1. Siatuasi Zaman Yesus
Dalam perkembangan sezarah, banyak orang meragukan kebangkitan Yesus. Bahkan pada zaman Yesus, kebangkitan dianggap tidak benar dan  hanya ilusi para rasul. Menurut mereka, para murid malu karena Guru yang mereka ikuti dan harapkan ternyata mati secara "memalukan" di bukit Golgota oleh "musuh-musuh"-Nya sendiri. Bagi orang Yunani salib adalah kebodohan sedangkan bagi Yahudi salib adalah penghinaan.
Orang yang disalibkan adalah mereka yang melakukan dosa besar. Artinya orang-orang Yahudi menyejajarkan Yesus dengan para pendosa dan penjahat. Agar murid-murid Yesus tidak malu atas peristiwa tersebut, mereka mewartakan bahwa Yesus bangkit. Dengan demikian berita kebangkitan Yesus hanyalah "akal-akalan" para rasul
Sebelum kelompok para rasul terbentuk, sudah orang-orang yang menganggap diri istimewa dan membuat suatu komunitas, misalnya Teudas (Kis 5:36). Jumlah anggotanya sudah kira-kira empat ratus orang. Namun ketika pemimpin mereka mati, maka tercerai-berailah juga kelompok itu. Â
Para pemimpin agama Yahudi mengejek para murid, bahwa mereka akan mengalami nasib yang sama seperti kelompok-kelompok sebelumnya. Ketika Yesus meninggal para murid seperti anak ayam kehilangan induknya. Mereka ketakutan dan tidak tau berbuat apa-apa. Akibatnya mereka bersembunyi dan menutup pintu rapat-rapat karena takut kepada orang Romawi serta ada juga yang kembali ke tempat asal masing-masing. Sikap tersebut menunjukan bahwa pada saat itu, para rasul belum siap untuk mengalami nasib yang sama seperti Yesus.
Para imam kepala berusaha menutup-nutupi sejarah. Mereka khawatir mengenai apa yang mungkin dilakukan para pengikut Yesus. Maka pada hari Sabat mereka mendatangi Pilatus dan mengingatkan bahwa Yesus pernah mengatakan Dia akan bangkit pada hari ketiga. Penting memastikan bahwa jenazahNya tersimpan aman supaya para pengikut Yesus tidak dapat mengambil dan menyembunyikannya lalu mewartakan kalau Yesus benar-benar bangkit.Â
Pilatus akhirnya menempatkan serdadu untuk menjaga makam dan mereka menutup pintunya rapat sehingga akan tampak jelas apabila dirusak. Dengannya para imam kepala hendak membuktikan bahwa kebangkitan hanyalah ilusi dan obat kekecewaan para murid karena Yesus yang adalah guru yang mereka ikuti mati.
Tidak lama berselang, Yesus yang bangkit menunjukan diri kepada mereka. Tujuannya adalah agar iman para rasul dikuatkan dan diteguhakan. Seraya juga menegaskan bahwa seluruh apa yang mereka lihat, dengar, dan alami tentang Yesus adalah kebenaran. Sekaligus juga meluruskan paham para murid tentang Mesias. Yesus bukanlah raja duniawi seperti yang mereka pikirkan sebelumnya, tetapi Mesias surgawi yang datang menebus seluruh dosa manusia. Yesus yang menunjukan diri kepada mereka adalah orang yang sama dengan Yesus yang mereka kenal selama ini.
Sebelum kebangkitan, motivasi para murid mengikuti Yesus tidak murni. Sama seperti orang Yahudi lainnya, para rasul menganggap Yesus adalah calon pemimpin yang gagah perkasa. Ketika waktunya tiba, mereka akan memperoleh tempat dan posisi yang berharga dari kerajaan itu. Namun Yesus menyangkalnya dan berkata, "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar, hendaklah ia menjadi pelayan dari yang lainnya" (Mat 20:26-28).
2 Bukti Kebangkitan Yesus
Dewasa ini, iman harus selalu diupayakan agar dapat diterangkan sesuai dengan akal. Meskipun iman adalah suatu keyakinan, sebagai mahluk rasional iman juga harus dapat dipahami dan diterangkan secara logis. Iman yang tidak dapat diterangkan dengan baik akan semakin ditinggalkan orang. Dengan mengaruniakan akal budi kepada manusia, Allah menghendaki agar manusia semakin mampu memahami dan mendekati Allah dengan lebih baik.
Kebangkitan adalah salah satu misteri iman yang harus diterangkan sebaik mungkin sehingga sungguh-sungguh dapat dipahami, diterima, dan diyakini. Pembuktian itu dapat dilakukan secara historis, biblis, dan teologis. Pada kesempatan ini, penulis akan menerangkan bukti kebangkitan Yesus secara teologis.
