Semenjak berdirinya negara Indonesia 80 tahun yang silam, belum terasa ada perubahan yang signifikan di bidang perekonomian untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari kelima ayat pancasila hanya ayat yang terakhir yang susah di realisasikan sampai sekarang.Â
Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah kerakusan, ketamakan, pengelolaan semena-mena dari para pembesar negeri yang lebih mengutamakan keluarga dan golongannya di atas kepentingan rakyat. Sentralisasi dan pembangunan yang tidak merata, bagi-bagi hasil kekayaan negara untuk kepentingan kerajaan bisnis keluarga dan golongan. Yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.
Rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak berdaya. Cuma bisa mengelus dada sambil menjerit dalam hati saja. Keadilan sosial merupakan suatu kemewahan di negeri yang penuh kerakusan ketamakan para pembesar negeri dan kawan-kawannya.Â
Semua saling sikut demi sesuap nasi. Sungguh kejadian yang ironis di negeri yang sering di sebut gemah ripah loh jinawi. Rakyatnya mati di lumbung padi.
Tanah negeri ini luas membentang dari sabang sampai marauke, tapi sebagian besar rakyatnya justru tidak memiliki rumah sendiri di sebabkan hukum kepemilikan tanah untuk rakyat bertele-tele. Harus punya uang banyak hanya demi untuk sepetak tanah untuk di huni sebagai rumah. Hukum jual beli menjadi raja.
Sebagai salah satu bukti sebagian tanah negara di kuasai oleh orang-orang kaya yang rakus di negeri ini seperti sewaktu kita menyaksikan debat capres antara Jokowi dan Prabowo pada April lalu.Â
Sebagian tanah negara di kuasai oleh elite negara dengan alasan mengolah tanah negara yang padahal adalah untuk kepentingan bisnis keluarga turun temurun.Â
Hak guna tanah harus di batasi karena inilah sumber ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin. Jangan mentang-mentang anda kaya lalu anda bisa kuasai segalanya dengan uang. Setiap partai politik yang di dirikan tak ubahnya seperti perusahaan keluarga demi ambisi kuasa dan kekayaan.
Lalu datanglah ide dari sebagian kelompok masyarakat agar sistem demokrasi pancasila di rubah saja menjadi sistem khilafah karena di rasa ideologi pancasila telah gagal merealisasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentu ide khilafah ini di tentang keras sebagian masyarakat lainnya dengan alasan bhinneka tunggal ika.Â
Islam yes khilafah no begitu protes mereka yang anti khilafah. Sebenarnya kedua masyarakat yang bertentangan soal khilafah tersebut sama-sama gagal paham apa itu khilafah.Â
Khilafah oleh yang menentang seolah adalah seperti ISIS yang membunuhi orang tak berdosa. Dan bagi pemuja khilafah, khilafah di gambarkan seperti semua orang harus tunduk kepada syariat Islam.
Sebelumnya harus di jelaskan dulu apa itu khilafah dan apa itu ISIS agar tidak terjadi gagal paham. Khilafah itu adalah sistem syariat atau hukum-hukum Islam secara keseluruhan.Â
Setiap muslim yang bersyahadat menyatakan imannya pada Allah dan nabi Nya dan tunduk pada rukun iman dan rukun Islam dia sudah masuk kedalam sistem khilafah.Â
Khilafah itu artinya mengatur cara hidup muslim sesuai syariat Islam. Seperti contoh setiap mau makan setiap muslim di wajibkan membaca basmalah dan sesudah makan wajib membaca hamdalah maka itu di sebut menegakan khilafah.Â
Masuk kamar mandi dahulukan kaki kiri itu sudah menegakan khilafah. Salat lima waktu sehari itu sudah menegakan khilafah. Point khilafah itu jika anda muslim anda sudah pasti khilafah.
Gagal paham pemuja khilafah itu adalah bahwa setiap orang harus tunduk pada syariat atau hukum-hukum Islam. Padahal jelas non muslim itu sudah pasti tidak khilafah dan tertolak dari khilafah di sebabkan tidak beriman sesuai Islam. Dan negeri ini tidak semuanya muslim.Â
Tentu tidak bisa menerapkan sistem khilafah. Sedangkan gagal paham anti khilafah adalah bahwa khilafah itu adalah ISIS atau al qaeda atau taliban.Â
Padahal mereka bukan khilafah tapi khawarij, yaitu sekelompok orang radikal yang selalu menentang pemerintahan yang sah yang ada di setiap jaman.Â
Khilafah di distorsi oleh ISIS, al qaeda dan taliban. Kelompok-kelompok tersebut sejatinya adalah pemuja setan bukan penegak khilafah.Â
Namun ternyata ada sebagian dari orang-orang anti khilafah itu punya tujuan lain. Mereka itu diam-diam ingin agar tradisi-tradisi agamis di hilangkan agar tak ada sekat antara kelompok agamis dan kelompok sekular. Mereka ini kelompok pemuja liberalisme. Kebebasan di atas segalanya.Â
Bahkan agama tidak boleh membatasi kebebasan mereka. Mereka kelompok minoritas yang ingin menjadi tirani di negeri mayoritas yang selalu mengatas namakan demokrasi untuk tujuan liberal sekular.Â
Gerakan mereka lebih intelek dan senyap di bandingkan kelompok pemuja khilafah yang terang-terangan ingin mengubah ideologi. Gerakan kelompok minoritas liberal sekular ini di dukung oleh jaringan Islam liberal. Masyarakat yang tidak tahu pasti mengira Islam liberal adalah Islam moderat. Padahal artinya saja sudah berbeda.Â
Liberal artinya bebas semau gue sedangkan moderat adalah menyesuaikan kemajuan tekhnologi atau modernisasi dalam mengamalkan ajaran agama. Islam liberal itu sebenarnya gerakan orientalis yang di pelopori oleh Snouck Hurgronje dalam upayanya menghancurkan Islam karena kebenciannya terhadap Islam.Â
Sedang Islam moderat adalah ajaran seorang kiyai sepuh yang mendirikan Muhammadiyah. Jadi jelas Islam liberal dan Islam moderat adalah dua hal yang berbeda bahkan saling bertentangan.
Untuk merealisasikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak perlu mengubah ideologi pancasila. Tapi cukup di benahi pengelolaan negara ini.Â
Jangan lagi bersikap egois mementingkan keluarga dan golongan di atas kepentingan rakyat. Pembangunan yang merata otomatis akan mensejahterakan rakyat yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Â
       Selamat ulang tahun 🇮🇩
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H