Design-Based Research (DBR)
Ringkasan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Julia Shattuck dan terry Anderson (2013) dengan judul Using a Design-Based Research Study to Identify Principles for Training Instructors to Teach Online. Penelitian pengembangan ini berlangsung dari musim panas 2008 sampai dengan musim semi 2013.
Ada tiga tahapan yang dilalaui dalam proses penelitian DBR. Ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut:
Tahap analisis kebutuhan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu: (a) melakukan kajian pustaka mengenai kompetensi dan fungsi pengajaran daring, (b) melakukan survei terhadap 37 institusi penyelenggaran pendidikan tinggi di Maryland, Amerika Serikat, (c) melakukan interview terhadap 17 informan mengenai kegiatan belajar mengajar selama dua semester.
Tahap perancangan dan pengembangan meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) pengembangan, desain, dan evaluasi proyek pendahuluan, (b) melaksakanakan pengajaran, (c) perbaikan rancangan berdasarkan informasi yang diperoleh dari survei pendapat pengguna dan refleksi perancang terhadap data yang bisa diamati melalui analitik informasi perserta dan kegiatan belajar.
Tahap evaluasi dan refleksi: (a) melakukan penyebaran kuisioner kepada alumni untuk evalusi proses belajar, (b) melakukan diskusi fokus group secara daring, dan (c) melakukan observasi dan interview untuk menilai manfaat praktis dari kelas yang telah dirancang.Â
Ketiga tahapan penelitian DBR memang tidak jauh berbeda dengan penelitian pengembangan yang telah kita kenal. Namun, yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan penelitian ini adalah variasi dari kegiatan dan cara pengumpulan data. Â Pada umumnya DBR akan berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Oleh sebab itu tidak menutup kemungkinan, selama proses berlangsungnya tahapan DBR, hasil penelitian sementara pada tahapan tertentu dapat didesiminasikan atau dipublikasikan.
Menurut Wang dan Hannafin (2005), DBR bertujuan meningkatkan kualitas praktik di bidang pelatihan keterampilan melalui analisis interaktif, rancangan, pengembangan, dan implementasi atas dasar hubungan kerja sama peneliti dengan praktisioner untuk menghasilkan keselarasan teori dengan desain pembelajaran. Dengan demikian, temuan melalui DBR bisa saja tidak sesui dengan teori yang sudah ada dan bisa mematahkan teori tersebut. Hasil dari DBR juga bisa saja tidak menunjukkan hasil positif. Pada tahap evaluasi, maka desain perlu dirancang juga jika terjadi kegagalan.
Tidak ada keharusan di dalam DBR untuk melaporkan kesuksesan. Kegagalan dari hasil rancangan juga dapat saja dilaporkan dan didesiminasikan. Kegagalan ini menjadi bahan refleksi dan evaluasi untuk perbaikan rancangan. Rancangan yang gagal harus diperbaiki dengan mengidentifikasi kekurangan pada tahap-tahapan yang telah dilalui. Hasil dari DBT diharapkan dapat menyelesaikan permasalah nyata di bidang pendidikan, mengoreksi teori pembelajaran yang telah ada, melakukan perubahan progresif dalam praktik pendidikan, dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan metode untuk menghasilkan rancangan dan inovasi baru di bidang pendidikan dan pengajaran.
Penutup
Peneliti ilmu-ilmu sosial perlu terus mengikuti perkembangan metode dan cara melakukan penelitian. Tanpa mengikuti perkembangan tersebut, peneliti akan terjebak untuk terus menerus menggunakan metode yang sama dan telah terbukti tidak efektif dalam menggali permasalahan aktual di dalam masyarakat.Â