Menulis itu seperti olah raga. Harus terus menerus dilatih. Ada berbagai bentuk latihan dan variasi cara latihan menulis. Latihan tersebut kadang-kadang berhasil dan kadang-kadang juga terasa menjenuhkan. Oleh sebab itu, penulis harus berusaha untuk membangkitkan semangat menulis.Â
Caranya adalah dengan mencari teknik baru, variasi metode, dan belajar dari penulis lain. Pada tulisan ini, saya ingin memaparkan beberapa cara latihan menulis yang telah saya gunakan.
Freewriting. Sesuai dengan namanya, freewriting artinya menulis bebas. Dalam menulis bebas, saya mengatur waktu untuk menulis selama kurang lebih 30 menit sampai dengan satu jam secara terus menerus tanpa berhenti.Â
Ide apa saja yang keluar di pikiran saya saat menulis saya ketik atau tuliskan pada buku. Hasilnya, saya akan memperoleh sebuah naskah awal yang dapat saya edit dan rapikan setelah saya baca ulang.
Writing Promps. Jika tujuan saya menulis adalah untuk rekreasi atau mengusir kejenuhan, maka saya akan menggunakan mesin pencarian untuk melihat berbagai caption berisi topik-topik yang dapat saya pilih. Saya kemudian memilih salah satu tema yang saya suka dan saya kuasai.Â
Berdasarkan tema tersebut saya mulai menuliskan apa saja yang saya ketahui dan melengkapinya dengan informasi tambahan dari buku referensi yang saya miliki atau mencari referensi tambahan dari sumber-sumber yang tersedia secara daring.
Mengacu pada Foto/Gambar. Cara lain yang cukup efektif adalah membongkar berkas-berkas foto lama yang saya miliki. Berdasarkan foto tersebut, saya kemudian mulai mengingat-ingat peristiwa yang terjadi. Berdasarkan ingatan saya, saya kemudian mulai menuangkan ide-ide tersebut menjadi tulisan.
Membaca. Melalui membaca buku, tulisan pada laman web, dan bahkan tulisan lama milik saya sendiri, saya mencoba menemukan ide-ide segar untuk dituangkan sebagai tulisan baru. Ketika saya membaca, saya juga sering membuat anotasi dan menggaris bawahi atau menandai bacaan dengan stabilo. Anotasi tersebut sangat membantu saya untuk menemukan ide-ide baru.
Brosur Konferensi. Pada brosur-brosur call for paper untuk konferensi terdapat tema dan sub-tema. Tema dan sub-tema tersebut dapat menjadi sumber ide untuk memulai tulisan baru. Ketika memulai menulis bahan-bahan yang sifatnya akademik, saya biasanya tidak mengikuti sistematika laporan.Â
Sebaliknya, saya hanya menuliskan terlebih dahulu ide-ide yang terpikirkan terkait dengan bagian tertentu. Jika yang terpikirkan adalah metode maka saya akan menulis metode. Jika yang terpikirkan adalah teori, maka saya akan mulai dengan menulis teori terlebih dahulu.
Postingan teman-teman di sosial media. Pesan yang dikirimkan oleh teman-teman di sosial media, postingan status, caption gambar, dsbnya yang bisa saya lihat di media sosial juga dapat menjadi pemantik munculnya ide-ide untuk menulis. Jika postingan tersebut sangat menarik, biasanya saya akan segera membuat screen capture dan sedikit catatan singkat pada hp. Dengan demikian ide tersebut tidak mudah terlupakan.
Cara-cara menulis perlu dilatih dan dipelajari dari orang lain. Selain mengembangkan cara saya sendiri, mengikuti kursus menulis dan berdiskusi dengan penulis merupakan cara lain yang tidak kalah penting.Â
Inti dari kegiatan menulis adalah segera menangkap ide liar yang muncul dan menuliskannya sehingga tidak mudah untuk dilupakan. Begitu ada kesempatan untuk duduk dan berpikir, itulah kesempatan emas untuk mengembangkan ide yang berhasil ditangkap menjadi tulisan yang lebih panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H