Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan Hari Minggu V Masa Biasa: 4 Februari 2024

3 Februari 2024   09:25 Diperbarui: 3 Februari 2024   09:28 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yesus selalu memulai dan mengakhiri karyanya dengan doa. Agar dengan demikian, Yesus dapat tetap berjalan dalam kehendak Allah dan menghindari kemuliaan manusiawi. Yesus datang bukan untuk mencari sanjungan. Ketika banyak orang mencari Dia, Yesus dengan sengaja menyingkir dan pergi ke tempat lain untuk mewartakan injil, karena memang untuk itu lah Dia datang. Demikian juga Rasul Paulus berkata, bahwa memberitakan injil adalah suatu keharusan sehingga tidak ada alasan untuk memegahkan dan menyombongkan diri.  Demi menyelamatkan banyak orang, Paulus bahkan rela solider dan menjadi seperti mereka. Segalanya itu dilakukan pertama-tama bukan demi diri sendiri tetapi karena kerajaan Allah. Di tengah-tengah kita ada banyak orang yang gelisah akan hari esok karena kekurangan dan penderitaan. Mereka adalah orang-orang yang sangat merindungan naungan, pertolongan, dan uluran tangan. Kepada mereka kita dipanggil oleh Allah dengan cara kita masing-masing menghadirkan sabda Allah yang hidup.

Namun terkadang kita hanyut dalam kemuliaan sia-sia. Pujian dan sanjungan sering kali membuat kita lupa akan tugas kita yang utama yakni memberitakan injil dan terus bekerja. Mewarta injil seharusnya tidak menjadi ladang kesombongan dan pemuliaan diri sendiri. Menjadi pengurus gereja bukan menjadi ajang kesombongan. Ikan Mas itu memang enak, namun hati-hati banyak durinya. Demikian juga bagi kita pewarta injil, dibalik keyamanan, pujian, dan sanjungan ada banyak duri-duri yang menyakitkan. Orang yang hanyut dalam pujian, akan lupa bangkit dan tidak berbuat apa-apa. SEMOGA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun