Salah satu ciri khas orang Yahudi adalah setia pada tradisi. Di manapun berada, mereka akan senantiasa mengamalkan hukum serta peraturan bangsa dan agamanya. Dalam tradisi Yahudi, ada tiga pesta yang mewajibkan atau mengharuskan mereka berkumpul di Yerusalem yakni Pentakosta, Paskah (Bangsa Israel Keluar dari Mesir), dan Pentahbisan Bait Allah. Ketiga pesta ini sering disebut sebagai pesta Ziarah.
Pentakosta adalah hari raya yang sangat penting dan besar bagi orang Yahudi. Pada kesempatan itu banyak orang Yahudi perantau (diaspora) hadir. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, dan Roma. Sebagai seorang perantau, Orang-orang Yuhudi selain mengetahui bahasa masyarakat tempat ia tinggal, mereja juga tetap melestarikan bahasa ibunya. Dalam situasi seperti itu, maka bisa dimengerti ada banyak bahasa pada saat itu dan berkat Roh Kudus Para Rasul dapat berbicara dalam bahasa mereka masing-masing.
Kekristenan Di Yerusalem Belum Terbentuk
Ketika hal itu berlangsung, kekristenan di Yerusalem belum terbentuk. Para Rasul dan pengikut Kristus masih ikut serta dalam peribadatan Yahudi. Tujuannya agar mereka tidak diasingkan dari tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, mereka masih tetap beribadah pada hari Sabat seperti orang Yahudi lainnya. Sedangkan orang Kristen di Asia Kecil yang tidak dipengaruhi oleh kaum Yahudi sudah beribadat pada hari pertama Minggu.
Pesta Akhir Musim Panen
Pentakosta pada awalnya terkait dengan pesta akhir musim panen, yakni perayaan syukur atas hasil panen anggur dan gandum (Im 23:15-21). Orang-orang Israel meyakini bahwa hasil panen yang mereka peroleh adalah berkat karya dan kasih Allah. Untuk itu, pantaslah kiranya mereka bersyukur, bersukaria, serta memuji Tuhan atas segala kebaikanNya.
Pesta Ziarah
Pesta ini disebut juga sebagai pesta ziarah karena orang-orang Yahudi yang berada di perantauan harus berjalan datang ke Yerusalem. Sedangkan penduduk Yerusalem  juga harus berjalan menuju bait Allah, tempat perayaan berlangsung.
Mengenang Perjanjian Sinai
Pada perayaan Pentakosta tersebut, dibacakan tentang kisah Perjanjian Sinai, antara Allah dan orang Israel (Kel 19:16-10). Allah menampakan diri dalam badai, suara gemuruh, dan lidah-lidah api serta memberikan dekalog (sepuluh perintah Allah) bagi Musa. Dekalog tersebut digunakan menjadi pedoman hidup bagi orang Israel, sehingga mereka dapat disebut sebagai Umat Allah. Artinya, kesepuluh perintah Allah tersebut adalah hukum yang wajib dan harus dilaksanakan oleh Bangsa Israel jika mereka ingin memperoleh berkat Allah. Oleh karena itu, peristiwa Perjanjian Sinai dan pemberian 10 perintah Allah menjadi tanda lahirnya jemaat Allah. Jika mereka taat atasnya, maka Allah  akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat Allah.
Allah Menampakan Diri Secara Baru
Ketika mendengar kisah Allah yang menampakan diri di gunung Sinai, para murid menyadari bahwa Tuhan yang menampakan diri pada Gunung Sinai menampakan diri secara baru kepada mereka dalam pencurahan Roh. Sama seperti orang Isarael di Gunung Sinai yang merasa diberi perintah Allah, para rasul juga merasa diberi Roh yang memberikan kekuatan kepada mereka untuk melaksanakan tugas untuk mewartakan injil. Mereka yang awalnya takut, tertekan, dan tidak berani, menjadi berani, terbuka, bersemangat, berapi-api, dan gagah perkasa. Mereka sungguh meyakini bahwa hal itu adalah karya Roh Allah. Oleh karena itu, Pentakosta tidak boleh hanya dimengerti sebagai pencurahan bahasa Roh tetapi pencurahan Roh untuk memampukan bersaksi.
Janji Kritus Terpenuhi
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia telah memerintahkan agar para murid tidak meninggalkan Yerusalem sempai Roh yang dijanjikan diberikan. Pada pesta pentakosta itu, Para Rasul merasa bahwa janji itu telah dipenuhi. Roh Kudus turun atas mereka dan mereka diberi kekuatan untuk mewartakan injil. Maka, Pentakosta juga disebut sebagai lahirnya Gereja. Â Gereja adalah mereka yang percaya dan beraksi atas iman akan Yesus Kristus.
Yesus mewariskan ajaranNya kepada para rasul. Para rasul banyak berasal dari Galilea. Tidak seperti di Yerusalem, di Galilea tidak terdapat sekolah. Karena itu orang-orang Galilea sering dipandang sebagai orang bodoh. Sedangkan orang Yerusalem dikenal sebagai orang pintar, terpelajar, dan kudus. Bait Allah yang adalah pusat peribadatan orang Israel terdapat di Yerusalem. Mengharapkan orang Galilea yang bodoh dan tidak punya pengaruh adalah hal yang tidak masuk akal. Nyatanya dalam waktu singkat, Para Rasul dinilai bodoh itu  berhasil mewartakan injil dan hasilnya luar biasa. Kesuksesan itu berawal dari Pentakosta.  Bila melihat kemampuan Para Murid, pencapaian itu tidak mungkin dapat diraih. Hanya mungkin karena Roh dan campur tangan Allah.
Bukan Hal Yang Baru
Pantakosta disebut sebagai pencurahan Roh bukan hal yang baru. Pentakosta bukan satu-satunya cerita tentang pencurahan Roh. Pada akhir injil Yohanes dikisahkan pencurahan Roh yang memampukan murid untuk bersaksi. Dengan kisah pentakosta menjadi jelas apa yang telah disinggung dalam injil.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H