Pembicara kedua adalah Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (Adpin) BKKBN Pusat Dr. Abidinsyah Siregar yang biasa disapa Pak Abidin. Dengan gayanya yang humoris dan khas sebagai seorang komunikator ulung, Pak Abidin yang merintis karirnya dari dokter Puskesmas ini mampu “menghipnotis” peserta nangkring untuk fokus pada pemaparannya. Semua mata kompasianer tertuju pada presentasinya. Pak Abidin sukses “menyulap” topik kependudukan yang berat, tidak seksi dan kurang familiar dikalangan kompasianer menjadi mudah dipahami dan dicerna. Terbukti saat dibuka sesi tanya jawab, kompasianer sangat antusias mengajukan pertanyaan untuk memperdalam dan mempertajam pemaparannya.
[caption caption="Grafik Perkembangan Penduduk Indonesia (Sumber BKKBN)"]
Dalam pemaparannya, Pak Abidin menyampaikan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi empat masalah besar dalam bidang kependudukan, yaitu jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, persebaran penduduk yang tidak merata, dan kualitas SDM yang masih harus ditingkatkan. Kesuksesan program KB yang dilaksanakan sejak tahun 1970 telah berhasil menurunkan angka fertilitas total dari 5.6 anak per wanita pada tahun 1970 menjadi 2.6 pada tahun 2002. Namun sayangnya, angka fertilitas total tersebut tidak mengalami penurunan lagi sampai dengan tahun 2012. Demikian pula laju pertumbuhan penduduk masih sebesar 1,49% per tahun pada periode 2000-2010. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut Pak Abidin, BKKBN menargetkan jumlah rata-rata anak yang dimiliki perempuan usia subur pada 2019 hanya 2,28 anak per perempuan dan jumlah remaja putri yang melahirkan menjadi 38 per 1.000 remaja putri pada 2019.
[caption caption="Grafik Angka Harapan Hidup Indonesia (Sumber BKKBN)"]
Pak Abidin juga menjelaskan bahwa syarat menjadi negara maju adalah mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan memiliki SDM yang berkualitas tinggi. Tak lupa, Pak Abidin juga memaparkan secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi Indek Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Pak Abidin ada 3 hal pokok yang sangat signifikan mempengaruhi ranking IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. IPM sangat terkait dengan kualitas SDM.
Pembicara ketiga adalah Pak Suyono dari Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN yang lebih memperkaya dan mempertajam dari pemaparan Pak Abidin. Misalnya terkait bonus demografi yang bisa berubah menjadi bencana jika kita tidak mempersiapkan diri dengan cara meningkatkan kualitas SDM.
[caption caption="Pak Suyono dan Mbak Wardah (Sumber Dokpri)"]
Pak Suyono menyampaikan, bila dilihat dari sisi pembangunan ekonomi, bonus demografi merupakan suatu berkah karena melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Dampak jangka panjangnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, berkah ini dapat berbalik menjadi bencana jika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik.
Dalam penjelasannya, Pak Suyono juga memperkuat argument Pak Abidin yang menyatakan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat menikmati bonus demografi yaitu:
Pertama, angkatan kerja yang berlimpah tersebut haruslah berkualitas, baik dari sisi kesehatan, kecukupan gizi maupun dari sisi pendidikan.
Kedua, suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai, sehingga pendapatan per kapita meningkat dan penduduk Indonesia dapat menabung sehingga akan meningkatkan tabungan ditingkat keluarga dan ditingkat nasional.