2.1 Makam Kosong
Tidak ada seorang pun yang menyaksikan kebangkitan Yesus. Keempat injil  hanya menceritakan  makam yang kosong dan penampakan-penampakan dari Yesus yang bangkit. Makam kosong adalah salah satu bukti bahwa Yesus benar-benar bangkit. Pada waktu Maria Mangdalena pagi-pagi benar ketika hari masih gelap pergi ke makam Yesus, ia mendapati bahwa batu penutup makam Yesus telah berguling dan tubuh Yesus menghilang (Yoh 20:1). Sedangkan Simon Petrus melihat kain kapan Yesus telah terletak di tanah dan kain peluh yang tadinya di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. (Yoh 20:5-6). Hal itu dapat menjadi bukti awal bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit. Malaikat menjelaskan bahwa kosongnya makam berkaitan dengan tiga nubuat sengsara Yesus.
Kemungkinan kubur Yesus memiliki pintu masuk yang rendah dan sebuah tangga turun ke dalam lubang persegi di tengah, dengan rak-rak batu dalam lubang kubur itu. Jika Yesus telah dibaringkan di rak di sebelah kanan atau kiri pintu mansuk, maka hanya sebagian dari kain kafan yang akan terlihat dari pintu masuk. Jika Ia dibaringkan dengan kepala menghadap dinding pintu masuk, ini akan menjelaskan mengapa kain untuk kepala Yesus tidak diperhatikan sampai mereka benar-benar memasuki kubur.
Kain kapan adalah penutup tubuh. Karena tubuh Yesus yang telah dibangkitkan akan muncul di ruangan yang terkunci (Yoh 20:19), tampaknya Ia harus melewati  kain kapan. Dengan tubuh yang hilang, kain kapan itu mungkin jatuh. Kain peluh adalah penutup wajah yang diikatkan ke kepada Yesus untuk menahan rahangNya. Bila tubuh Yesus melewati kain kapan, faktanya bahwa kain peluh sudah tergulung menunjukkan bahwa Yesus merapikan sebelum pergi. Jika tubuh Yesus dicuri, para pencuri tidak mungkin meninggalkan kain kafan. Jika tubuh Yesus telah bangkit kembali dan entah bagaimana berjuang keluar dari kain kapan (tidak mungkin karena tujuh puluh lima pon rempah-rempah di dalamnya), maka kain itu akan tercabik-cabik dan kain peluh tidak akan digulung. Maka ada kejanggalan yang terjadi.
Perampokan makam sebenarnya jarang terjadi. Bahkan salah satu kaisar dari abad pertama (mungkin Agustus) membuat aturan bahwa gangguan atau keributan di kuburan adalah pelanggaran berat.
Makam kosong tidak cukup digunakan sebagai bukti kebangkitan Yesus. Sama seperti orang-orang Yahudi dahulu kala, orang-orang saat ini juga dapat beranggapan bahwa tubuh Yesus dicuri atau disembunyikan para rasul. Bahkan Maria Magdalena yang adalah murid Yesus mengatakan hal yang sama (Yoh 20:2). Oleh karena itu, meskipun makam kosong merupakan indikasi kebangkitan, namun dibutuhkan bukti yang lebih kuat.
2. Penampakan
Bukti yang paling kuat akan kebangkitan adalah penampakan Yesus kepada para murid. Kitab suci mencatat bahwa Yesus beberapa kali melakukan penampakan kepada para rasul. Bahkan sebelum Yesus naik ke surga, selama empat puluh hari Ia terlebih dahulu menampakkan diri. Tujuan penampakan itu adalah menguatkan iman para murid yang ragu dan bimbang. Hal itu penting untuk dilakukan mengingat bahwa karya keselamatan yang dibawa oleh Yesus kini diteruskan oleh para muridNya. Untuk itu, para murid perlu dikumpulkan kembali, diteguhkan, disemangati, dan dikuatkan untuk mewartakan kabar suka cita ke seluruh penjuru dunia. Sekaligus menjadi saksi atas warta yang mereka nyatakan bahkan bila hal itu menuntut nyawa. Dengan penampakan, fakta kebangkitan tidak tersangkal lagi. Karena secara nyata, Yesus telah menunjukan diriNya secara langsung kepada orang-orang tertentu dan hal itu dicatat oleh Kitab Suci.
Dalam kitab suci, Yesus hanya menampakan diri kepada para murid-Nya. Seharusnya Yesus juga menampakkan diri juga kepada para imam kepala, orang Farisi, ahli-ahli Taurat, Herodes, dll. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Yesus. Selain karena tidak berguna bagi mereka, Yesus juga tidak mau memaksa orang percaya kepada-Nya. Mukjizat hanya berguna bagi mereka yang mau membuka hati.Â
Bagi orang yang tertutup hatinya, orang yang bangkit dari alam maut sekalipun tidak akan mampu meyakinkan mereka (Lukas 16:31). Dengan menampakkan diri secara langsung kepada mereka, sama saja artinya Yesus memaksa mereka percaya. Yesus tidak menghendaki hal itu. Iman yang benar datang dari pencarian, keterbukaan hati, dan bukan keterpaksaan. Yesus tidak pernah memaksa siapapun untuk percaya kepadaNya. Yesus perlu menampakan diri kepada para muridNya, karena mereka adalah penerus karya Yesus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H