Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Reportase Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN: Catat, Gagal Berencana=Merencanakan Kegagalan!

9 Juli 2015   21:59 Diperbarui: 9 Juli 2015   21:59 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan keluarga.

Keempat, dengan suksesnya program keluarga berencana, maka anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan anak usia 0-15 tahun dapat dialihkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar nantinya mereka mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik ditingkat lokal, nasional maupun global.

Karenanya menurut Pak Suyono dan Pak Abidin, permasalahan kependudukan khususnya terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia harus diselesaikan dari sekarang, agar kita dapat memanfaatkan bonus demografi secara optimal.

Perlu dicatat bahwa bonus demografi ini hanya berlangsung sekali dalam sejarah Republik karena angka ketergantungan sesudah tahun 2045 akan meningkat lagi diatas 50, akibat banyaknya penduduk lanjut usia karena umur harapan hidup yang meningkat. Jangan sampai hal seharusnya yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar, yaitu kualitas sumberdaya manusia rendah. Jumlah tenaga kerja yang besar jika tidak diikuti dengan kualitas tinggi akan menjadi penduduk yang tidak produktif. Jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja atau peluang usaha yang kondusif, maka kondisi ini akan diikuti dengan jumlah pengangguran yang tinggi. Tingginya jumlah pengangguran ini dapat memicu timbulnya masalah sosial yang dapat mengganggu ketahanan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai.

Dalam kesempatan tanya jawab, Pak Abidin juga menyampaikan bahwa kita pernah sukses dengan program KB dan menghasilkan swasembada beras yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional melalui penghargaan PBB dibidang “Kependudukan dan KB”. Penurunan angka kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tajam telah berhasil mencegah 100 juta kelahiran penduduk selama tiga dekade silam.

Kesuksesan yang mengharumkan nama bangsa tersebut terukir berkat kuatnya komitmen pimpinan pemerintahan, kokohnya partisipasi seluruh unsur masyarakat dan gencarnya pelembagaan nilai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Semangat gotong royong tersebut diyakini menjadi fondasi sosial yang menyatukan keterlibatan berbagai kelompok masyarakat, termasuk sektor swasta dalam program KB.

Sebagai penutup, Pak Abidin memberikan kata kunci dalam pemaparannya yaitu pentingnya pembentukan keluarga berencana dan pengendalian pertumbuhan penduduk karena “gagal berencana = merencanakan kegagalan”.

[caption caption="Kompasianer Fokus Menyimak Pemaparan Narasumber (Sumber Dokpri)"]

[/caption]

Dalam rangka meningkatkan partisipasi kompasianer untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana dan pentingnya program pengendalian laju pertumbuhan, Pak Abidin meminta kepada kompasianer untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan pentingnya program-program BKKBN melalui blog dan media social dengan membuat “hastag” yang menarik. Menurut Pak Abidin, sejak era otonomi daerah, BKKBN banyak kehilangan PLKB yang selama ini menjadi ujung tombak sosialisasi program pengendalian jumlah penduduk. Menanggapi permintaan dari Pak Abidin, salah seorang kompasianer Isson Khairul meminta kepada Pak Abidin untuk mengundang kompasianer datang ke kantornya agar terjalin kemitraan yang lebih erat antara BKKBN dengan kompasianer.

Menurut saya, permintaan Pak Abidin perlu ditanggapi serius oleh kompasianer dan admin Kompasiana untuk turut serta berperan aktif mengatasi masalah kependudukan. Paling tidak kompasianer bisa membantu BKKBN menyebarkan informasi yang tepat seputar masalah kependudukan dan pentingnya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui tulisannya.

Seperti dipaparkan oleh Pak Abidin, program kependudukan, dan pembangunan keluarga berencana sangat penting bagi investasi pembangunan manusia Indonesia dan kesejahteraan rakyat. Bayangkan saja, jika 50 kompasianer yang mengikuti “Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN” menulis 1 artikel, lalu artikel tersebut dibaca oleh 300 orang maka sudah 15.000 orang yang mengetahui masalah kependudukan dan pentingnya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Apalagi jika tulisan masalah kependudukan di HL-kan Admin, lalu disebar lagi oleh 15.000 orang dan menjadi viral di media sosial maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya peran serta kompasianer dalam mengatasi masalah kependudukan. Kompasianer bisa menjadi lokomotif agen perubahan. No one can change the past but everyone has a power to change the future.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun