Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menang Jadilah Terang, Kalah Jadilah Ksatria

25 Mei 2019   07:19 Diperbarui: 25 Mei 2019   16:08 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan menjadi suka cita bagi pihak yang sukses dan kekalahan menjadi kekecewaan bagi pihak yang gagal. Pemenang biasanya akan mengucap syukur dan merayakan kemenangan. Pihak yang kalah biasanya bersikap ksatria dengan mengucapkan selamat kepada pihak yang menang. 

Tidak jarang, pihak yang menang kemudian mengajak pihak yang kalah untuk bersama-sama merayakan suka cita. Inilah kondisi ideal pada kompetisi yang mengarah pada keharmonisan hubungan sosial. 

Tidak jarang pula kita mendengar berita bahwa pihak yang kalah tidak menerima kekalahannya dan merasa kecewa berat. Kekecewaan tersebut ditumpahkan dalam berbagai bentuk ekspresi, termasuk bersikap tidak bersahabat dengan pihak yang menang. 

Sikap tersebut bisa berlangsung sementara, dalam waktu yang singkat. Bisa juga sikap tersebut berlangsung untuk waktu yang lama. Semuanya kembali kepada pilihan dari yang bersikap.

Iceberg, Foto Franceso Ungaro (Sumber: Pexels.com)
Iceberg, Foto Franceso Ungaro (Sumber: Pexels.com)

Menang yang sering disandingkan dengan kata sukses telah dikaji secara teoritis merupakan titik kulminasi dari perjuangan besar. Oleh sebab itu dalam teori The Iceberg Illusion dijelaskan bahwa sukses adalah puncak gunung es yang terlihat. Di bawah puncak tersebut terdapat bagian yang lebih besar yakni perjuangan terus menerus. 

Seperti dikatakan oleh Amby Burfoot, penulis buku The Runners's Guide to the Meaning of Life, "Winning has nothing to do with racing. Most days don't have races anyway. Winning is about struggle and effort and optimism, and never, ever, ever giving up." 

Dalam pernyataan ini jelas bahwa sukses sebenarnya juga dicapai oleh pihak yang kalah. Pihak yang kalah juga telah menjalani proses perjuangan yang sama dengan yang menang. Hanya saja dalam setiap kompetisi selalu ada yang terbaik. Inilah yang menyebabkan dalam kejuaraan dan pertandingan kemudian dibuatlah sistem ranking.

Kegagalan hanya terjadi jika pihak yang kalah bersikap tidak ksatria, menyalahkan situasi, dan berhenti berjuang. Ketika pejuang sudah berhenti berusaha, maka segala peluang untuk menang di masa depan dan sukses di bidang lainnya tertutup. 

Dijelaskan oleh Konfusius dalam analeknya bahwa ambisi untuk menang, hasrat untuk sukses, dan keinginan untuk menjadi terkuat dapat menjadi faktor yang menutup pintu untuk mencapai keunggulan diri. 

Ambisi, hasrat, dan keinginan tersebut dapat tumbuh menjadi pemicu munculnya sikap sombong dan arogan. Sikap ini akan merendahkan derajat keunggulan pribadi yang seharusnya semakin berisi semakin merunduk supaya kuat menghadapi serangan angin kencang yang akan semakin kuat.

Kemenangan berasal dari semangat untuk terus mencoba dan melakukan refleksi terhadap kegagalan yang pernah dilalui. Setelah semua rintangan pada kegagalan tersebut dijalani, yakinlah pasti ada keindahan dan rasa puas terhadap sukses yang jumlahnya lebih sedikit dari kegagalan. Sukses dan kemenangan diraih melalui usaha dan kerja keras. 

Penulis terkenal John Grisham, dalam wawancara dengan The New York Time (09/03/2000) menjelaskan mengenai usaha yang dilakukannya untuk mencapai sukses menulis buku-buku yang sekarang sudah banyak diadaptasi menjadi film-film populer. 

Dinyatakan oleh Grisham, " I practiced for 10 years, and after about three years I began a secret little hobby which eventually led to the writing of "A Time to Kill." Jelas sekali bahwa sukses yang diraihnya adalah kemenangan melalui latihan terus menerus setiap hari. 

Seperti ditegaskan oleh penyanyi dan penulis lagu Amerika, Jason Mraz, "You're not obligated to win. You're obligated to keep trying. To the best you can do everyday." Dengan mencoba melakukan yang terbaik setiap hari, sukses akan menghampirimu dengan sendirinya.

Esok Penuh Harapan, Foto: Helena Lopes (Sumber: Pexels.com)
Esok Penuh Harapan, Foto: Helena Lopes (Sumber: Pexels.com)
Tidak ada jalan yang mulus untuk meraih kemenangan. Tantangan terbesar untuk menang adalah mengalahkan keinginan untuk berhenti berusaha. Penulis-penulis ternama saat ini mengalami penolakan yang tidak sedikit di awal-awal perjalanan karirnya. Penolakan tersebut sering disertai dengan kritikan keras. 

Penolakan terhadap demo lagu yang diajukan oleh Lady Gaga kepada produser tidak jarang disertai dengan pernyataan sebagai berikut, "This is too racy, too-dance oriented, too underground. It's not marketable" (Ticketmat, 11/08/2017). 

Walt Disney yang film-film animasinya luar biasa populer saat sekarang pernah mengalami kebangkrutan sebelum berhasil membangun bisnis baru yang lebih baik. Masih banyak lagi deretan kegagalan orang-orang besar yang dapat kita telusuri melalui media online maupun cetak. Namun seperti diingatkan oleh Kolonel Sander, penggagas KFC, "One has to remember that every failure can be a stepping-stone to something better."

Selain menyikapi kegagalan, ketika menang kita juga tidak boleh terlalu bersikap berlebihan. Vincent Lombardi, pelatih American Footbal ternama di tahun 1940-an sampai dengan 1960-an menyatakan, "Winning isn't everything, it's the only thing." Ia menegaskan pula, "Winners never quit and quitters never win." 

Kemenangan dan kegagalan selalu berdampingan. Mari rayakan kemenangan dengan senyuman dan teruskan perjuangan selanjutnya. Lupakan pula kekalahan, segera bangkit dan kembali berusaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun