Dunia pendidikan di tanah air dibuat gempar dengan peristiwa pemukulan seorang guru oleh orangtua murid. Â Penyebabnya sederhana. Hanya karena murid tersebut tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru tersebut, lalu guru tersebut memarahi anak tersebut. Anak lapor ke orangtuanya yang berujung pada pemukulan guru tersebut.
Kejadian tersebut membuat kita miris dan sedih. Sudah separah inikah mental generasi muda bangsa ini? Sudah seprotektif itukah orangtua terhadap anaknya? Hanya karena tidak terima terhadap perlakuan seorang guru di sekolah, terjadilah peristiwa tersebut.
Hakekat pendidikan pada dasarnya membangun dan membentuk karakter generasi penerus bangsa menjadi pribadi yang tangguh, berkarakter dan berakhlak mulia. Dan tugas yang begitu berat tersebut sebagian besar adalah menjadi tanggunjawab guru, disamping orangtua murid  dan masyarakat serta pemerintah.
Guru, disamping memberikan pengajaran ilmu-ilmu dasar dan lanjut, juga mempunyai tanggunjawab memberikan pendidikan karakter kepada murid-muridnya. Tanggungjawab mengajar dan mendidik. Itulah tugas utama guru.
Dalam tugasnya sebagai pendidik, seorang guru tentu berusaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak didiknya. Disiplin, rajin,. tanggungjawab, beretika, berakhlak mulia dan lain sebagainya, adalah tujuan dari pendidikan karakter ini.
Tentunya ada sangsi bagi seorang siswa yang melanggar salah satu atau sebagian dari tujuan pendidikan karakter tersebut. Misalnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan seorang guru. Rasa tanggungjawab, disiplin dan rajin merupakan nilai-nilai yang dilanggar siswa tersebut. Tujuan dari pemberian sangsi adalah agar anak mengetahui bahwa dia telah melanggar salah satu dari nilai-nilai karakter yang dibangun gurunya.
Namun, dalam kenyataannnya, banyak siswa-siswa yang tidak terima jika mendapatkan sangsi dari gurunya. Berbagai alasan dikemukan, mulai dari yang benar-benar nyata sampai alasan yang dikarang-karang siswa tersebut. Tujuan cuma satu, agar dia tidak dianggap bersalah.
Bagi siswa yang bermental rapuh, jalan terakhir adalah mengadukan kepada orangtuanya dengan disertai bumbu-bumbu yang bisa membangkitkan emosi orangtuanya. Harapannya adalah  agar dia tidak dianggap bersalah dan bisa mempengaruhi orangtuanya. Jika orangtua tidak bersikap dewasa dengan melakukan cross chek terlebih dahulu, maka terjadilah peristiwa pemukulan orangtua terhadap guru.
Sebenarnya, peristiwa arogansi orangtua terhadap guru banyak terjadi di berbagai sekolah. Mulai dari tarafnya yang rendah sampai tarafnya yang tinggi seperti peristiwa pemukulan tersebut. Peristiwa pemukulan tersebut hanya merupakan puncak gunung es yang telah merubah mentalitas guru dalam memberikan pendidikan dan pengajaran.
Banyak guru-guru yang hanya mau melaksanakan tugasnya sebagai pengajar tapi terlalu takut untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik. Guru berhitung resiko yang diterimanya jika harus menjadi pendidik. Berhadapan dengan orangtua dan juga siswa yang berusaha sekuat tenaga mencari pembenaran dari kesalahannya.
Jika orangtua terlalu melindungi anaknya maka akan terjadi perubahan mental dari siswa tersebut. Anak merasa bebas melakukan apa saja tanpa takut diberikan sangsi. Toh, orangtuanya akan memberikan pembelaan. Dan jika ini berlangsung terus menerus akan membentuk karakter yang tidak peduli dengan tata tertib, lingkungan dan masyarakat.