah puisi selesai ditulis dan direvisi, mahasiswa kemudian belajar mengucapkan kata-kata pada puisi dengan baik. Proses belajar pengujaran juga tidak mudah. Banyak mahasiswa yang mengalami kendala di dalam praktik awal. Namun, dengan terus diberi motivasi pada akhirnya mereka dapat menampilkan puisi-puisinya pada ujian akhir selama satu minggu ini.
Berikut ini adalah tiga contoh puisi yang ditulis oleh mahasiswa saya:Â
MemoryÂ
By Zhang YiÂ
I have a lot of good memories about you
They're all in a box
We were once chase rainbows
We were once on cloud nineÂ
We were once soak up the sun
We were once fly higher our hopes
with the kites
We were occasionally have a storm in a teacup
We were once calm before the storm
One day
We were once ...The memory has never been updated
It is now in the boxÂ
**
Dream
By Xu Ke & Yin Lifen
She was just like the sunshine,Â
in my bothering rainy day.
While I was under the weather,Â
she was my single power to chase rainbows.
She was just like the snow,
in my extremely hot summer.
When I came across a storm in a teacup,Â
she was my sweet comfort to have a good night.
She was just like the mist on my way,Â
who gave me hope and stabbed me with a sharp-knight like sight.
She was just like the freezing chilling ice,Â
who cleared up the depth blue in my heart.
When I failed time by time,Â
she kindly helped me up and gazed me with affectionate eyes.
You ask me whom she is?
She is just my dream, my ideal, my memory.Â
**
Windy Raining LightingÂ
By Xu Sheng & Hu Shufang
When you're happy, Â I'm a sunny day.
When you're upset, I'm a rainy day.
When you're angry, I'm a cloudy day.
When you're sad, I'm a snowy day.
When you're sad,Â
I want to pouring you with happiness,Â
coloring you like the rainbow.
I would like to turn into rain,Â
moist your heart in the sunny days.
I would like to turn into sun,Â
light up your ways in the misty days.
I would like to turn into ice,Â
freeze the good in your acts.
I would like to turn into spring ray,Â
wake up the love as my flowers.
I would like to turn into rainbow,Â
color your care and passion.
When you're in a bad mood,Â
I want to change your view of the sky in front of you.
**
Puisi-puisi yang dihasilkan tidak hanya indah dari segi kata-kata. Unsur estetik dari lingkungan Tiongkok juga dapat saya rasakan dalam pilihan kata-kata yang mereka tuangkan dalam puisi tersebut. Penggunaan bahasa kedua dalam mengekspresikan pengalaman mereka tentang cuaca di Tiongkok justru menambah indah puisi itu ketika dideklarasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H