[caption caption="Final Argentina vs Chile (Sumber www.jeffwallpapers.com)"][/caption]
Pesta sepakbola 4 tahunan kawasan Amerika Selatan (Conmebol) sudah memasuki babak akhir. Argentina dan Chile akan berebut menjadi kampiun di Estadio National Santiago, Chile. Siapa yang lebih dulu akan mengakhiri puasa gelarnya, Argentina atau Chile? Mampukah Argentina membangkitkan kembali DNA juaranya yang sudah terpendam selama 22 tahun atau justru Chile yang akan mengakhiri penantian panjang selama 99 tahun. Sebelum menyaksikan siaran langsungnya di Kompas TV, ada baiknya kita simak terlebih dahulu bedah peluang juara Copa America 2015 di Kompasiana.
Bedah Arsitek Gerardo Martino vs Jorge Sampaoli
[caption caption="Gerardo Martino vs jorge Sampaoli (Sumber modifikasi gettyimages.com)"]
Ada yang menarik dari pertarungan di babak final antara Argentina dan Chile yaitu kedua tim sama-sama dilatih oleh orang Argentina. Gerardo Martino arsitek Argentina lahir 20 November 1962 di Rosario, Argentina sedangkan Jorge Sampaoli lahir 13 Maret 1960 di Santa Fe, Argentina.
Hal menarik lainnya, kedua pelatih sama-sama mengidolakan Marcelo Bielsa dan penganut paham Bielsista dalam sepakbola. Filosofi sepakbola keduanya juga sama yaitu “pertahanan terbaik adalah menyerang” dengan mengutamakan permainan menekan tempo tinggi hingga wilayah lawan dan mendominasi penguasaan bola dengan permainan kolektifnya.
[caption caption="Jorge Sampaoli (SUmber larepublica.pe)"]
Tak kalah menariknya, kedua arsitek tersebut merupakan jebolan akademi Newell's Old Boys, salah satu klub raksasa Argentina. Bedanya, Gerardo Martino akhirnya menjadi ikon Newell's Old Boys setelah sukses menjadi pemain dan pelatih di Newell's Old Boys sedangkan Jorge Sampaoli harus mengakhiri karirnya sebagai pemain lebih cepat pada usia 19 tahun karena cedera kaki.
Persamaan lainnya keduanya mengawali karir kepelatihannya di klub lokal Argentina, sebelum akhirnya mengalami kejayaan bersama klub luar negeri. Gerardo Martino berjaya dengan klub Libertad dan Cerro Porteno di Liga Paraguay dengan persembahan 7 gelar juara liga sedangkan Jorge Sampaoli sukses bersama klub Universidad de Chile dengan mempersembahkan treble winner yaitu menjuarai Torneo Apertura 2011, Torneo Clausura 2011, dan Copa Sudamericana.
[caption caption="Pelatih Argentina Gerardo Martino (Sumber gettyimages.com)"]
Jika Gerardo Martino sukses mengantarkan Paraguay hingga babak perempatfinal Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan maka Jorge Sampaoli juga sukses membawa Chile lolos ke Piala Dunia 2014 di Brazil dan mengantarkannya hingga babak 16 besar. Menariknya, jika Gerardo Martino harus pulang bersama Paraguay usai ditaklukkan oleh Spanyol dibabak perempatfinal Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, sebaliknya Jorge Sampaoli justru sukses memulangkan Spanyol dari Piala Dunia 2014 di Brazil dan lolos ke babak 16 besar.
Tentu saja pertemuan keduanya di final Copa America 2015 ini menjadi sangat menarik. Apalagi keduanya penganut paham sepakbola menyerang dengan mengutamakan dominasi penguasaan bola dengan permainan kolektifnya ala Marcelo Bielsa. Jika dilihat rekam jejak kepelatihan keduanya sepertinya hasilnya sangat berimbang. Bedanya, Jorge Sampaoli sudah sangat mengenal anak asuhnya di timnas Chile sejak 2012, sedangkan Gerardo Martino baru menjadi arsitek Argentina sejak 2014 lalu.
Bedah Bintang Lionel Messi vs Alexis Sanches
[caption caption="Copa America Final Chile vs Argentina (Sumber footballens.com)"]
Di Copa America 2015 ini, Argentina datang dengan membawa seluruh pemain bintangnya yang bertebaran di klub-klub Eropa. Lihat saja, dari starting eleven hingga pemain penggantinya semuanya adalah pemain inti di klubnya masing-masing. Tak hanya menjadi pemain inti, bintang-bintang Argentina bahkan menjadi key players di klubnya masing-masing dalam meraih gelar juara liga.
