Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan. Sebab barangsiapa berbuat jahat ia membenci terang supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat tidak tampak. Karena Tuhan sayang kepada umatNya, Allah mengutus  Yesus Putranya, para nabi, dan utusanNya, sejak perjanjian lama sebagai terang yang membimbing manusia kepada kebenaran. Namun manusia lebih menyukai tetap berada dalam kegelapan sehingga membenci dan tidak menginginkan terang itu. Dengan mengolok-olok, menghina, mengejek, dan membunuh, manusia menunjukan bahwa mereka lebih mencintai kegelapan daripada terang. Bukan kah hal itu selalu terjadi dalam hidup kita.
Menjadi baik sering kali tidak menguntungkan secara manusiawi. Bagi penjahat polisi adalah ancaman; bagi koruptor KPK adalah musuh; bagi pemalas orang rajin adalah ambisius; bagi pemboros orang hemat adalah pelit; bagi pembohong orang jujur disebut munafik; bagi yang sombong orang rendah hati adalah bodoh; bagi yang tidak teratur orang yang disiplin adalah kaku; bagi yang malas berdoa orang yang setia berdoa disebut cari muka; Bagi yang benci dengan pimpinan orang yang akrab dengan pemimpin disebut penjilat. Seperti kegelapan yang tidak mengharapkan terang, demikian juga orang yang berbuat jahat tidak akan menyukai orang baik. Meski demikian, sebagai pengikut Kristus kita dipanggil dan diutus menjadi  seperti para nabi dan utusan pembawa terang bagi orang-orang disekitar kita.Â
Semoga berkat permenungan di masa prapaskah ini, kita tetap setia menjadi terang meski kegelapan mengelilingi kita. Jangan terang kita  meredup hanya karena kegelapan menguasai. Tetaplah menjadi terang  meski asing di tengah-tengah yang gelap. SEMOGA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H