Indonesia sepertinya tidak butuh orang hebat. Negeri ini lebih membutuhkan mafia lengkap dengan para calonya. Lihat saja isi percakapan Setya Novanto, Muhammad Riza Chalid dan Maroef Syamsudin. Seluruh kebijakan negara bisa mereka atur dengan semaunya. Dan semuanya untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya. Rakyat hanya menjadi korban.
Begitu juga dengan karya inovasi Doktor Warsito. Peneliti yang sudah melanglang buana dan karyanya sudah digunakan oleh berbagai lembaga kaliber dunia seperti NASA-USA, kini harus menyesali keputusannya pulang ke Indonesia. Setelah menguasai panggung dunia selama 12 tahun di Jepang dan 6 tahun di Amerika, Doktor Warsito bermimpi ingin membangun Indonesia.
Sayang, mimpinya untuk membangun Indonesia buyar berantakan. Indonesia tidak siap menerima karya inovasinya. Kemenkes meminta agar Doktor Warsito menghentikan riset inovasinya.
Dunia IPTEK pun geger. Bagaimana mungkin seorang peraih Habibie Award yang karya-karyanya diakui oleh dunia justru ditolak oleh Kemenkes yang seharusnya melindunginya.
Sementara Kemenritek DIKTI sedang memacu para peneliti Indonesia agar berani tampil di pentas dunia.
Sebuah anomali, ketika Kemenritek DIKTI sedang memacu para peneliti Indonesia agar berani tampil di pentas dunia dengan membawa nama Indonesia, sementara Kemenkes justru meminta seorang peneliti kaliber dunia untuk menghentikan risetnya.
Sudah banyak orang-orang hebat Indonesia yang akhirnya lebih memilih berkiprah di luar negeri, karena tidak dihargai di dalam negerinya sendiri. Nama-nama beken seperti:
Prof. Dr. Irwandi Jaswir ahli produk halal dunia yang memilih berkiprah di Malaysia
Prof. Dr. Ken Soetanto arek Suroboyo yang merupakan Ahli Pembangunan ini memilih berkiprah di Jepang dan Amerika
Prof. Dr. Nelson Tansu orang Medan ahli nanoteknologi ini merupakan Profesor termuda di Amerika Serikat dan hingga kini memilih berkiprah di Amerika Serikat
Dr. Yogi Erlangga, wong Tasikmalaya yang sukses memecahkan Persamaan Helmholtz ini lebih mmeilih berkiprah di Eropa dan Timur Tengah. Penemuannya sangat berguna bagi industri perminyakan.
Dr. Josaphat Tetuko, ahli radar dan drone ini pernah berkiprah di Indonesia setamat dari Jepang. Karena tidak ada penghargaan terhadap karya-karyanya, akhirnya Dr. Josaphat Tetuko memilih kembali ke Jepang. Penemuannya banyak digunakan oleh berbagai negara termasuk Malaysia dan Singapura. Namanya sempat digadang-gadang oleh Jokowi untuk mengembangkan drone di Indonesia.
Dan masih banyak orang-orang hebat yang karya-karyanya diakui oleh dunia namun tak dihargai di dalam negeri. Dan bukan tidak mungkin jika Doktor Warsito mengikuti jejak mereka untuk berkarya dipanggung dunia dengan membawa nama negara lain. Beberapa negara di timur Tengah seperti UEA, Qatar dan Arab Saudi sudah menawarinya. Kini pilihan ada pada Doktor Warsito...tetap berkarya di Indonesia dengan segala resikonya atau memilih berkiprah di pentas dunia dengan segala fasilitasnya yang wah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H