Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Guru -

Life long education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi

14 Desember 2015   12:12 Diperbarui: 14 Desember 2015   15:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepribadiannya teguh dan mengabdikan hidupnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan, itulah sebutan untuk beliau yang disematkan oleh ilmuan pada zamannya. Beliau adalah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi. Lebih dikenal sebagai al-Khawarizmi . Selain itu nama lain beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Beliau adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia.

Al-Khawarizmi dikanal di Barat sebagai al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi. Beliaulah yang menulis kitab Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan penyelesaian). Dilatinkan menjadi Aljabar. Buku ini membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.

Beliau dilahirkan di Bukhara. Pada tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.

Kita sudah sering mendengar istilah algoritma. Dalam kamus besar bahasa Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi.

Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan, angka 0 (nol). Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil beberapa hikmah antara lain:

  1. Belajar tidak dibatasi oleh umur. Kita bisa belajar dari beliau bahwa umur tidak bisa jadi alasan untuk berhenti atau malas untuk belajar. Belajar apapun itu, tentunya hal yang positif.
  2. Beliau mewariskan kepada kita angka 0 (nol). Menurut kita nol mungkin sepele tapi berkat angka nol, deret hitung menjadi semakin luas dan berfungsi sebagaimana mestinya. Artinya jangan meremehkan suatu hal. Karena segala sesuatu hal positif yang kita kerjakan pastilah bermanfaat.
  3. Beliau suka mengajarkan ilmunya kepada siapa saja yang datang untuk menimba ilmu. Seberapa banyak ilmu yang kita miliki, jika kita mengajarkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut malah semakin bertambah. Ingatlah bahwa seorang guru menjadi pandai dan profesional bukan karena belajar, tetapi karena mengajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun