Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Jadikan Mudik Sebagai Arena “Pembunuhan Massal”

28 Juli 2015   15:23 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:52 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyusuri ruas tol Serpong-Jakarta yang lengang di malam hari sangat terasa kenyamanannya. Sangat berbeda dengan hari-hari biasa yang selalu padat dan macet. Tak terasa mobil pun meluncur mulus di tol JORR dan masuk ke ruas tol Jakarta-Cikampek. Laju kendaraan mulai tersendat. Tol Jakarta-Cikampek memang terkenal dengan kepadatannya. Di hari biasa saja sudah over kapasitas, apalagi saat mudik.

Setelah berjuang dengan penuh konsentrasi menaklukkan tol Jakarta-Cikampek, saatnya memulai petualangan lewat tol Cipali. Tol yang terbentang sepanjang 116,75 km tersebut merupakan ruas tol terpanjang di Indonesia yang menghubungkan 5 kabupaten di Jawa Barat yaitu Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka dan Cirebon. Selain itu ruas tol Cipali juga dibagi dalam 6 seksi yaitu Cikopo-Kalijati, Kalijati-Subang, Subang-Cikedung, Cikedung-Kertajati, Kertajsati-Sumberjaya, dan Sumberjaya-Palimanan. Hingga diresmikan oleh Presiden Jokowi, ruas tol Cipali baru memiliki 8 lokasi rest area, dan memiliki 4 SPBU. Sekedar tambahan informasi, tol Cipali merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang akan menghubungkan Merak, Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Tol Cipali diperkirakan memperpendek jarak tempuh sejauh 40 km dan diprediksi akan memotong waktu tempuh 2-3 jam dibandingkan melewati jalur Pantura.

Tol Cipali juga diharapkan menjadi solusi atas kemacetan “abadi” di jalur Pantura. Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, jalur Pantura dikenal sebagai jalur “neraka” bagi pemudik. Jalur Pantura dipaksa menanggung beban berat untuk menampung luapan arus pemudik. Selain dikenal sebagai jalur neraka, jalur Pantura juga dikenal sebagai proyek abadi. Kesan dimasyarakat tersebut muncul karena perbaikan jalur Pantura yang tak pernah selesai dan selalu menjadi sorotan jelang arus mudik. Jadi sangat jelas bahwa kehadiran tol Cipali diharapkan mampu memecahkan 2 masalah sekaligus yaitu mengurai kemacetan dan menghilangkan proyek abadi jalur Pantura.

Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hediyanto W Husaini dengan beroperasinya tol Cipali maka 40% kemacetan di jalur Pantura dapat dikurangi. Secara otomatis, anggaran untuk perbaikan dan perawatan jalur Pantura juga bisa dikurangi.

"Ini merupakan moment setahun sekali, menjelang puncak arus mudiknya, para pemudik bisa lebih merasakan kenyamanannya dengan adanya tol Cipali yang saat ini sudah beroperasi,"ucapnya.

Meskipun sempat terjebak panjangnya antrian kendaraan di pintu tol Cikopo, akhirnya penulis bisa memulai petualangan menyusuri tol Cipali. Tol yang terkenal dengan banyak cerita mistisnya terkait kecelakaan maut. Dimulai dengan membaca basmallah dan ucapan salam, penulis segera memacu mobil kepenulisngan menyusuri kemulusan dan kemolekan tol Cipali. Baru berjalan beberapa kilometer penulis benar-benar merasakan kenyamanannya. Meskipun melewati jalan beton sama sekali tidak menimbulkan goncangan pada mobil. Apalagi ketika melewati jalan beraspal semakin terasa kenyamanannya. Benar-benar mulus.

[caption caption="Jalan tol cipali yang mulus, lurus dan nyaman (Sumber Kompas.com)"]

[/caption]

Kenyamanan jalan yang mulus dan lurus inilah yang sepertinya menimbulkan kelalaian pengemudi dan sering terjadi human error yang berakibat kecelakaan fatal. Banyak pengemudi yang ngantuk, lelah, ugal-ugalan dan bosan ketika melintasi tol Cipali tapi tidak mau memanfaatkan rest area untuk beristirahat. Padahal dalam perjalanan menuju Palimanan disediakan 4 rest area yaitu di KM 86 (tipe B), rest area Subang KM 102 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin), KM 131 (tipe B), dan rest area Majalengka KM 166 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin). Penulis sendiri memilih beristirahat di rest area Subang KM 102. Dalam perjalanan sepanjang mudik melewati tol Cipali tersebut, penulis sempat menemukan kecelakaan tunggal dimana sebuah mobil minibus yang masuk parit pembatas tol. Untungnya kecelakaan tersebut tidak menimbulkan kemacetan meskipun para pengemudi mulai melambatkan laju kendaraannya.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tol Cipali, seharusnya para pengemudi selalu sadar diri, fokus, konsentrasi, presisi dan disiplin dalam mengemudikan kendaraannya. Ketika sudah berada di jalan tol, kelalaian pengemudi tidak hanya membahayakan dirinya sendiri tapi juga bisa membahayakan orang lain. Sebagai manusia biasa, tentunya kita punya keterbatasan terhadap fisik. Ingat pesan Bang One, “Kalau terasa mengantuk, obatnya cuma satu, ya istirahat. Tidur pulas sejenak. Kalau badan sudah segar, baru jalan lagi. Pulang selamat, itu yang paling nikmat ‘kan?”

Jadi, tolong jangan jadikan tol Cipali yang mulus, lurus dan molek sebagai arena pembunuhan massal!

Sebagai penutup, penulis ingin memberikan beberapa masukan kepada pihak pemerintah, pengelola tol Cipali, Korlantas Polri dan pengguna tol Cipali agar kecelakaan demi kecelakaan yang terus menerus terjadi di tol Cipali tidak terjadi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun