Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebangkitan Pendidikan Indonesia

21 Mei 2019   14:33 Diperbarui: 21 Mei 2019   15:36 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Rumput tetangga selalu lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri. Kemajuan di negeri orang selalu lebih memukau daripada kemajuan di negara sendiri. Sumberdaya yang berasal dari luar negeri selalu dianggap lebih baik dan lebih bermutu daripada sumberdaya di dalam negeri. Penghargaan terhadap produk dan sumberdaya lokal juga lebih rendah dibandingkan dengan yang berasal dari luar negeri. Semangat kebangkitan nasional yang bertujuan menumbuhkan rasa bangga atas bangsa dan negara harus diakui belum berakar kuat dalam pandangan masyarakat saat ini. Di bidang pendidikan, semangat kebangkitan yang diwujudkan dalam bentuk gerakan kemajuan dan naik level gaungnya terkesan lebih kecil suaranya dibandingkan dengan gaung mengenai masalah dan keburukan. Padahal elok buruk dan busuk hanyir, baik dan buruk, hitam dan putih, kesenangan dan kesulitan selalu beriringan. Kedua polar menjadi jelas jika dibandingkan satu dengan lainnya. 

Kekurangan guru, kualitas gedung sekolah yang rusak,  dan mutu belajar yang rendah di daerah terpencil menjadi mudah diketahui dengan adanya berita di media. Pada saat bersamaan, di lokasi lain dilaporkan oleh jurnalis terjadi peningkatan signifikan jumlah guru dan meningkatnya kesempatan bagi anak usia dini untuk mendapat pendidikan. Ada pula keprihatinan mengenai sejumlah siswa yang harus bermalam di sekolah karena tinggalnya jauh dari lokasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Di sisi lain semakin banyak pula sekolah yang sudah melaksanakan UNBK. Sekolah-sekolah tersebut berani mengambil risiko demi peningkatan kualitas sekolah dan berusaha bekerjasama dengan institusi lain untuk memperlancar proses pelaksanaannya. Kasus lain yang tidak kalah menarik adalah masih ada wacana mengenai kurangnya tenaga ahli dan terampil di Indonesia yang perlu diselesaikan dengan mengundang pelatih profesional dari luar negeri.  Kontradiktif dengan wacana tersebut adalah data mengenai peningkatan jumlah dosen dan guru yang telah menyelesaikan pendidikan pascasarjana ataupun studi banding ke luar negeri. 

Situasi yang saya tunjukkan adalah hitam-putih kondisi pendidikan Indonesia. Tidak sempurna karena masih terjadi mis-management. Belum baik karena masih ada masalah yang belum diberikan penyelesaian yang tepat. Namun, sisi putih yang baru terlihat karena adanya sisi hitam menunjukkan kondisi pendidikan telah bangkit. Ada kemajuan dan kenaikan level yang sudah berhasil tercapai. Beberapa kebangkitan tersebut akan saya paparkan di sini

Pertama, usaha perbaikan kualitas pendidikan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Kebangkitan gerakan kepedulian dan aksi sosial progresif di bidang pendidikan sudah begitu banyak. Hanya saja program ini jarang diberitakan secara luas oleh media-media nasional. Rumah Sokola, misalnya, telah mengembangkan program belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal. Program ini telah dilaksanakan di Jambi, Makassar, Flores, Bukukumba, dan Halmahera (Baca: Sekolah Pesisir). Gerakan 1000Guru telah memanfaatkan kelimpahan ilmuwan Indonesia di berbagai bidang untuk menyelenggarakan telekonferensi, menulis majalah ilmiah, dan membuat video pendidikan untuk dibagikan secara gratis kepada sekolah-sekolah di Indonesia (Kunjungi:  majalah1000guru.net). 

Kedua, perkembangan gerakan literasi juga mulai menunjukkan hasil positif. Gerakan ini dilakukan dalam bentuk menumbuhkan minat baca dan minat menulis. Pemerintah melalui Badan Bahasa menjalan program ini secara berkelanjutan. Di level masyarakat, gerakan ini diwujudkan dalam bentuk penerbitan indie, latihan menulis, diskusi/bedah buku, dan masih banyak lagi. Kehadiran toko-toko buku Indie menjadi wisata literasi  bagi generasi di masa sekarang (Detik Online, 18/05/2019). Bagi penggemar buku juga sudah menjalankan kegiatan arisan buku untuk saling membantu para penggemar buku agar dapat meringakan biaya untuk membeli buku yang diinginkan (Kompasiana, 20/03/2018).


Ketiga, sistem pendidikan online juga berkembang sangat pesat di Indonesia. Kursus-kursus online mulai dari menulis sampai dengan membuat kue dapat diikuti melalui Whatsapp. Kursus-kursus ini ditawarkan oleh guru privat maupun institusi. Pembelajaran online berbasis web berbahasa Indonesia juga sudah sangat banyak. Sebut saja beberapa seperti Sekolah Pintar,  IndonesiaX, Pintaria, dan Edutore by Gramedia.

Keempat, prestasi Indonesia di bidang sains dan teknologi juga sangat diperhitungkan oleh negara-negara lain. Pada tahun 2018, Indonesia berhasil mempertahankan emas di Olimpiade Fisika Internasional di Lisabon, Portugal (Liputan 6 Online, 30/07/2018). Di tahun yang sama, Indonesia juga meraih emas dan perunggu di Olimpiade Kimia (CNN Indonesia, 29/07/2018). Tidak sedikit pula jumlah tenaga pengajar Indonesia yang saat sekarang ini bekerja di perguruan-perguruan tinggi negara lain.  Bagus Muljadi, asisten professor Kimia dan Teknik Lingkungan di Universitas Nottingham, UK dalam tulisannya (Jakarta Post, 02/01/2019) menyajikan sebuah analisis bahwa pertumbuhan tenaga ahli Indonesia di luar negeri menunjukkan sinyal positif bahwa Indonesia berpotensi menjadi "scientific powerhouse".

Mahasiswa BIPA di Universitas Pendidikan Indonesia  | dokpri
Mahasiswa BIPA di Universitas Pendidikan Indonesia  | dokpri

Kelima, eksistensi dan fungsi program Baasa Indonesia untuk Penurut Asing (BIPA) untuk mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia melalui pendidikan juga semakin diperhitungkan di tingkat Internasional. Program darmasiswa yang diberikan kepada mahasiswa luar negeri untuk belajar di Indonesia selama satu tahun banyak dimintai (Baca:  kemdikbud.go.id/). Kelas-kelas internasional  (Tempo, 28/01/2016) dan program double degree (Kumparan, 27/04/2018) juga sudah banyak di buka di kampus-kampus Indonesia.

Contoh-contoh tersebut adalah bukti-bukti kebangkitan pendidikan di Indonesia. Tanaman yang kita rawat di kebun kita telah mendatangkan hasil. Hasilnya bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan bahkan dipertukarkan dengan tetangga-tetangga kita. Tantangan kita adalah merawat dan menanam lebih banyak lagi produk-produk unggul untuk menunjukkan eksistensi kita di tingkat Internasional. Tentu saja pada saat bersama, kita juga perlu memikirkan solusi untuk masalah-masalah yang masih kita hadapi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun