Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Reportase Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN: Catat, Gagal Berencana=Merencanakan Kegagalan!

9 Juli 2015   21:59 Diperbarui: 9 Juli 2015   21:59 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kompasianer Narsis bersama Kompasiana Nangkring Bareng BKKBN (Sumber Dokpri)"][/caption]

Hingga akhir tahun 2014, indeks pembangunan manusia Indonesia masih bertengger di posisi 108 dari 187 negara. Secara kasat mata, posisi tersebut juga mewakili kondisi riil dari kualitas Sumber Daya Manusia yang masih berada di atas 100. Beberapa negara Asean seperti Singapura (peringkat 9), Brunei Darussalam (peringkat 30), Malaysia (peringkat 62) yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang lebih kecil justru mampu menggungguli Indonesia. Bahkan Indonesia pun masih kalah dengan Palestina yang negaranya terus dilanda konflik dengan Israel. Tentu menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa kualitas pembangunan sumber daya manusia Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara Asean lainnya?

Selain masalah kualitas sumber daya manusia yang rendah, masalah lainnya yang juga menjadi sorotan adalah jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi serta persebaran penduduk yang tidak merata. Padahal di era Orde Baru (Orba), program Keluarga Berencana (KB) telah berhasil menurunkan angka fertilitas total (TFR) dari 5.6 anak per wanita pada tahun 1970 menjadi 2.6 pada tahun 2002. Sayangnya, sejak era reformasi angka pertumbuhan penduduk dan angka fertilitas total tersebut mengalami stagnasi hingga tahun 2014. Kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak lagi mengalami penurunan ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Tentu menjadi sebuh pertanyaan besar juga, mengapa pertumbuhan penduduk dan angka fertilitas total mengalami stagnasi?

[caption caption="Logo Harganas XXII (Sumber harganas22banten.com)"]

[/caption]

Tak ketinggalan masalah kependudukan yang saat ini sedang menjadi hot issue di berbagai media cetak dan online terkait dengan permasalahan yang terjadi dalam ruang lingkup “keluarga gadget”. Masuknya internet ke dalam keluarga bagaikan pisau bermata dua. Internat yang “borderless” mampu menjadi “guru maya” yang cerdas dan serba bisa. Namun disisi lain, jika orang tua tidak mampu mengontrol dampak negatifnya bisa berakibat buruk terhadap anak. Banyaknya kasus kekerasan pada anak, penelantaran anak, bertambahnya jumlah remaja yang menjadi pecandu narkoba, merebaknya gaya hidup seks bebas di kalangan anak muda hingga lahirnya generasi gadget yang merenggangkan ikatan keluarga merupakan masalah serius yang harus segera dicarikan solusinya.

Pertanyaan lainnya terkait dengan isu adanya bonus demografi, apakah menjadi berkah atau bencana bagi Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menari-nari di kepala yang membutuhkan jawaban dan pencerahan.

[caption caption="Potret Masalah Kependudukan di Indonesia (Sumber BKKBN)"]

[/caption]

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait masalah kependudukan tersebut, maka saya pun memantapkan diri untuk melangkahkan kaki menuju Hotel Santika, BSD City, Tangerang Selatan (Tangsel) untuk mengikuti acara “Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN”. Kebetulan rumah saya hanya berjarak sekitar 2 km dari Hotel Santika, tempat acara “Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN” digelar sehingga bisa dijangkau dengan motor kesayangan. Saya sendiri sudah terbiasa menggunakan fasilitas hotel dibawah payung Grup Kompas Gramedia ini untuk keperluan kantor.

Usai mandi dan mempertampan diri seganteng-gantengnya (narsis mode on), saya langsung menyambar Nikon D90 kesayangan. Maklum, saya memang sudah lama memimpikan bisa menjepret langsung wajah cantik dan senyum manis Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany yang rajin menghiasi halaman Kompasiana.

Jalannya Acara “Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN”

[caption caption="Trio Kwek-Kwek Narsis, kika: Ahmad Imam Satriya, Abdul Latief Ahmad Al-Indonesii, Yogi Wibowo (Sumber Dokpri)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun