Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Harganas, Momentum Peduli Kesehatan Ibu Untuk Membangun Karakter Anak Bangsa

31 Juli 2015   14:40 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:03 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tapi Putri Anggrek, tarian khas Tangsel untuk menyambut tamu (Foto Dokpri)"][/caption]

Bicara masalah karakter bangsa maka mau tidak mau harus bicara tentang keluarga sebagai institusi terkecil dan terpenting suatu bangsa. Keluarga dengan 8 fungsinya merupakan tempat “kawah candradimuka”, penggemblengan moral dan perilaku individu-individu anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan yang pernah dinyatakan oleh Lord Channing “The great hope of society is individual character”.

[caption caption="Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Ketua BKKBN Surya Chandra hadir dalam Seminar Peduli Kesehatan Ibu (Foto Dokpri)"]

[/caption]

Sebuah kajian yang dilakukan oleh para sosiolog menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa, yaitu “family is the fundamental unit of society”, keluarga adalah pondasi sebuah bangsa. Artinya, jika keluarga sebagai pondasi lemah dan bobrok, maka “bangunan” bangsa juga akan lemah. Menurut kajian sosiolog tersebut, masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat seperti kriminalitas yang dilakukan oleh remaja, tawuran, kekerasan yang merajalela, dan segala macam kebobrokan sosial, adalah cerminan dari tidak kokohnya pondasi keluarga. Jadi, sangat jelas bahwa peran keluarga dalam kemajuan sebuah bangsa sangat besar. Keluarga kokoh yang berketahanan adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi emas, menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan masyarakat, dan akhirnya mampu membawa kejayaan bangsa.

[caption caption="Spanduk Seminar Pedulu Kesehatan Ibu (Fot Dokpri)"]

[/caption]

Pada acara peringatan Harganas ke-XXII ini, sudah saatnya kita mengingat kembali sebuah hadis nabi yang berbunyi “wanita adalah tiang negara”. Sebuah hadis yang menunjukkan betapa pentingnya peran ibu dalam membangun bangsa. Ingat, proses pembentukan karakter seorang anak (individu) sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Seorang anak membutuhkan kedekatan psikologis dengan ibunya. Kedekatan psikologis inilah yang kelak menciptakan rasa nyaman, dan merasa diperhatikan. Karenanya, pada tahun-tahun pertama kehidupannya, seorang anak membutuhkan ibu yang berkualitas untuk membentuk karakternya.

[caption caption="Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany mengunjungi stand pameran kesehatan (Foto Dokpri)"]

[/caption]

Untuk melahirkan para ibu yang berkualitas, panitia Harganas ke-XXII menyelenggarakan Seminar Peduli Kesehatan Ibu yang diselenggarakan di Gedung Graha Widya Bhakti, Puspiptek, Serpong. Tema seminar adalah “Peduli Kesehatan Ibu Untuk Membangun Karakter Anak Bangsa”, sebuah tema yang pas dengan tujuan Harganas 2015 yaitu untuk meningkatkan komitmen pemerintah tentang pentingnya pembangunan keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera. Hadir dalam seminar tersebut Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, Ketua BKKBN Surya Chandra dan kader-kader PKK Kota Tangerang Selatan. Dalam kegiatan seminar tersebut juga diselenggarakan pameran kesehatan yang melibatkan seluruh rumah sakit di Kota Tangerang Selatan dan ikatan profesi yang terkait dengan kesehatan.

[caption caption="Kader-kader PKK Kota Tangsel yang hadir dalam Seminar Peduli Kesehatan Ibu (Foto Dokpri)"]

[/caption]

Urgensi Kesehatan Ibu Terkait Kesejahteraan Bangsa

Sebuah ironi kembali terpampang nyata terjadi di negeri tercinta ini. Bagaimana tidak, peningkatan alokasi dana kesehatan dari APBN dan APBD yang didukung dengan peningkatan pengetahuan dan teknologi kedokteran ternyata tidak mampu menurunkan angka kematian ibu (AKI). Lebih memalukan lagi, bukannya menurun angka kematian ibu (AKI) justru meningkat tajam secara signifikan. Padahal, angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk melihat derajat kesehatan ibu, kualitas pelayanan kesehatan sekaligus kesejahteraan sebuah bangsa. Karena sangat penting maka penurunan angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam Program Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs).

[caption caption="Proyeksi Angka Kematian Ibu (Sumber MDGs)"]

[/caption]

Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI tahun 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Rata-rata angka kematian ibu (AKI) yang tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2012 menunjukkan masih jauh dari target MDGs yaitu angka kematian ibu (AKI) 102 per 100 ribu kelahiran hidup.

Siapa bertanggungjawab terhadap fakta peningkatan angka kematian ibu tersebut?

Di Indonesia, negeri yang sering menjadikan narasi sebagai panglima rasanya sangat sulit mencari orang yang mau bertanggungjawab terhadap fakta yang memalukan tersebut. Bukannya mengaku bertanggungjawab, yang terjadi justru saling menyalahkan. Sebelumnya, terkait fakta yang memalukan tersebut sempat terjadi “perang” antara Kementerian Kesehatan dengan Menko Kesra. Menteri Kesehatan saat itu, Nafsiah Mboi, menolak mengakui hasil SDKI 2012. Menurutnya, terjadi perbedaan metode perhitungan SDKI 2012 sehingga terjadi lonjakan angka kematian ibu (AKI). Namun dalih membela diri yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi justru dibantah oleh Menko Kesra yang menyatakan tidak ada yang salah dengan metode perhitungan SDKI 2012 tersebut.

[caption caption="Penyebab kematian Ibu (Sumber kemenkes)"]

[/caption]

Perlu dicatat bahwa data angka kematian ibu (AKI) menjadi sangat penting karena menjadi indikator kesejahteraan suatu bangsa. Karena jika ditinjau dari penyebabnya, kematian ibu merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Kementerian Kesehatan bersama Menko Kesra telah melakukan analisa penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Penyebab Langsung
Perdarahan (42%)
Eklampsi/Preeklampsi (13%)
Abortus (11%)
Infeksi (10%)
Partus lama/persalinan macet (9%)
Penyebab lain (15%)

Penyebab Tidak Langsung
Pendidikan ibu yang rendah
Sosial Ekonomi dan Budaya yang rendah
Empat terlalu dalam melahirkan: terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak
Tiga terlambat: terlambat mengambil keputusan, terlambat mengirim ke tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.

Tentu saja jika penyebab kematian ibu baik yang langsung maupun tidak langsung dapat segera dicarikan solusinya maka angka kematian ibu dapat ditekan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi hingga ke pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia dengan melibatkan seluruh aparat pemerintah dan masyarakat. Selain itu infrastruktur kesehatan juga harus terus ditingkatkan, termasuk meningkatkan keahlian tenaga kesehatannya. Untuk mencapai target MDGs maka semuanya harus saling bergandengan tangan, menghilangkan ego sektoral dan tidak perlu saling menyalahkan. Jika ada kemauan pasti bisa, if there is a will there is a way.

Selamat memperingati Hari Keluarga Nasional ke-XXII

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun