Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Renungan Hari Minggu IV Masa Puasa

9 Maret 2024   10:12 Diperbarui: 9 Maret 2024   10:14 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan. Sebab barangsiapa berbuat jahat ia membenci terang supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat tidak tampak. Karena Tuhan sayang kepada umatNya, Allah mengutus  Yesus Putranya, para nabi, dan utusanNya, sejak perjanjian lama sebagai terang yang membimbing manusia kepada kebenaran. Namun manusia lebih menyukai tetap berada dalam kegelapan sehingga membenci dan tidak menginginkan terang itu. Dengan mengolok-olok, menghina, mengejek, dan membunuh, manusia menunjukan bahwa mereka lebih mencintai kegelapan daripada terang. Bukan kah hal itu selalu terjadi dalam hidup kita.

Menjadi baik sering kali tidak menguntungkan secara manusiawi. Bagi penjahat polisi adalah ancaman; bagi koruptor KPK adalah musuh; bagi pemalas orang rajin adalah ambisius; bagi pemboros orang hemat adalah pelit; bagi pembohong orang jujur disebut munafik; bagi yang sombong orang rendah hati adalah bodoh; bagi yang tidak teratur orang yang disiplin adalah kaku; bagi yang malas berdoa orang yang setia berdoa disebut cari muka; Bagi yang benci dengan pimpinan orang yang akrab dengan pemimpin disebut penjilat. Seperti kegelapan yang tidak mengharapkan terang, demikian juga orang yang berbuat jahat tidak akan menyukai orang baik. Meski demikian, sebagai pengikut Kristus kita dipanggil dan diutus menjadi  seperti para nabi dan utusan pembawa terang bagi orang-orang disekitar kita. 

Semoga berkat permenungan di masa prapaskah ini, kita tetap setia menjadi terang meski kegelapan mengelilingi kita. Jangan terang kita  meredup hanya karena kegelapan menguasai. Tetaplah menjadi terang  meski asing di tengah-tengah yang gelap. SEMOGA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun