Mohon tunggu...
Hompimpah Alaiumgambreng
Hompimpah Alaiumgambreng Mohon Tunggu... Seniman - Rakyat biasa yang cinta NKRI.

Hompimpah Alaiumgambreng

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta, Polusi, dan Geng Motor

26 Juli 2019   23:56 Diperbarui: 27 Juli 2019   00:05 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta menjadi kota polusi terburuk di dunia....

Jakarta di nobatkan sebagai kota polusi terburuk di dunia berdasarkan indikator polusi udara yang ada di jantung kota.

Penyebab utama terbesar polusi udara berasal dari kendaraan bermotor dan pabrik industri. Semua orang terutama simpatisan Ahok menuduh Anies tidak becus kerja sebagai Gubernur DKI. Sebenarnya tidak adil kalau cuma Anies yang harus bertanggung jawab membebaskan polusi udara Jakarta. Karena penyebab polusinya adalah akibat dari perilaku kita semua sebagai warga Jakarta.

Rata-rata dari penduduk Jakarta lebih suka menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan transportasi umum. Dan banyak kendaraan pribadi tersebut sudah tidak layak standar emisi tapi masih saja di pakai. Asap hitam mengepul kemana-kemana di udara Jakarta. Ini persis kentut seenaknya lalu marah ke orang lain. Goblok itu mananya.

Polusi udara Jakarta itu bukan persoalan Anies atau Ahok. Tapi persoalan lingkungan hidup dan kesehatan. Persoalan kita semua. Persoalan orang-orang yang makan berak dan hidup di bawah langit Jakarta. 

Apa solusi efektif membebaskan udara Jakarta dari polusi? Ya sudah tentu salah satunya penghijauan dengan tempat-tempat terbuka untuk penghijauan seperti taman-taman kota. Tapi sebenarnya ini cara untuk jangka panjang. Bukan sesuatu hal yang langsung bisa di rasakan pada saat ini juga. 

Cara efektif efesien yang bisa di rasakan langsung manfaatnya adalah mengurangi jumlah kendaraan bermotor baik di jalan maupun kuota perdagangan kendaraan harus di batasi. Sebab penyebab kendaraan bermotor makin banyak karena kuota kendaraan tidak di batasi dan proses pembelian sangat mudah. Bahasa gampangnya sekarang ini beli motor atau mobil semudah beli kacang goreng. Inilah penyebab utama polusi dan kemacetan.

Efek buruk lain tidak di batasi kuota kendaraan bermotor dengan proses mudah untuk membelinya adalah banyaknya anak-anak kecil di bawah umur bersliweran di jalan membawa motor. Dan efek buruk yang lebih ekstrim lagi adalah banyaknya geng motor. Geng motor ini ada karena untuk membeli sebuah sepeda motor syarat dan prosesnya sangat mudah. Dari geng motor inilah lahir kawanan begal sadis. 

Bukan isapan jempol kalau punya uang lima ratus ribu bisa membawa pulang sebuah motor dari dealernya. Punya uang lima juta bisa membawa pulang mobil dari dealernya. Gimana gak macet dan polusi?

Solusinya adalah perberat syarat pembelian kridit kendaraan bermotor dan pajak berlipat yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor. Misalkan syaratnya adalah harus punya rumah sendiri dulu sebelum di perbolehkan membeli kendaraan bermotor. Karena sekarang banyak orang yang rumahnya masih ngontrak di rumah petak tapi punya mobil dan motor. Gimana gak polusi udara kalau keadaan masyarakat seperti itu?

Membatasi kuota dan perberat syarat untuk kridit pembelian kendaraan bermotor adalah cara paling efektif efesien untuk membebaskan udara Jakarta dari polusi. Di samping itu cara ini juga mencegah dan memberantas keberadaan geng motor dan begal. Geng motor ada karena mudah syarat membeli motor. Dan begal ada karena kuota motor berlimpah di negara ini. 

Ini adalah solusi efektif efesien membebaskan polusi udara Jakarta yang sekaligus juga solusi efektif efesien memberantas geng motor dan begal motor. Ibarat seperti kata pepatah sambil menyelam minum kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun