Aku mencarimu, disela-sela jariku tak ada. Kata mereka kamu pernah memegangnya erat.
Aku terus mencarimu, kucoba bertanya pada keningku. Dia hanya mendesis dan berkerut sedih, katanya kamu pernah menciumnya --dulu, namun yang berbekas hanyalah jejak kehangatannya.
Kata mataku juga sama; dia tak tahu. Yang dia ingat hanyalah pernah melihat senyum manismu yang kau alamatkan hanya kepadaku dan tak kau obral untuk orang lain.
Seluruh tubuhku pun tak tahu, yang mereka rasakan hanyalah kenyamanan di dalam pelukanmu yang dalam dan selalu bisa membuat jiwaku tenang.
Lalu aku mencoba terus untuk mengingatmu, memaksa otakku untuk terus bekerja keras.
Nahas, yang bisa ku ingat hanyalah semua kenangan yang pernah kita ciptakan bersama.
Tiba-tiba sesuatu yang tajam menghujam tepat di dadaku dengan nafsu serasa ingin membunuhku, aku terdiam, menikmati setiap inci hujamannya dengan nikmat hingga aku tertidur pulas di lantai.
Aku menemukanmu; kosong.
Alam Ahmad, Bandung ketika dibalut rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H