Mohon tunggu...
Amrizal A
Amrizal A Mohon Tunggu... Guru - Selalu Ingin Belajar

Sekarang mengajar Informatika (IT) di Sekolah Amore Prime School Tangerang. Sebelumnya mengajar matematika di Sekolah Al Azhar BSD.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Politik Pohon Pisang Jokowi

24 Juli 2020   11:03 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum heboh-heboh Gibran Rakabuming Raka, telah ada anak-anak penguasa lainnya yang memunculkan dirinya dalam konstelasi politik. Di pilkada Tangerang Selatan, ada anak Wakil Presiden Ma"ruf Amin yaitu Siti Nur Azizah yang telah mendeklarasikan diri sebagai calon walikota Tangerang Selatan. Walau dia mengatakan tidak menggunakan aji mumpung atas ketenaran ayahnya, tapi tetap saja kemunculannya saat ayahnya telah menjadi wakil presiden, telah ditafsirkan sebagai memanfaatkan posisi ayahnya.

Selain Siti Nur Azizah, ada juga Rahayu Saraswati Djojohadikusumo  yang merupakan keponakan Prabowo Subianto maju dalam pilkada Tangerang Selatan dari Partai Gerindra. Belum lagi ada Agus Harimurti Yudhoyono dan Puan Maharani. Agus Harimurti Yudhoyono dengan mudahnya menjadi ketua umum Partai Demokrat tanpa hambatan apapun. Sedangkan Puan Maharani yang notabene anak dari mantan presiden Megawati Soekarno Putri sukses menjadi Ketua DPR. 

Entah benar atau tidak, kemunculan mereka telah memanfaatkan situasi ayah atau saudaranya. Coba diberikan sebuah pertanyaan, jika ayah atau paman mereka tidak memegang kekuasaan politik, apakah mereka akan mudah dan mulus memunculkan diri dalam pesta demokrasi? Belum tentu. Banyak contohnya, calon potensial yang tidak mempunyai dukungan politik dari keluarga yang tidak menjabat, akhirnya layu di tengah jalan.

Dinasti politik memang kurang sehat bagi perkembangan proses demokrasi. Banyak calon-calon potensial yang akhirnya tidak terpilih dan mundur dari pesta demokrasi. Kalah oleh tangan-tangan ajaib kekuasaan yang tidak tahu rimbanya. Walau dibuat opini seolah-olah calon yang dimunculkan itu memiliki kapabilitas dan kemampuan yang mumpuni, tetap saja kemunculannya mendompleng ketenaran ayahnya atau saudaranya. Dipoles sana sini jadilah calon yang seolah-olah memiliki kearifan, kebijasanaan, dekat dengan rakyat, taat ibadah dan peduli sesama. 

Tapi politik pohon pisang yang melambangkan dinasti politik tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan demokrasi. Kita juga harus bersikap adil dan jujur. Jika seandainya saat ini kita sedang menjabat jabatan politik, apakah kita hanya berdiam diri saja melihat anak atau saudara kita terjuan ke politik. Tentu tidak. Kita juga pasti akan ikut membantu walau dengan kasat mata dan tidak nampak di publik masyarakat. Itu sudah lumrah kita sebagai manusia yang pada dasarnya egois dan mau menang sendiri. Coba tengok di masyarakat, betapa banyak anggota masyarakat yang membantu saudaranya agar diterima kerja walau dengan cara apapun. Kalau kita sukses, tentu kita ingin anak atau saudara kita juga sukses.

Jika mampu menilai orang lain, maka kita juga harus siap menilai diri sendiri. Itu baru fair, jujur dan adil.

Sekarang tinggal kita bagaimana menentukan pilihan yang terbaik. Tidak silau oleh tampilan luar yang telah dipoles menjadi baik. Tapi dengan melihat rekam jejak calon dan meneliti sifat dan karakter calon. Tidak terbujuk oleh segala politik praktis yag ditawarkan calon. 

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun