Mohon tunggu...
Amrizal A
Amrizal A Mohon Tunggu... Guru - Selalu Ingin Belajar

Sekarang mengajar Informatika (IT) di Sekolah Amore Prime School Tangerang. Sebelumnya mengajar matematika di Sekolah Al Azhar BSD.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita Butuh Sekolah yang Mengajarkan Keberagaman dalam Kebhinnekaan

12 Oktober 2021   18:50 Diperbarui: 12 Oktober 2021   19:03 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu bulan Juli 2021, matahari terasa sangat panas. Jam sudah menunjukkan pukul 13.14 siang. Hari itu saya berada di sebuah sekolah yang berada di Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang. 

Bagi yang belum tahu, Kota Tangerang itu berada di Propinsi Banten.  Walau berada di Propinsi Banten, tapi warganya secara emosional merasa lebih dekat dengan DKI Jakarta. Karena memang secara geografis, Kota Tangerang berada di sisi barat DKI Jakarta.

Keberadaan saya di sekolah ini dalam rangka keperluan sesuatu yang teramat penting berkenaan dengan masalah pendidikan. Di depan sekolah terdapat plang bertertuliskan " Sekolah TK. SD, SMP dan SMA Amore Prime School". Letaknya yang berada di sisi jalan utama komplek sebuah perumahan, membuat sekolah ini terasa ramai dan dekat dengan fasilitas publik. 

Secara pintas lalu sekolah ini memang tidak terlalu luas. Tapi walau begitu, sekolah ini memiliki semua fasilitas yang dimiliki untuk sebuah lembaga pendidikan. 

Ada lapangan di sisi dalam sekolah. Ada kelas-kelas yang di setiap ruangannya terdapat fasilitas lengkap sebuah kelas. Terdapat juga taman-taman kecil yang memberikan keteduhan dalam suasana hari yang panas ini.

Walau dalam masa pendemi, sekolah ini tetap melaksanakan KBM setiap hari dari jam 07.00 sampai jam 15.20 WIB. Tentunya dengan pembelajaran online. 

Tidak ada waktu bagi warga sekolah untuk berleha-leha dan menikmati "libutan corona". Tatap muka online tetap berjalan sesuai jadwal yang telah disusun. Tidak ada perbedaan dengan KBM Offline. Semuanya sama. Yang membedakannya hanya sarana nya saja. 

Dan yang membuat saya kagum, sekolah ini sesuai dengan namamya "Amore" memang memiliki rasa cinta "mendidk" dalam menjalankan pendidikannya. 

Secara pintas lalu saya sempat melihat bagaimana para gurunya dalam memberikan pengajaran. Walau secara online, terlihat adanya emosi, energi, rasa yang penuh dengan cinta dalam memberikan pendidikan. Semangat mendidik yang penuh energi positif  telah memberikan spirit kepada siswa-siswa nya untuk mengikuti KBM. 

Disamping itu, guru-gurunya juga mampu menularkan sikap, etika, adab dan norma yang baik dalam kehidupan kepada siswa-siswanya. Pendidikan karakter menjadi isu yang bagus di sekolah ini. Tidak hanya selalu memberikan kecerdasan intelektual tapi juga kecerdasan emosional. 

Dan, walau sekolah ini banyak penganut agama tertentu tapi sekolah ini tetap memberikan pengajaran agama sesuai dengan agama yang dianut masing-masing siswanya. 

Tidak memaksa harus memakai embel-embel atau atribut agama tertentu yang banyak penganutnya di sekolah. Toleransi dan saling menghargai antar agama betul-betul diterapkan di sekolah ini. Pendidikan berjalan sebagaimana mestinya.

Di tengah masifnya pembangunan sekolah-sekolah ekslusif, model sekolah inklusif seperti ini harus menjadi role model pembentukan sekolah-sekolah lain di wilayah Republik Indonesia. Kita tidak harus membangun sekolah yang hanya fanatik dan bersifat ekslusif ke salah satu agama tertentu. 

Sejatinya. sejak awal generasi muda dan penerus bangsa ini tidak dikotak-kotakkan berdasarkan sentimen keagamaan tertentu. Dengan pembentukkan sekolah ekslusif berdasarkan fanatik agama tertentu, secara tidak langsung telah mengajarkan anti kebhinnekaan dan anti toleransi kepada generasi penerus bangsa kita. 

Setiap hari mereka hanya bertemu dan bergaul hanya sesama penganut agama yang sama. Sesuai dengan kodrat manusia, akan timbul di benak mereka suatu sikap kalau agama mereka paling benar dan paling suci. Dan jika mereka bergaul dengan yang berbeda agama, akan timbul rasa aneh dan rasa merendahkan terhadap penganut agama yang lain. 

Benih-benih fanatik yang timbul dari sekolah yang bersifat ekslusif terhadap agama tertentu akan sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa ini ke depan. 

Sikap anti toleransi dan tidak menghargai penganut dari agama lain akan tumbuh dengan subur. Masyarakat akan terkotak-kotak dan tersegmentasi dalam agama-agama tertentu.

Sejujurnya, buah dari terkotak-kotaknya masyarakat dalam agama tertentu sudah kita rasakan saat ini. Masyarakat sudah tersegmentasi dalam fanatik-fanatik agama tertentu. 

Toleransi beragama menjadi barang langka. Apalagi saat pemilu, masyarakat benar-benar terbelah dalam segmentasi agama. Penghinaan dan pendelegitimasian terhadap agama tertentu menjadi berita sehari-hari di media massa dan media sosial.

Sudah seharusnya pemerintah menertibkan dan membina agar sekolah-sekolah agar tidak bersikap ekslusif terhadap agama tertentu dan melarang pemaksaan terhadap pemakaian simbol-simbol agama tertentu. 

Sekolah Amore Prime School bisa menjadi contoh bagaimana sebuah sekolah dijalankan dengan memegang prinsip-prinsip "cinta", memelihara toleransi dan mengajarkan kecerdasan Emosional disamping kecerdasan Intelektual. Itulah prinsip-prinsip pendidikan universal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun