Perayaan juara timnas Chile (Sumber gettyimages.com)
Estadio National De Chile, Santiago menjadi saksi sejarah atas keperkasaan timnas Chile di partai final Copa America 2015. Melalui pertarungan yang dramatis dan menegangkan, Chile sukses menaklukkan tim bertabur bintang favorit juara, Argentina.
Usai menjalani laga menegangkan selama 90 menit dengan skor 0-0, lalu dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu selama 2x15 menit dan kedudukan tetap berimbang 0-0, kampiun pun harus ditentukan melalui adu tos-tosan, penalti. Para algojo Chile dengan penuh percaya diri dan dukungan penuh suporter fanatiknya sukses menceploskan 4 gol, sedangkan Argentina hanya mampu memasukkan 1 gol. Skor penalti 4-1 pun menjadikan Chile keluar sebagai juara baru Copa America 2015 sekaligus mewujudkan mimpi rakyat Chile yang sudah dinantikan selama 99 tahun.
Hasil tersebut sesuai dengan prediksi tulisan-tulisan saya sebelumnya di Kompasiana dengan judul “Preview Final Copa America 2015: Berebut Lini Tengah Demi Penguasaan Bola”, “Bedah Peluang Juara Copa America: Argentina atau Chile” dan “Jorge Sampaoli Sang Pesulap Chile”. Dalam beberapa tulisan tersebut saya sudah memberikan rediksi bahwa pertarungan final antara Chile vs Argentina akan berjalan ketat, berimbang dan seru sehingga juara Copa America 2015 harus ditentukan melalui babak tos-tosan, adu penalti.
Dalam babak adu penalti tersebut penjaga gawang Barcelona, Claudio Bravo dan penyerang Arsenal, Alexis Sanchez keluar sebagai pahlawan Chile. Dalam babak adu penalti, Claudio Bravo menunjukkan kecerdasannya karena mampu menahan tendangan Banega dan mengganggu konsentrasi Gonzalo Higuain.
[caption caption="Claudio Bravo meraih Golden Gloves, kiper terbaik (Sumber www.ca2015.com)"]
Usai Alexis Sanchez sukses menyarangkan gol keempat Estadio National De Chile, Santiago langsung bergemuruh. Seluruh pemain dan official tim Chile pun berhamburan ke tengah lapangan merayakan kemenangannya. Sementara para pemain Argentina tertunduk lesu. Beberapa pemain pun meneteskan air mata sambil menundukkan kepalanya.
Sangat bisa dimaklumi dan di bayangkan betapa sedihnya perasaan semua pendukung, official hingga pemain Argentina, setelah tim bertabur bintang-bintang Eropa tersebut harus kembali menelan “pil pahit”. Ini adalah kekalahan beruntun Argentina di partai final dalam dua tahun berturut-turut. Setahun sebelumnya, Argentina juga harus mengakui keunggulan Jerman di Piala Dunia Brazil saat pertandingan hanya menyisakan 7 menit dalam perpanjangan waktu.
Kekalahan memang menyakitkan. Argentina layak meratapi kekalahan tersebut. Pasalnya skuat Argentina baik di Piala Dunia 2014 maupun di Copa America 2015 ini adalah generasi emas (golden generation) yang sudah teruji memiliki mental juara di klubnya masing-masing. Skuat Argentina adalah generasi emas yang pemain-pemainnya menjadi pemain kunci di klubnya masing-masing. Lihat saja Argentina memiliki Lionel Messi, sang megabintang yang sukses menyabet 4 kali gelar pemain terbaik sejagad raya. Lalu nama-nama pesohor yang bintangnya sedang bersinar terang di Eropa seperti Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Angel Di Maria, Javier Macherano, Javier Pastore, Lavezzi, Zabaleta dan Demichelis juga ada di skuat Argentina. Jadi dengan pemain bertabur bintang yang difavoritkan menjadi juara tapi berakhir pada kelahan tragis melalui adu penalti jelas sangat menyakitkan. Kalo kata Cita Citata, sakitnya tuh disini…..
Argentina boleh saja berbangga memiliki megabintang Lionel Messi. Argentina juga boleh saja berbangga memiliki pemain termahal di Liga Inggris Angel Di Maria. Sayangnya hingga kini Messi dan Di Maria tak mampu memberikan kebanggaan bagi Argentina. Di level senior, Messi dan Di Maria belum pernah memberikan gelar untuk Argentina.
Jika Argentina dihuni skuat para bintang Eropa, sebaliknya kecuali trio Sanchez, Vidal dan Bravo skuat Chile hanya dihuni oleh pemain rata-rata yang namanya tidak popular. Namun jangan dilupakan bahwa berkat sentuhan magis “sang pesulap” Jorge Sampaoli Chile memiliki tim yang solid yang mengandalkan permainan kolektif dan determinasi tinggi. Hingga akhirnya berkat permainan kolektif dan determinasi tinggi tersebut mimpi 99 tahun rakyat Chile dapat diwujudkan oleh mereka.
Kekalahan Argentina juga semakin menenggelamkan Messi di bawah bayang-bayang legenda Argentina, Diego Maradona. Raut kesedihan terpancar jelas dari wajah Lionel Messi. Padahal sehari sebelum partai final, fantastic four Argentina yang terdiri dari Messi, Aguero, Di Maria dan Pastore sangat yakin mampu membawa pulang trofi Copa America 2015 untuk mengakhiri puasa gelar selama 22 tahun. Mereka yakin akan menjadi legenda Argentina jika mampu menjadi kampiun Copa America 2015. Sayangnya, harapan Messi, Aguero, Di Maria dan Pastore untuk dikenang menjadi legenda Argentina tidak bisa terwujud di Estadio National De Chile, Santiago.
Lagu populer Madonna karya komponis Andrew Llyod Webber dalam film Evita Du Peron yang berjudul “Don’t Cry for Me Argentina” sepertinya cocok dilayangkan kepada tim bertabur bintang Argentina oleh Jorge Sampaoli. Bisa jadi Jorge Sampaoli menjadi orang Argentina yang paling berbahagia atas kesuksesan Chile mengakhiri puasa gelarnya selama 99 tahun.
[caption caption="Kebahagian Jorge Sampaoli dan staf pelatih (Sumber www.ca2015.com)"]
Chile di bawah asuhan “Sang Pesulap” Jorge Sampaoli sangat layak untuk menjadi juara Copa America 2015. Di lihat rekam jejaknya sejak babak penyisihan grup hingga partai final, Chile sangat layak untuk meraih kejayaan dalam persaingan tertinggi sepak bola Amerika Selatan. Melalui formasi andalan 4-3-1-2, Jorge Sampaoli terbukti mampu menumbangkan Gerardo “TATA” Martino yang mengusung formasi 4-3-3. Meskipun orang Argentina, Jorge Sampaoli layak menjadi pahlawan Chile.
“Penalti Alexis Sanchez memberi saya kebahagiaan luar biasa," ujar Jorge Sampaoli seusai pertandingan.
Jalannya Pertandingan
Secara keseluruhan pertandingan final sendiri berjalan berimbang, seru dan menegangkan. Semuanya berjalan sesuai dengan prediksi yang saya tulis di “Preview Final Copa America 2015: Berebut Lini Tengah Demi Penguasaan Bola”. Pertarungan lini tengah benar-benar ketat dan berimbang. Aura stadion yang dipenuhi suporter fanatik Chile memberikan tambahan energi positif bagi pemain Chile. Berkat dukungan supporter yang terus bergemuruh, mereka bertarung seperti tak kenal lelah. Terus bergerak dan menekan untuk menguasai bola dan memenangkan pertarungan lini tengah.
Meskipun sulit, kedua tim mampu menciptakan beberapa peluang emas. Dalam 15 menit awal, Chile sudah mampu mengancam gawang Argentina melalui Eduardo Vargas, Alexis Sanchez dan Arturo Vidal. Sergio Aguero pun sempat memiliki peluang emas di menit ke-20. Sayang, tandukannya masih bisa di tepis oleh Claudio Bravo. Jelang akhir babak pertama, Javier Pastore sempat memiliki peluang mencetak gol. Tapi lagi-lagi Bravo menunjukkan kelasnya sebagai kipper kelas wahid karena berada pada posisi tepat.
Di babak kedua Chile masih terus mendominasi pertandingan dengan mengusai lini tengah. Gelandang-gelandang Chile juga sukses mematikan pergerakan Lionel Messi. Melihat Aguero gagal menembus lini pertahanan Chile, Gerardo “TATA” Martino pun memasukkan Higuain untuk menggantikan Aguero. Hasilnya, Higuain pun sempat memiliki peluang emas di menit ke-90 menyambut umpan Lavezzi. Sayang tembakannya masih tipis di luar gawang.
[caption caption="Arturo Vidal ditetapkan sebagai pemain terbaik (Sumber www.ca2015.com)"]
Di babak perpanjangan waktu, Chile semakin mendominasi pertadingan. Sanchez nyaris memecah kebuntuan di babak tambahan waktu. Javier Mascherano gagal menutup ruang Sanchez sehingga sang winger Arsenal pun bisa berlari ke depan gawang. Sayang, Sanchez yang gagal menuntaskan serangan balik cepat yang sudah berhadapan dengan Romero namun tendangan kerasnya melambung di atas mistar gawang. Vidal pun nyaris mencetak gol ketika menyambut umpan matang di depan gawang Romero. Sayang, sentuhannya kurang terkontrol dan peluang pun kembali sia-sia.
Hingga babak perpanjangan waktu berakhir, skor masih imbang tanpa gol 0-0, hinggal pemenangnya harus ditentukan melalui babak adu penalti. Di babak tos-tosan ini, Chile memastikan diri sebagai juara setelah Gonzalo Higuain dan Ever Banega gagal mengeksekusi penalti. Usai Bravo mampu menahan tendangan Banega, Alexis Sanchez sebagai eksekutor terakhir pun sukses menceploskan bola ke gawang Romero dan membawa Chile menjadi kampiun Copa America 2015.
Secara statistik pertandingan yang dicatat oleh whoscored.com, Chile juga unggul atas Argentina dengan menciptakan 18 tembakan berbanding 8 tembakan. Dari 18 tembakan Chile, 4 diantaranya tepat sasaran, sedangan Argentina dari 8 tembakan hanya dua yang tepat sasaran. Secara keseluruhan Chile mengusai bola sebanyak 57%, sedangkan Argentina hanya 43%. Whoscored.com juga memberikan gelar pemain terbaik pada pemain Chile, Charles Aranguiz dengan rating 8.3.
Selamat untuk Chile, dan selamat menikmati pesta juara yang sudah ditunggu sejak 99 tahun lamanya. Don't cry for me Argentina...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H