[caption caption="Skuad timnas Chile (Sumber Copaamerika2015.com)"]
Sebut saja pemain terbaik 4 kali sejagad raya Lionel Messi dan “sang jenderal kecil” Macherano merupakan pemegang treble winner bersama Barcelona. Lalu Carlos Tevez adalah pemegang double winner bersama Juventus. Javier Pastore dan Lavezzi adalah pemilik gelar juara Liga Prancis bersama PSG. Lalu bek tangguh Ezequiel Garay adalah pemegang gelar juara Liga Rusia bersama Zenit St. Petersburg. Belum lagi nama-nama besar lainnya seperti trio Sergio Aguero, Zabaleta dan Martin Demichelis milik Manchester City serta pemain termahal Liga Inggris Angel Di Maria. Dengan skuat bertabur bintang, di atas kertas seharusnya Argentina mampu membawa pulang trofi Copa America 2015 tanpa kesulitan.
[caption caption="Skuad timnas Argentina (Sumber copaamerika2015.com)"]
Jika sepakbola adalah matematika maka Argentina adalah juaranya. Tapi perlu dicatat bahwa sepakbola bukanlah matematika. Sepakbola bukanlah permainan di atas kertas. Meskipun tak sebanyak Argentina, Chile juga memiliki beberapa pemain bintang yang sedang bersinar terang di Eropa. Mereka dijuluki “trisula maut” karena berada pada posisi yang berbeda. Di lini depan ada Alexis Sanches yang mampu menjadi pemain terbaik Arsenal berkat kontribusinya memberi gelar Piala FA. Lalu ada gelandang destroyer Arturo Vidal yang sukses mempersembahkan double winner untuk Juventus. Dan berikutnya kompatriot Lionel Messi di Barcelona, Claudio Bravo yang juga sukses mempersembahkan treble winner.
[caption caption="Bintang Timnas Argentina Messi Maria Aguero (Sumber suara.com)"]
Perang bintang antara Lionel Messi dan Alexis Sanches tentu akan menjadi suguhan yang menarik dalam partai puncak. Apalagi keduanya pernah sama-sama bermain dalam satu tim di Barcelona. Keduanya juga sedang dalam top performanya.
Yang perlu diwaspadai oleh Argentina, meskipun miskin pemain bintang terbukti Chile mampu mencapai babak final dengan rata-rata penguasaan bola mencapai 70%. Bandingkan dengan Argentina yang hanya mencapai 65%. Artinya, permainan Chile jelas tidak mengandalkan permainan skill individu tetapi lebih fokus mengandalkan kolektifitas, kohesi, kecerdasan, dan determinasi.
[caption caption="Bintang Timnas Chile Alexis Sanchez dan Arturo Vidal (Sumber zapsportz.com)"]
Selain Alexis Sanches dan Arturo Vidal yang bintangnya sedang bersinar terang, Chile juga masih memiliki beberapa pemain kunci seperti pemegang top skor sementara Eduardo Vargas dan Jorge Valdivia. Jika tidak waspada, Argentina bisa dipermalukan oleh kedua pemain tersebut. Meskipun mandul di level klub, terbukti Eduardo Vargas sangat produktif bersama Chile. Sepasang golnya ke gawang Peru sudah cukup menjadi bukti akan kualitasnya bersama timnas Chile. Ingat, Vargas juga pernah menjadi bintang Piala Dunia 2014 di Brazil ketika gol cepatnya mampu meruntuhkan mental anak-anak La Furia Roja, Spanyol. Akibat gol Vargas tersebut, Spanyol pun dipaksa pulang lebih cepat dari ajang Piala Dunia. Padahal ketika datang ke Brazil, timnas Spanyol bersama para bintangnya menyandang status juara bertahan Piala Dunia 2010 sekaligus pemegang gelar Juara Eropa 2012.
Keberhasilan Chile mengalahkan Spanyol di Piala Dunia 2014 di Brazil menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola. Nothing is impossible. Datang dengan skuat pemain yang hanya rata-rata, Chile terbukti sukses menaklukkan para pemain bintang Spanyol.
Tentu menarik untuk ditonton, mampukah Chile menaklukkan para pemain bintang Argentina? Jika sebelumnya mereka sukses menaklukkan para pemain bintang Spanyol di Brazil, tentu sangat mungkin mereka pun mampu menaklukkan para pemain bintang Argentina di rumahnya sendiri.
Apalagi mereka memiliki motivasi yang sangat besar untuk mengakhiri puasa gelar selama 99 tahun. Dukungan supporter fanatik tentu akan menjadi pemain ke-12 yang diharapkan mampu meruntuhkan mental para bintang Argentina.
Bedah Formasi Tim: Adu Cepat Kedua Sayap
[caption caption="Formasi Timnas Chile (Sumber whoscored.com)"]
Performa timnas Chile asuhan Jorge Sampaoli di Copa America 2015 ini terbilang impresif jika dibandingkan dengan tim-tim lain termasuk Argentina. Hingga babak semifinal, Chile berhasil menjebol gawang lawan sebanyak 13 kali dengan 5 pemain berbeda dan hanya kebobolan 4 kali dengan selisih gol +9. Dengan formasi 3-5-3 yang fleksibel menjadi 4-3-1-2, Jorge Sampaoli berhasil memanfaatkan sisi sayap lapangan untuk memulai serangan yang kemudian didistribusikan ke tengah lalu ke depan. Kedua bek sayap yang ditempati Mauricio Isla dan Marcelo Diaz tidak terlalu menyisir hingga ke final third dikarenakan untuk menjaga kedalaman pertahanan.
Selama turnamen serangan Chile lebih banyak dari sisi kanan melalui Eduardo Vargas. Ruang kosong yang ditinggalkan oleh Vargas dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Arturo Vidal atau Charles Aranguiz secara bergantian untuk menemani Alexis Sanchez di depan gawang. Melalui formasi ini, Arturo Vidal pun sering menjadi pemain kunci yang mampu menciptakan gol-gol penting dari ruang kosong yang ditinggalkan Vargas.
Dengan formasi andalannya tersebut, hingga kini Chile sukses mendominasi permainan. Terbukti berdasarkan data statistik yang dirilis oleh whoscored, Chile memiliki penguasaan bola (ball possession) rata-rata 70.7% dengan persentase operan sukses 86.9%. Tembakan tim Chile per main ada di angka 15,4 shots per game, dengan tembakan jitu ke gawang 5,7 shots per game. Sementara operan pemain Chile didominasi operan pendek (546 operan/main) dengan Aranguiz sebagai top umpan kunci/main dengan angka 3 umpan kunci/main.
[caption caption="Formasi timnas Argentina (Sumber whoscored.com)"]
Meskipun sama-sama mengandalkan serangan sayap, Gerardo Martino lebih suka menggunakan formasi baku 4-4-3. Sama seperti permainan Chile, Argentina juga lebih sering memanfaatkan kecepatan sisi sayap lapangan untuk memulai serangan yang kemudian didistribusikan ke tengah lalu ke depan. Dengan formasi tersebut lini serang Argentina masih dihuni oleh trisula maut Lionel Messi, Sergio Aguero dan Angel Di Maria.
Hingga babak semifinal, Argentina berhasil menjebol gawang lawan sebanyak 10 kali dan hanya kebobolan 3 kali dengan selisih gol +7. Dengan formasi 4-4-3, hingga kini Argentina sukses mendominasi permainan. Terbukti berdasarkan data statistik yang dirilis oleh whoscored, Argentina memiliki penguasaan bola (ball possession) rata-rata 66% dengan persentase operan sukses 85.9%. Tembakan tim Argentina per main ada di angka 16.2 shots per game.
[caption caption="Statistik Tim Argentina dan Chile (Sumber modifikasi dari whoscored.com)"]
Dari analisis data statistik dapat diketahui bahwa Chile sedikit lebih unggul dibandingkan Argentina. Jika sepakbola adalah hitungan statistik di atas kertas maka Chile adalah juaranya. Tapi perlu dicatat bahwa sepakbola bukanlah statistik, melainkan permainan dinamis yang dilakukan oleh 11 pemain melawan 11 pemain di atas lapangan. Dan pemenangnya ditentukan oleh tim yang sukses memasukkan jumlah gol lebih banyak ke gawang lawan.
Sebagai tuan rumah Chile lebih diuntungkan dengan dukungan fanatik suporternya. Pertandingan pastinya berjalan seru dan menegangkan. Jadi tim manakah yang akan keluar sebagai juara Copa America 2015? Bisa jadi sang kampiun akan ditentukan melalui adu pinalti. Mari kita saksikan siaran langsungnya hanya di Kompas TV!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H