Informasi pengalaman dan refleksi pribadi yang dapat disajikan dalam bentuk narasi dan eksplanasi berbentuk cerita dalam bahasa sederhana yang bisa dipahami oleh non-akademisi.
Jurnalisme Sastrawi
Buku berjudul Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Melekat (2008) yang diedit oleh Budi Setiyono dan Andreas Harsono merupakan buku rujukan terbaik di Indonesia yang pernah saya temukan mengenai jurnalisme sastrawi (literary journalism). Buku ini menyajikan tulisan jurnalis yang pernah dipublikasikan pada majalah Pantau.
Disajikan dalam bentuk cerita (pendekatan sastra) justru membuat liputan jurnalis tersebut terlihat begitu nyata sesuai dengan kondisi di lapangan pada saat peristiwa terjadi. Peristiwa-peristiwa faktual yang disajikan meliputi antara lain konflik Islam dan Kristen di Ambon, dinamika kebudayaan perusahaan penerbitan Tempo, dan perjuangan Band Koes Plus menghadapi pemerintahan Orde Baru.
Aktivitas jurnalistik di satu sisi memerlukan curahan waktu dan energi yang sangat besar untuk pengumpulan data. Di sisi lain, sastra menggunakan pendekatan narasi untuk menyajikan pesan. Kedua dikotomi ini dipadukan dalam pendekatan ini, sehingga metode narasi cerita digunakan untuk memperkaya dan sekaligus menyajikan pesan hasil penelitian yang dapat dibaca oleh akademisi maupun non-akademisi.
Dalam mengumpulkan informasi mengenai berita yang akan dilaporkan, jurnalis melakukan wawancara terhadap sejumlah besar narasumber. Jurnalis juga mengumpulkan dokumen pendukung, melakukan pengambilan gambar, serta rekaman. Selain itu, ketika menulis, jurnalis juga melakukan refleksi terhadap memori pengalamannya ketika mengumpulkan informasi di lapangan.
Dalam bukunya berjudul A Source of American Literary Journalism, Â Thomas B. Connery menyatakan, jurnalisme sastrawi merupakan tulisan nonfiksi yang melakukan transformasi informasi dan peristiwa faktual dari tokoh-tokoh nyata, terverfifikasi ke dalam bentuk narasi dan teknik retorik yang berasosiasi dengan model yang umumnya ditgunakan pada fiksi. Cerita yang disajikan menggambarkan tokoh sesuai dengan kenyataan, diikuti dengan interpreasi dari penulis. Kutipan pernyataan tokoh adalah sesuai dengan yang dikemukakan kepada penulis/peneliti selama proses wawancara. Â
Norman Sims dalam tulisannya The Literary Journalist menyatakan jurnalisme sastrawi memungkinkan jurnalis menyajikan drama kehidupan nyata mengenai kehidupan masyarakat kebanyakan. Metode penyajian cerita ini melengkapi sajian tulisan jurnalistik lain yang umumnya didominasi oleh informasi mengeni institusi serta elite yang memiliki kekuatan atau pengaruh di dalam masyarakat.
Jurnalisme sastrawi dapat ditegaskan kembali merupakan tulisan nonfiksi dan dapat pula menjadi salah satu alternatif bagi penelitian ilmu-ilmu sosial. Penelitian ini dapat dilakukan dengan menelusuri dokumen dan artefak bersejarah, wawancara intensif dan mendalam, refleksi pengalaman tokoh dengan pengetahuan penulis, dan interpretasi terhadap msalah-masalah sosial dan politik yang dialami oleh orang-orang kebanyakan di dalam masyarakat.