"Wajah memang terhalang ruang untuk saling menatap. Tangan terlalu sulit untuk berjabat. Namun, untaian kata tetap bisa tersampaikan sebagai jembatan ukhuwah di hari nan suci yang penuh dengan kemenangan ini. Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin." (Tribun Lifestyle, 28/05/2019)
Jauh dari tanah air bukan berarti tidak bisa merasakan suasana kebahagiaan yang sedang berlangsung di sana. Suasana tersebut tetap bisa saya saksikan melalui siaran streaming televisi dan juga tayangan-tayangan Youtube. Postingan di laman internet dan sosial media juga turut mendekatkan suasana menjelang Idul Fitri yang sedang terjadi di Indonesia.
Keramaian pasar-pasar tempat berbelanja. Warna-warni parsel dan berbagai jenis kue lebaran di etalase toko. Antrian penumpang di stasius bus, kereta, dan juga bandar udara.Â
Promosi dan berbagai iklan di televisi dan sosial media mengenai potongan harga. Suasana seperti ini tetap melekat di hati dan ingatan saya. Suasana ini menjadi kerinduan tersendiri bagi saya dan menjadi daya pikat Indonesia yang selalu saya ceritakan kepada mahasiswa-mahasiswa saya.
Ada berbagai kerinduan saya terhadap suasana lebaran. Saya rindu mendengarkan suara-suara meriam karbit yang pasti sudah meriah di kota kelahiran saya. Saya juga rindu melihat warna-warni meriam tersebut dan wajah anak-anak yang sedang menyuluhnya. Ramainya suasana Takbir Keliling juga sudah terbayang-bayang.Â
Demikian juga dengan berbagai masakan khas lebaran, ketupat, opor ayam, sambal, dan aneka ragam kue. Kerinduan tersebut seringkali membuat saya jadi homesick kalau sudah melihat berita dan tayangan mengeni Idul Fitri.Â
Sudah lama dan bertahun-tahun saya tidak memiliki kesempatan menikmati libur panjang lebaran. Walaupun kompensasinya, saya memiliki waktu liburan musim panas yang cukup panjang. Sungguh disayangkan liburan panjang saya tidak pernah bertepatan dengan datangnya lebaran.
Melihat keramaian mudik lebaran di jalan-jalan, stasiun, dan bandara  mengingatkan saya betapa pentingnya arti kebersamaan dan berkumpul dengan keluarga. Suasana silaturahmi, kebersamaan, dan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga menghapus segala lelah dan letih perjalanan berjam-jam dan bahkan berhari-hari bagi para pemudik.Â
Menikmati masa-masa libur bersama keluarga, bercengkerama dan berbagi cerita merupakan kesempatan yang tak ternilai harganya. Bagi yang tidak mudik, lebaran tentu saja juga menjadi kesempatan yang sangat baik untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga. Itulah yang selalu saya lakukan saat berada di Indonesia.
Selain memupuk rasa toleransi, kedatangan Idul Fitri di tanah air telah menjadi hari-hari yang dinantikan oleh semua orang, baik muslim maupun bukan. Hari yang Fitri dan kemenangan yang dirayakan oleh teman, keluarga, dan saudara-saudara muslim saya adalah kemenangan dan kegembiraan bagi saya dan teman-teman non-muslim lainnya juga.Â
Tradisi saling mengunjungi, halal bihalal, menyantap sajian lebaran, serta meramaikan suasana lebaran telah menjadi bagian dari kehidupan kita di Indonesia. Inilah Indonesia yang satu yang kembali Fitri di hari kemenangan ini.
Sekali lagi, selamat Idul Fitri untuk kita semua. Mohon maaf lahir dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H