Coba pikirkan kapan terakhir kali Anda bertanya? Apa pertanyaan yang Anda ajukan? Saya sendiri pagi ini baru saja menanyakan keadaan mahasiswa saya yang berada di Solo. Bunyi pertanyaan saya sederhana, "Apa kabar Aliyah? Kamu baik-baik saja?" Pertanyaan tersebut saya ajukan dengan menggunakan Wechat. Bagaimana dengan Anda? Saya yakin Anda juga sudah mengajukan pertanyaan hari ini.
Mengajukan pertanyaan merupakan salah keterampilan yang dimiliki manusia. Keterampilan ini berkembang karena didorong oleh rasa ingin tahu. Kita mengajukan pertanyaan dalam percakapan sehari-hari, ketika belajar, dan saat berdiskusi. Jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan memberi kita informasi. Informasi tersebut bisa memuaskan rasa ingin tahu kita dan bisa juga tidak.
Mengajukan pertanyaan juga menjadi salah satu aktivitas penting dalam penelitian. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian bertujuan mendapatkan informasi yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian. Kegiatan mengajukan pertanyaan secara terencana untuk tujuan mendapatkan informasi bagi penelitian yang dilakukan inilah yang disebut wawancara (penelitian).
Jenis-jenis Wawancara
Berdasarkan jenis pertanyaan yang diajukan, wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur (bebas). Wawancara terstruktur dipandu dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu sebelum bertemu dengan subjek penelitian (informan). Wawancara bebas dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara spontan kepada informan pada saat peneliti berada di lokasi penelitian. Sedangkan wawancara semi-terstruktur memadukan kedua teknik yang disebutkan sebelumnya.
(1) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur mengacu pada persiapan sejumlah pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Pada umumnya peneliti akan mengikuti urutan pada panduan wawancara untuk mengajukan pertanyaan. Tujuannya supaya peneliti dan informan tetap fokus dan menghindari kegiatan wawancara berubah menjadi diskusi yang tidak sesuai dengan permasalahan penelitian.
Contoh Wawancara Terstruktur
Peneliti: Mengapa Anda memilih berinvestasi pada Asuransi Investasi Masa Depan?
Informan: Saya mendapatkan beberapa penawaran dari agen asuransi yang saya kenal dari teman saya. Saya membaca penawaran tersebut, berdiskusi dengan suami kemudian kami berdua memutuskan memilih asuransi ini.Â
Peneliti: Siapakah anggota keluarga Ibu yang paling besar pengaruhnya terhadap keputusan Ibu melakukan investasi?
Informan: Anak-anak saya.
Peneliti: Apa saja alasan ibu membeli/memiliki asuransi?
Informan: Ada beberapa alasan, seperti menyiapkan dana pensiun, mengantisipasi kesulitan biaya kalau saya sakit, dan menyisihkan uang lebig supaya tidak terpakai untuk hal-hal yang tidak perlu.
dstnya...
Pada wawancara terstruktur, peneliti sangat terikat dengan urutan dan struktur pertanyaan yang ada pada panduan wawancara/daftar pertanyaan. Peneliti tidak akan menanyakan pertanyaan tambahan jika jawaban informan tidak lengkap atau tidak jelas. Untuk mengatasi kekurangan ini, peneliti dapat melakukan wawancara semi-terstruktur.
(2) Wawancara Semi-terstruktur
Pada wawancara semi-terstruktur, peneliti memang menyiapkan sejumlah pertanyaan sebagai panduan. Namun, selain pertanyaan yang disiapkan, peneliti diperkenankan untuk mengajukan pertanyaan tambahan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan untuk tujuan memperjelas jawaban atau mendapatkan informasi lebih banyak.
Contoh Wawancara Semi-Terstruktur
Peneliti: Siapakah anggota keluarga Ibu yang paling besar pengaruhnya terhadap keputusan Ibu melakukan investasi?
Informan: Anak-anak saya.
Peneliti: Anak ibu ada berapa dan berapa umur mereka sekarang? Apakah mereka sudah bekerja?
Informan: Anak saya ada dua, yang paling tua sekarang bekerja di bank. Adiknya masih kuliah. Sekarang semester empat.
Peneliti: Apakah anak pertama ibu yang menganjurkan ibu membeli asuransi?
Informan: Tidak, saya mengenal asuransi jauh sebelum dia bekerja. Uang kuliah dia dan adiknya itu hasil dari saya dan bapaknya menabung di asuransi pendidikan dulu sebelum mereka masuk SMA
Jika kita bandingkan contoh pada wawancara terstruktur dengan contoh wawancara semi-terstruktur, dapat terlihat jelas bahwa sudah lebih banyak informasi yang bisa diperoleh peneliti. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan jawaban yang diberikan informan, peneliti bisa memperoleh informasi lebih rinci mengenai motivasi informan melakukan asuransi.
(3) Wawancara Bebas
Kata bebas pada wawancara bebas mengacu pada kebebasan peneliti untuk mengajukan pertanyaan kepada informan. Tidak berarti peneliti dalam wawancara bebas tidak perlu melakukan persiapan. Persiapan tetap perlu dilakukan terhadap oleh peneliti. Persipan wawancara dilakukan dengan menyusun garis-garis besar panduan wawancara, cara melakukannya, dan alat yang akan digunakan.
Contoh Rancangan Wawancara Bebas
Melalui Whatsapp, peneliti menghubungi informan dan menyampaikan pesan sebagai berikut: "Terima kasih atas kesedian Pak Arif untuk saya wawancarai. Besok saya akan datang ke kantor Bapak pukul 11. Rencana saya akan berbincang-bincang dengan Bapak mengenai hal-hal sebagai berikut: program pengabdian kepada masyarakat yang masih dilaksanakan oleh civitas akademika kampus Bapak, keberhasilan yang dicapai, dan kendala dalam melaksanakan program yang ditetapkan."
Pada saat wawancara bebas dilakukan, peneliti dan informan melakukan tanya jawab secara bebas mengenai apapun yang terkait dengan tujuan yang disampaikan. Bisa saja dalam wawancara, peneliti dan informan membicarakan hal-hal yang tidak langsung terkait dengan tujuan penelitian. Tugas peneliti adalah mengesampingkan informasi tersebut pada saat pengolahan data dan analisis.
Cara Melakukan Wawancara
Berdasarkan cara melakukannya, wawancara bisa dilakukan dengan:
peneliti langsung menemui informan di lokasi penelitian. Tanya jawab kemudian dilakukan di lokasi. Â Â Â
peneliti melakukan tanya jawab dengan informan menggunakan alat komunikasi sebagai media. Peneliti melakukan panggilan video atau suara kepada informan.Â
Peneliti mengirim pertanyaan secara menggunakan surat, posel, atau fasilitas chatting dan informan membalas pesan tersebut.
Penutup
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian tidak semudah mengajukan pertanyaan dalam kegiatan sehari-hari. Pertanyaan wawancara harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Memilih jenis penelitian yang sesuai dan menguasai keterampilan melakukan wawancara dengan cara yang tepat akan menghasilkan informasi yang dapat menjawab permasalahan penelitian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H