Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Harganas, Momentum Kebangkitan Revolusi Mental Untuk Membangun Keluarga Berkarakter

1 Agustus 2015   23:39 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:53 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawabannnya bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Mengapa keluarga? Karena keluarga merupakan institusi terkecil dan terpenting dalam sebuah bangsa. Sebuah kajian yang dilakukan oleh para sosiolog menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa, yaitu “family is the fundamental unit of society”, keluarga adalah pondasi sebuah bangsa. Artinya, jika keluarga sebagai pondasi lemah dan bobrok, maka “bangunan” bangsa juga akan lemah dan mudah hancur.

Menurut kajian sosiolog tersebut, masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat seperti kriminalitas yang dilakukan oleh remaja, tawuran, kekerasan yang merajalela, tidak toleran dan segala macam kebobrokan sosial, adalah cerminan dari tidak kokohnya pondasi keluarga. Jadi, sangat jelas bahwa peran keluarga dalam kemajuan sebuah bangsa sangat besar. Keluarga kokoh yang berketahanan adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi emas, menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan masyarakat, dan akhirnya mampu membawa kejayaan bangsa. Untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter harus dimulai dari keluarga yang berkarakter.

Selamatkan Keluarga Indonesia

Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, New York mengungkapkan ada "10 tanda-tanda jaman” yang harus diwaspadai terkait kehancuran karakter sebuah bangsa. Kesepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai tersebut adalah:
Pertama, meningkatnya kekerasan dikalangan remaja dan masyarakat,
Kedua, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk dan tidak baku,
Ketiga, pengaruh geng (peer-group) yang kuat dalam tindak kekerasan yang makin tak terkendali,
Keempat, meningkatnya perilaku yang merusak diri, seperti narkoba, sex bebas, dan alkohol,
Kelima, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk,
Keenam, penurunan etos kerja,
Ketujuh, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,
Kedelapan, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara,
Kesembilan, ketidak jujuran dan kebohongan yang telah begitu membudaya,
Kesepuluh, adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

[caption caption="Tari kolosal Selamatkan Keluarga Indonesia (Sumber beritasatu.com)"]

[/caption]

Rasanya kita perlu was-was dan khawatir karena kesepuluh tanda-tanda jaman terkait kehancuran kerakter sebuah bangsa seperti yang diungkapkan oleh Thomas Lickona begitu terpampang nyata di depan kita. Hampir setiap hari kita disuguhi berita terkait dengan tindak kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja. Dekadensi moral dikalangan generasi muda yang terpampang nyata telah menggerus karakter bangsa.

Dalam puncak peringatan Harganas ke-XXII di BSD City, Kota Tangerang Selatan, Jokowi menekankan pentingnya peran keluarga dalam membangun karakter bangsa. Dalam pidatonya Jokowi menyatakan bahwa bangsa Indonesia akan menjadi kuat dan sehat jika keluarga juga kuat dan sejahtera.

“Di dalam keluarga kita membentuk dasar-dasar karakter bangsa Indonesia, termasuk karakter dan kepribadian anak-anak kita,” kata Jokowi dalam sambutannya.

Selanjutnya, Jokowi menyampaikan bahwa pihaknya telah mengintruksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, untuk memberikan perhatian lebih khusus soal penanaman budi pekerti di sekolah dan keluarga. Menurutnya, di dalam keluarga diperoleh landasan kualitas hidup masyarakat seutuhnya, landasan dasar pendidikan, kesehatan, landasan kasih sayang, rasa tenteram dan saling memiliki.

Bonus demografi bagaikan pedang bermata dua

Dalam sambutannya, Jokowi juga mengingatkan besarnya tantangan dan tanggung jawab keluarga Indonesia di masa depan. Di bidang kependudukan Indonesia akan meraih bonus demografi pada 2020-2030 mendatang. Pada saat itu, jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dari penduduk usia anak dan lanjut usia. Angkatan kerja pada rentang waktu tersebut mencapai 70 persen, sedangkan sisanya berusia 15 tahun ke bawah dan 60 tahun ke atas. Dilihat dari sisi pembangunan ekonomi, bonus demografi merupakan suatu berkah bagi Indonesia karena melimpahnya jumlah penduduk usia produktif akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Dampak jangka panjangnya adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun