Mohon tunggu...
Alamsari
Alamsari Mohon Tunggu... Guru - Alamsari (SMPN 1 Indralaya Utara)

Alamsari lahir di Ngulak (Musi Banyuasin), 17 November 1984.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Aku Cinta Indonesia, Antikorupsi Harga Mati

15 September 2019   08:59 Diperbarui: 15 September 2019   09:03 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Para bawahan ikut-ikutan makan uang haram---walaupun sedikit lama-lama menjadi bukit. Akibatnya, uang yang semustinya dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat justru hilang begitu saja dimakan mereka yang tamak akan harta.

Tindakan para manusia korup itu sungguh melukai nurani kita semua. Mereka dengan gagahnya mempertontonkan arogansinya. Memperjuangkan kebijakan demi kepentingan pribadi semata. Mereka semakin kaya sedangkan rakyat biasa hidup dalam susah yang semakin bertambah-tambah. 

Coba bayangkan! Kalau saja uang milyaran atau triliyunan rupiah itu digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan yang seharusnya---tak akan ada lagi derai air mata masyarakat miskin yang menahan sakit karena lapar perutnya. Coba pikirkan! 

Kalu saja tidak ada yang korupsi, tentu tak akan ada lagi rumah-rumah kumuh bak kandang sapi atau sekolah-sekolah yang roboh karena tiada kunjung diperbaiki.

Korupsi telah begitu kronis menjangkiti negeri ini. Padahal zaman telah silih berganti---dari generasi ke generasi. Padahal sudah puluhan, ratusan, atau mungkin ribuan koruptor yang dihukum penjara---korupsi masih saja ada tiada habis-habisnya. Mengapa? Jawabnya karena korupsi itu ditularkan. Ia diturunkan oleh atasan kepada bawahan; oleh ayah kepada anaknya; oleh sahabat kepada temannya. 

Akibatnya, walaupun korupsi gencar dibasmi, ia tetap tak akan hilang---bahkan justru semakin tumbuh dengan subur. Lalu bagaimana caranya agar korupsi sirna? Saat ini, Indonesia mempunyai lembaga pemberantasan korupsi yang bernama KPK. 

Kita patut berbangga karena telah banyak kiprah KPK menindak koruptor-koruptor dari berbagai daerah. Tidak hanya di kota, KPK bahkan merangsek hingga ke desa-desa. Para koruptor itu kini sudah mendekam dalam penjara. Sudah banyak pula uang negara yang terselamatkan.

Cukupkah mengndalkan KPK? Tentu tidak! KPK tidak dapat membasmi korusi seorang diri. Indonesia luasnya tiada terkira. Penduduknya ratusan juta. Bandingkan dengan jumlah anggota KPK yang hanya ratusan saja. Karena itu, KPK membutuhkan kita. Kita adalah KPK. 

Untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya, butuh kerjasama dari semua pihak. Apa yang musti kita lakukan? Mulai dari diri sendiri dan saat ini. Mulai dari yang sederhana dan yang dekat dengan kita. Berupayalah untuk selalu bertindak jujur. Jangan pernah berdusta biarpun sepatah kata walaupun pahit akibatnya. Jadilah pribadi yang peduli. 

Pribadi yang senantiasa peka terhadap kondisi sekitarnya. Jikalau melihat orang melakukan salah maka tegurlah dengan sebaik-baiknya. Jikalau mengetahui ada orang yang korupsi maka laporkanlah kepada pihak yang berhak. Jangan menjadi pribadi yang cuek. 

Tersebab cuek adalah pangkal kehancuran. Bayangkan, jika kita melihat orang berbuat salah lalu kita diamkan saja---apa yang terjadi? Tentu saja orang itu tak akan tahu dan tak akan pernah sadar dari perbuatan salahnya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun